Bab 20. Siapa

1591 Kata
Setelah mendengarkan penjelasan dari Sinta, rasanya semakin membingungkan. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Maury, mengapa dia bisa menjadi seperti itu. Tubuhnya yang panas tiba-tiba mendadak menjadi sedingin es. Mereka belum pernah melihat atau mendengar hal itu pernah terjadi sebelumnya. Lalu suara tawa siapa yang Sinta dengan di kamar mandi? Dan bagaimana bisa Maury tiba-tiba menghilang lalu muncul di UKS? Farhan sudah menghabiskan minumannya. Dia tengah menanyai beberapa hal lain kepada Sinta berkenaan tentang Maury. Di antara semua yang Sinta katakan tadi, Ryan lebih terfokus ke suara tawa. Jelas itu yang paling aneh menurutnya. Satu lagi, bagaimana bisa Maury menghilang. Itu juga menjadi titik fokus pertanyaan Ryan. Apa yang sebenarnya terjadi? “Apakah kau masih menyimpan semua benda yang Maury berikan kepadamu, Yan?” tanya Farhan membuat lamunan Ryan buyar. Ryan mengangguk. “Masih.” Sinta terlihat tertarik. “Bukannya pemberian Maury kamu tolak, ya, Yan?” “Aku hanya menolak sekali saja, Sin.” “Sekali?” Ryan menarik napas. “Maury rutin memberiku hadiah sebulan sekali sejak kami bertemu.” “Benarkah?” Sinta terlihat kaget. “Aku sudah bersahabat dengan Maury sejak SMP, dia belum pernah sama sekali menceritakan hal ini kepadaku, dan aku pun selalu bersamanya, bagaimana bisa aku tidak tahu kalau dia sering memberimu hadiah?” Ryan mengangkat bahu. “Kamu benar tidak tahu?” Farhan memastikan. Sinta mengangguk. “Maury biasa memberikanku tas, jam tangan, baju, sepatu.” “Apakah kamu masih menyimpannya?” tanya Sinta. “Masih.” Jika selama ini Maury memberikan hadiah kepada Ryan, rutin setiap sebulan sekali, bagaimana bisa Sinta tidak tahu. Padahal Maury selalu memberikan hadiah itu di kelas, bukan di tempat lain. Sinta juga tergolong murid yang rajin, dia juga sangat jarang sekali absen. Kenapa semakin aneh begini? Setibanya di rumah Ryan, Farhan langsung membuka kunci. Ryan merasa beruntung karena dulu dia pernah menyimpan kunci di salah satu pot bunga di halaman rumah. Akhirnya kunci itu berguna juga. Begitu masuk, mereka langsung menuju ke atas—lantai dua—kamar Ryan. Keadaan rumah benar-benar lengang. Bi Narti tidak lagi ke rumah setelah Rangga dan Riana pergi. “Mama dan papamu ke mana, Yan?” tanya Sinta saat Ryan hendak membuka pintu kamarnya. Ryan terdiam sejenak sebelum menjawab. “Mereka sedang pergi keluar kota, Sin.” “Sejak kapan?” “Dua hari yang lalu.” Ryan berjongkok, melihat ke bawah tempat tidur. Belum genap satu detik, dia langsung melompat naik ke atas tempat tidur. “NAIK SEMUA!” teriaknya membuat Sinta dan Farhan langsung ikut melompat ke atas tempat tidur. Terdengar suara derikan ular. Satu persatu ular muncul dari bawah tempat tidur Ryan. Hewan melata itu melenggak-lenggok ke kanan dan ke kiri berjalan melata di lantai. Jumlahnya semakin banyak, hampir lima puluh ekor. Ular-ular itu berjenis cobra. “Bagaimana bisa di rumahmu ada ular sebanyak itu?” Sinta terlihat ketakukan sekali. “Aku tidak tahu, Sin. Aku selalu menyimpan hadiah yang Maury berikan di bawah tempat tidur agar tidak diketahui mamaku. Tapi aku rasa, semua hadiah dari Maury berubah menjadi ular.” “Jadi ular?” beo Farhan terkejut. Ryan mengangguk cepat. Sekarang semua ular itu sudah berdiri. Kepala mereka membentuk sendok, berdesis, menjulurkan lidah mereka. Mata mereka yang mengkilap menatap tajam. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Sinta hampir menangis karena saking takutnya. Ular itu terus membuat suara yang semakin membuat mereka bertiga ketakutan. Semua ular itu tak kunjung menguncupkan kepala. Terdengar suara letupan gelembung. Bayu muncul. Dia langsung mengangkat tangan ke atas, cahaya merah keluar dari tangannya. Sedetik kemudian Bayu mengarahkan tangannya ke semua ular. Ular-ular itu terbakar satu persatu, hingga habis. Sinta yang berpegangan pada Farhan menatap tidak percaya apa yang barusan dia lihat. Dia meneguk ludah melihat Bayu bisa mengeluarkan kekuatan. Tiba-tiba Sinta pingsan. Saat Ryan menoleh, ternyata bukan Bayu saja yang ada di sana, Ani juga ikut, lalu sengaja membuat Sinta pingsan. “Bibi?” “Lain kali bilang kepada kami kalau mau melakukan sesuatu, Yan.” Ular-ular sudah habis hangus terbakar semuanya. Bayu juga sudah menggunakan kekuatannya untuk menghilangkan bekas-bekas tubuh hangus ular di lantai hingga bersih seperti tidak terjadi apa-apa. Setelah itu Bayu langsung pamit pergi—kembali ke sekolah. Ani sengaja membuat Sinta pingsan untuk membuatnya lupa akan apa yang dia lihat. Ryan dan Farhan langsung paham apa tujuan Ani melakukan itu tanpa dijelaskan. Jika Sinta sampai mengingat apa yang dia lihat, keberadaan Ryan dan Farhan akan menjadi masalah besar. Tidak boleh satu pun manusia di Bumi ini mengetahui bahwa ada makhluk lain yang bukan berasal dari Bumi, hidup bersama mereka. “Kita pulangkan dia ke rumahnya sekarang.” Ani menunjuk Sinta. Ryan mengangguk—setuju. Setelah memulangkan Sinta, mereka bertiga kembali lagi ke rumah. “Apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Ani. Ryan menjelaskan semuanya—semua yang dia ketahui dan yang dikatakan Sinta kepada Ani. Mulai dari hadiah, suara tawa, dan penemuan jasad Maury yang sudah dikerubungi belatung. Ryan mengatakan hal yang menjadi titik fokusnya—suara tawa dan menghilangnya Maury tiba-tiba, lalu muncul di UKS. Setelah mendengar apa yang Ryan katakan, Ani terlihat berpikir. Sepertinya dia mencoba mencari jawaban atas masalah ini. Ryan merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Farhan duduk di kursi belajar, dan Ani duduk di bibir tempat tidur. Ternyata selama ini hadiah yang Maury berikan bukanlah hadiah sungguhan. Lihatlah, hadiah itu berubah menjadi puluhan ular seketika. Pantas saja Sinta tidak mengetahui kalau Maury rutin memberikan Ryan hadiah. Pasti yang memberikan hadiah kepada Ryan itu bukanlah Maury, melainkan orang lain. Tapi untuk siapa dan untuk apa? Ani tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Dia menggeleng tidak tahu. Farhan juga sama. Saat Ryan menanyakan pertanyaan yang sama, dia menjawabnya dengan gelengan. Selama ini yang memberikan hadiah kepadanya bukan Maury. Sinta bilang kalau dia hanya tahu Maury baru sekali memberikannya hadiah dan itu yang Ryan tolak. Ryan mengacak rambutnya frustasi. Apa yang sebenarnya terjadi? “Lebih baik kita pulang terlebih dahulu, Yan. Kita lanjutkan mencari jawaban di sana.” “Aku setuju, Yan. Di sini juga sudah tidak ada lagi harapan, kita tidak bisa menemukan apa pun.” Ryan tidak tahu. Tapi sepertinya ucapan Ani dan Farhan yang paling masuk akal sekarang. Ryan juga merasa tidak ada lagi yang bisa dia harapkan jika terus di sana—mencari jawaban. Ryan mengangguk, dia menyetujui kembali ke rumah pamannya. Ani memegang tangan Ryan dan Farhan—memejamkan mata. Terdengar bunyi gelembung meletus, mereka menghilang. __00__ Mereka sedang berkumpul semuanya di ruang tengah. Ryan menceritakan kembali apa yang terjadi kepada Adi. Semuanya tengah mencoba untuk memikirkan siapa dalang di balik apa yang terjadi. “Tidak salah lagi,” ujar Adi membuat semua perhatian ke arahnya. “Ini ulah penyihir Hyunfi.” Apa Ryan tidak salah dengar? Ulah Penyihir Hyunfi? Bagimana bisa? “Maksud paman?” “Penyihir Hyunfi bisa menjelma menyerupai siapa saja yang dia inginkan. Orang yang memberikanmu hadiah selama ini bukan Maury, melainkan penyihir Hyunfi.” “Lalu-“ “Yang terakhir kali memberikan hadiah juga penyihir Hyunfi, bukan Maury,” Adi memotong cepat perkataan Ryan. Adi tahu apa yang hendak Ryan tanyakan. “Penyihir Hyunfi masuk ke dalam tubuh Maury selama sebulan terakhir. Siapa saja yang tubuhnya dimasuki Penyihir Hyunfi, maka dia akan otomatis meninggal.” Terjawab sudah. Itu mengapa polisi mengatakan bahwa tubuh Maury sudah membusuk selama kurang lebih satu bulan. Ternyata Penyihir Hyunfi masuk ke dalam tubuhnya. “Mereka yang sedang mengautopsi tubuh Maury akan mengatakan bahwa Maury memang meninggal satu bulan, mengikuti bagaimana kondisi Maury saat ditemukan. Paman yakin, mereka juga akan mengatakan bahwa Maury meninggal karena keracunan atau digigit serangga beracun. Ada dua cara yang Penyihir Hyunfi lakukan saat hendak memasuki tubuh manusia. “Pertama, dia akan merubah tubuhnya menjadi serpihan debu, bergerak seorang ditiup angin, lalu masuk melalui rongga apa saja yang ada di tubuh, bisa hidung, mulut, telinga, dll. Cara yang kedua, Penyihir Hyunfi akan merubah dirinya menjadi binatan beracun, seperti ular, kalajengking, dll. Tentang hadiah itu, Penyihir Hyunfi membuat semua hadiah itu memang dari ular, dia sengaja merubahnya menjadi barang-barang yang kamu lihat.” Mendengar penjelasan Adi membuat Ryan sedikit merasa beruntung. Dia tidak pernah ingin memakai hadiah yang Maury berikan selama ini. Bayangkan saja kalau dia memakainya, entah bagaimana jadinya. “Tapi Penyihir Hyunfi biasanya merubah wujud menjadi kalajengking,” Adi melanjutkan penjelasan. “Kita tunggu saja hasil autopsi Maury.” Farhan dan Ryan mengangguk bersamaan. “Lalu bagaimana cara Penyihir Hyunfi bisa ke Bumi, Paman?” tanya Ryan. Adi membenarkan posisi duduk. “Itu yang masih belum Paman ketahui. Tidak ada yang bisa membuka portal menuju ke dunia lain selain Buku Bulan yang ada di tanganmu. Kalau pun bisa, selain itu, hanya Buku Matahari saja, itu pun setiap gerhana matahari. Paman tidak tahu bagaimana bisa Penyihir Hyunfi datang kemari.” “Itu artinya, selama ini Penyihir Hyunfi sudah mengawasi Ryan sejak lama?” Farhan mencoba menebak. Adi mengangguk. “Benar. Tapi bukan hanya Ryan saja, dia pasti juga mengawasi kita semua. Kita lengang.” Ani berdiri. “Itu artinya, tidak ada waktu lagi untuk bersantai. Kamu harus segera latihan, Ryan.” Ini kali pertamanya Ryan melihat Ani berperilaku seperti itu. Ani yang biasanya diam, tenang, tapi kali ini Ryan bisa melihat ketegasan di wajah bibinya. “Baik, Bi.” Tidak ada jawaban lain yang bisa Ryan hadirkan kecuali itu. Jika nyatanya selama ini Ryan telah diawasi oleh Penyihir Hyunfi, maka dia harus segara melatih kekuatannnya. “Kita akan mulai latihan besok. Paman harap, kamu tidak melakukan apa pun tanpa memberitahu kami.” Kali ini anggukan Ryan disertai rasa bersalah. “Maaf, Paman.” “Sekarang kalian masuk ke kamar, istirahat.” Farhan dan Ryan berdiri—berjalan menuju kamar. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN