bc

He's Not A Badboy

book_age16+
3
IKUTI
1K
BACA
friends to lovers
pregnant
badboy
goodgirl
mafia
drama
like
intro-logo
Uraian

Bagaimana jika dua orang dengan latar belakang yang berbeda menjadi sahabat? Si dunia Terang dan Si dunia gelap.

ini kisah tentang Kinara Aluna, gadis baik dengan senyum yang tak pernah luntur dari bibirnya setiap kali bertemu dengan seseorang. Gadis dengan penuh energi positif di sekitarnya bersahabat dengan seorang pembuat onar di mana pun dia berada.

Namanya Rafa, Reynaldi Fardan Abimana. Si tukang pembuat onar di mana pun dia menginjakkan kakinya. Hidupnya penuh dengan warna gelap. Cowok yang sedang berjuang mencapai gelar sarjana hukum dengan terpaksa.

Persahabatan mereka sangat awet dari SMA sampai mereka kuliah semester 3. Tapi sayang, musibah besar terjadi pada Nara yang membuat kehidupannya berubah 180'. Hidup yang tadinya terang berubah menjadi gelap.

"Aku telat, Raf." Nara berucap sangat lirih.

Wajah tegas itu menoleh kaget. "Siapa yang udah bikin lo kayak gini! Bilang! Gue akan bunuh b******n itu sekarang!"

"Jawab, Ra!" sentak Rafa dengan wajah penuh amarah. Nara hanya sanggup menangis sambil berlutut di hadapan Rafa.

Bagaimana kisah mereka selanjutnya,Yuk baca guys...

chap-preview
Pratinjau gratis
HNAB : 1
"Turun sini aja,pak." Sebuah taksi berhenti di sebuah kantor polisi. Terlihat seorang gadis dengan setelan rapi turun dari taksi tersebut. "Kembaliannya buat bapak saja." pamitnya dan segera bergegas menuju ruangan yang akan dituju. Tak henti-hentinya dia mencari target yang siap dia amuk sepulangnya dari sini. "Woy," teriak seorang padanya yang tengah di introgasi oleh polisi. Gadis itu bergerak cepat mengahampiri cowok itu. "Maaf, Pak. Saya kakak dari saudara Reynaldi." "Oh, ini keluarganya. Silahkan duduk. Mari saya jelaskan permasalahan, Adik saudari ini telah membuat keributan di pinggir jalan yang membuat kemacetan dan menganggu pegendara sekitar. Dia berkelahi dengan Saudara Rio." Bapak polisi itu menjelaskan semua kronologi yang terjadi. Cukup lama berbincang dan di akhiri dengan surat pernyataan yang bertanda tangan materai. Gadis tadi pergi dengan di ikuti cowok yang baru saja menandatangani surat pernyataan tersebut. "Denger ya, Raf. Ini terakhir kalinya kamu masuk kantor polisi. Kalau sampai nanti kamu masuk lagi kesini aku nggak akan mau jemput kamu." ancam gadis itu tegas. Cowok itu menghelai nafasnya kasar, "iya deh janji, besok nggak lagi." jawabnya memelas. "Udah sekarang pulang," ajaknya dengan di sambut senyuman lebar oleh cowok bernama Rafa tersebut. "Hari ini aku nggak pulang ya," ucap Rafa membuka suara setelah mereka sudah berada di apartemen Nara. "Lagi?" Nara menoleh ke arah cowok yang masih di belakangnya. "Males pulang,Ra. Sehari doang deh," ucapnya memohon. Karena melihat wajah memelasnya Rafa. Nara pun iba, dia mengangguk memperbolehkan cowok itu untuk bermalam di apartemennya. Memang bukan hal aneh jika Rafa menginap di tempat tinggal Nara, karena sejak dari dulu cowok itu tidak pernah lepas dari Nara. "Kamu mau makan apa?" tanya Nara setelah selesai mengganti pakaiannya dengan baju santai. "Jangan masak, biar aku order makanannya." saut Rafa yang duduk di sofa panjang sambil menonton televisi. "Tadi aku udah beli bahan masakan, kalau hari ini pesan, sayurannya bakalan busuk. Jadi sayang kan nanti." "Iya udah deh terserah, aku mau mandi dulu. Gerah soalnya." Pamit Rafa segera menuju kamar mandi. Sedangkan Nara, gadis itu sudah sibuk memotong wortel, kentang,buncis dan kol. Dia akan memasak sop kali ini. Bau harum masakan tercium ke penjuru ruangan. Nara mencicipinya, alisnya bertaut. "Kayaknya kurang garem deh," gumamnya. "Baunya enak banget, jadi laper." Suara berat diiringi tangan yang tiba-tiba melingkar di pinggang Nara membuat Nara sedikit terkejut. Rafa baru saja keluar dari kamar mandi, cowok itu tengah bertelanjang d**a. Dia hanya memakai celana polos hitam selutut, wajahnya masih lembab dan rambutnya masih sedikit basah. Tetesan air yang menetes dari rambutnya bercucuran di pundak Lara. "Rafa, pakai baju dulu. Itu rambut di keringin sekalian." perintah Nara masih mengaduk sopnya. "Nggak mau. Maunya kamu yang ngeringin." ucap Rafa manja dan semakin mengeratkan pelukannya. "Dih manja banget. Biasanya kalau kayak gini ada niat terselubung di baliknya." Nara tersenyum miring sembari menggoreng telur mata sapi. Seolah sudah hafal tingkah laku Rafa. Rafa menenggelamkan wajahnya di tengkuk leher Nara,"Pulang jam 1 boleh?" ucapnya lirih. "Nggak usah pulang sekalian."jawab Nara ketus. "Iya iya nggak jadi." Rafa melepaskan pelukannya dan menegakkan badannya. Nara menoleh ke arah Rafa setelah selesai dengan kegiatan memasaknya. "Mau balapan?" Sedikit Ragu Rafa menjawab dengan anggukan. "Udah janji sama Vero dan yang lain." imbuhnya. Nara menghembuskan nafas panjang sebelum menjawab."Janji itu bisa di ganti dengan janji baru lagi, Kan?" Sudah bisa di pastikan oleh Rafa. Jika Nara sudah berbicara halus dan penuh penekanan. Itu tandanya apapun ucapan Nara tidak boleh di bantah apalagi di langgar. Bisa-bisa Rafa nggak boleh masuk ke apartemen Nara seperti 4 bulan yang lalu. Untuk mencari aman Rafa lebih baik mengalah, menuruti perintah tuan putri yang tidak boleh di langgar. *** Pagi ini Nara sudah siap dengan kostum untuk berangkat ke kampus. Sebuah t-shirt putih dan celana jeans highwhas warna gelap cocok untuk hari ini. Nara duduk di sofa sambil memakai sepatu putihnya. "Raf, kamu nggak ke kampus?" Suara Nara Memecahkan keheningan. Tidak ada sahutan dari kamar Rafa. Nara berjalan mendekat ke pintu kamar dan membukanya. Namun, tidak ada seorang pun di dalam kamar. Nara mencari Rafa di kamar mandi, tetap saja tidak dia temukan cowok itu. Nara menghelai nafas berat. Rafa membohonginya, dia keluar apartemen setelah Nara tertidur malam tadi. Tidak mau terlalu memikirkan Rafa yang memang sangat keras kepala, Nara memutuskan segera berangkat ke kampus sebelum dia kesiangan. "Nara." panggil seorang gadis. "Iya kenapa?" "Di cari bu Ulfa di ruangannya." Lapor Marsya teman sekelasnya di kelas seni pahat. "Oh terimakasih ya," ucap Nara sembari tersenyum lebar. Marsya mengangguk dan berlalu pergi. Nara berjalan menuju ruangan bu Ulfa, dosen pembimbing di kelas seni pahat yang dia tekuni. Sebelum memasuki ruangan Nara mencoba mengetuk pintu aluminium di depannya. "Siang bu," sapa Nara ramah. Bu Ulfa tersenyum lebar. Dosen dengan penampilan nyentriknya ini sangat menyukai Nara, karena gadis inilah yang selalu bisa di andalkan. Selain pintar Nara juga memiliki energi positif yang bisa membuat semua orang menjadi menyukainya setiap berada di sisinya. Tak heran, Rafa tak pernah ingin berpisah dengan Nara. "Ibu sudah baca surat pendaftaran pertukaran mahasiswi yang kamu kirim minggu lalu. Selamat Nara, kamu lolos seleksi pertama." jelas bu Ulfa dengan tersenyum bangga. Alangkah kaget dan bahagianya Nara mendapatkan kabar begitu bahagia ini. Meskipun masih ada dua seleksi lagi, tapi Nara masih tetap optimis akan mendapatkan kesempatan ini. Bagaimana tidak antusias, tujuannya adalah Perancis. Dia sangat bermimpi bisa bersekolah disana. "Teruslah berusaha. Semoga kamu lulus dan mendapatkan kesempatan emas ini," "Terimakasih,Bu." ucap Nara masih tidak percaya. "Oh iya, jangan lupa persiapakan juga soal pameran dua minggu lagi ya." "Baik bu. Saya permisi dulu," Pamit Nara sopan. Setelah berhasil keluar dari ruangan dosen. Nara segera menelvon Rafa, berniat memberikan kabar gembira ini pada sahabatnya. Cukup lama telvon itu memanggil tetap saja tidak ada jawaban. Rafa mungkin sedang ada urusan penting sampai tidak bisa menghubunginya. Tak masalah, Nara akan memaklumi karena Rafa punya dunianya sendiri. *** "Yahh, telat." Nara menghembuskan nafasnya lemah. Dalam hatinya dia merutuki dirinya sendiri, seumur hidup baru kali ini dia terlambat untuk masuk sekolah. "Telat juga." suara berat seseorang membuatnya menoleh. Nara tersenyum lebar pada siswa yang tidak dia kenali itu, "Iya," jawabnya ramah. Cowok itu terdiam cukup lama memandang wajah Nara yang tersenyum lebar padanya. "Hey, kenapa lihatin aku kayak gitu?" Tanya Nara sambil mengibaskan tanganya di depan wajah tampan cowok di sebelahnya. "Emmm, mau gue bantu buat masuk kelas?" tawar cowok itu. Nara melihat penampilan cowok itu yang berantakan. Tidak ada dasi di lehernya, bajunya pun keluar, rambut hitamnya sedikit acak-acakan. Tapi Nara tetap tersenyum lebar, "Emang bisa?" Cowok itu hanya mengangguk, "Ayo!" ajaknya agar Nara mengikuti langkah kakinya yang lebar. Nara dan cowok itu sampai di pagar tembok sebelah sekolah yang tingginya 2 meter lebih. Nara keheranan,apakah cowok ini meyuruhnya melompati tembok? Nara melihat cowok itu yang tiba-tiba menendang tembok di depannya. Dan ajaib tembok itu langsung berlubang. Nara melongo melihat keajaiban yang baru saja dia lihat. Cowok itu tersenyum tipis melihat ekspresi polos Nara,"Tembok itu sebelumnya udah berlubang, cuma di tutup dengan papan kayu sama anak-anak dan di cat persis seperti tembok aslinya."Jelas cowok itu. "Jalan pintas untuk kami yang suka bolos jam pelajaran." imbuhnya lagi. Nara mengangguk mengerti,dia lalu mengikuti cowok itu untuk melewati lubang yang mungkin ukurannya hanya 1x1 meter persegi. "Akhirnya," ucap Nara lega. "Oh iya kenalin, nama aku Kinara. Panggil aja Nara." Nara memperkenalkan dirinya dengan ramah sambil menyodorkan tanganya bersalaman dengan cowok itu. Cowok itu ragu untuk menjabat tangan di depannya. "Oke nggak masalah kok kalau kamu nggak mau," jawab Nara masih dengan senyuman. Cowok itu segera menjabat tangan Nara yang sudah hampir berada di posisi semula. "Rafa," jawabnya lirih. "Oke, Raf. Terimakasih untuk jalan pintasnya. Aku harus masuk karena ada jam olahraga. Bye Raf sampai ketemu lagi." pamit Nara masih dengan suaranya yang lembut dan sopan. Cowok bernama Rafa itu pun tersenyum tipis memandangi kepergian Nara. Kali ini izinkan aku menjadikan mu judul dalam cerita hidupku. Bukan sebagai pemanis tapi menjadi topik utama yang di kenal orang saat membaca pertama kalinya?

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My Secret Little Wife

read
105.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
211.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
15.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
194.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
104.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.1K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook