20. Gosip Miring

1943 Kata
Bismillahirrahmanirrahiim Allahumma shali’ala Muhammad wa’ala ali Muhammad === Salma termenung di balkon kamarnya. Ia mengingat kejadian beberapa hari yang lalu saat Ghali menolongnya dari tawuran saat hendak pulang. Tak dipungkiri, kesannya terhadap Ghali sedikit berubah. Bagaimana pun juga, Salma hanya perempuan biasa yang bisa terbawa perasaan seperti sekarang ini. Salma menggelengkan kepalanya dengan keras sambil memukul-mukul kepalanya. Ia merasa kesal dengan dirinya sendiri. Hari itu, Ghali memapahnya karena kakinya dan tangannya terasa nyeri akibat terkena lemparan batu. Ghali membawa Salma menuju tempat Fiyya dan motor mereka berada. Karena Salma merasa kesakitan, Salma dibonceng oleh Fiyya menggunakan motor Ghali dan Ghali sendiri membawa motor Salma. Sebelumnya, mereka mampir dulu ke rumah sakit tempat Fiyya bekerja untuk mengobati luka Salma. Alhamdulillah, setelah diperiksa oleh Fiyya hanya luka memar biasa dan tidak serius. Ghali dan Fiyya mengantar Salma hingga rumah. Naufal yang menyambut kedatangan mereka sangat berterima kasih pada Ghali dan Fiyya karena telah menolong adiknya. “Ah, nggak mungkin! Gak mungkin juga gue suka sama dia. Ya ampun Salma sadar! Dia udah mau nikah kali! Ya Allah ya Allah, astaghfirullah! Dia nolong kemarin karena rasa kemanusiaan aja. Iya, karena dia kasihan aja sama gue.” Salma berusaha menepis perasaan yang ada di hatinya. Ia tak mau perasaan kagumnya berubah menjadi suka bahkan cinta. Tidak. Terlalu berbahaya untuknya. Sudah tahu Ghali akan menikah dan jika dia masih nekad untuk mengikuti perasaannya, itu namanya sama saja dengan bunuh diri atau bahkan bermain api. Menceburkan diri sendiri ke dalam lubang patah hati yang tak bertepi. Salma tidak mau seperti itu. Ponsel Salma yang ada di atas nakas tempat tidur berdering. Ia segera berjalan dengan pelan masuk ke kamarnya lagi dan menjawab panggilan yang ternyata dari Sinta. Untunglah setelah dua hari berlalu, luka sama berangsur membaik. “Assalamu’alaikum, kenapa, Sin?” tanya Salma to the point. “Wa’alaikumussalam. Mbak Salma, Mbak jadi viral di medsos, lho!” ucap Sinta tiba-tiba. “Hah? Apaan? Viral apa deh?” tanya Salma tak mengerti. Rasanya ia tidak melakukan sesuatu hal yang aneh dan unik hingga menjadi viral di jagad dunia maya. “Ih, jadi chat dari aku belum dibaca ya, Mbak? Ah, payah nih!” ucap Sinta dengan nada kesal. “Ah, chat apaan lagi sih? Kamu kalau ngomong yang jelas. Saya gak ngerti Sinta.” “Duh, di medsos itu ada video viral Mbak Salma sama chef ganteng, Mbak. Ada yang nyebar video Mbak sama chef pas ada tawuran gitu. Kalian jalan berduaan, gandengan tangan juga.” Kedua mata Salma terbelalak. Ia jelas terkejut dengan berita yang baru saja diterimanya. Ia tak menyangka akan ada orang yang merekam kejadian itu dan menyebarkannya di medsos. Oh, Salma harap dalam hati semoga tidak ada gosip miring tentang mereka berdua. Bisa bahaya! Bahaya bagi dirinya dan juga Ghali. Padahal Ghali hanya menolongnya, meski lelaki itu juga mengantarkannya hingga tiba di rumah. “Mbak Salma? Mbak Salma?” panggil Sinta dari seberang. Teguran Sinta membuyarkan lamunan Salma. “Eh, iya. Terus gimana? Padahal Ghali itu Cuma nolongin saya, Sin.” “Ya, tapi orang yang lihat videonya jadi mikir macam-macam sih pasti, Mbak. Ini aja udah pada comment kalau chef ada main belakang sama Mbak, padahal dia mau nikah. Ya, lebih banyak komentar miring deh ini. Coba Mbak Salma cek sendiri di link berita yang udah Sinta kirim ke Mbak.” Kepala Salma mendadak pening dengan kabar dari Sinta. “Ya udah nanti saya cek. Makasih banyak ya infonya, Sin. Nanti saya ke cafe agak siangan sedikit.” “Oke, Mbak.” Salma memutus sambungannya dan ia segera membuka chat dari Sinta untuk mengecek kebenaran berita tersebut. Salma duduk di tepi ranjang sambil membuka link yang dikirim oleh Sinta. Salma memijat pelipisnya ketika membaca berita yang beredar di medsos itu. Apalagi ketika membaca komentar-komentar julid dan pedas dari netizen. Meski ada beberapa netizen yang tetap meminta untuk berprasangka baik, tapi komentar negatif masih tetap mendominasi. Wah, gak nyangka nih Chef Ghali! Sama siapa itu? Itu Salma yang pernah bawa acara bareng Chef, kan? Kenapa mereka bisa berdua gitu? Apa jangan-jangan mereka jalan berdua? Maksudnya ada main belakang gitu? Chef kan udah mau nikah, terus kenapa berduaan sama perempuan lain? Bukan sama calon istrinya? Apa mereka ada hubungan khusus? Hei, jangan pada komentar sembarangan kenapa? Bisa aja mereka gak sengaja ketemu terus bareng gitu. Jangan suudzon ajalah! Salma menghela napasnya panjang. Rasa cemas, khawatir dan takut mulai menyelimuti dirinya. Bagaimana jika berita ini sampai diketahui oleh calon istri Ghali dan keluarganya? Salma tak mau dianggap sebagai perusah hubungan orang. Apalagi calon istri Ghali begitu baik dan lembut sikapnya meski Salma hanya pernah bertemu sekali. Tapi, Salma sudah bisa melihat kebaikan hati Shayna. Ya Allah, semoga tidak ada hal buruk yang terjadi, aamiin. === Ghali baru saja datang ke studio tempatnya akan syuting hari ini. Namun, ia sudah dicegat oleh beberapa wartawan di halaman parkir. Ia sudah tahu gosip yang menimpanya kini. Ghali menghela napasnya panjang. Ia tak menyangka niat baiknya menolong Salma tempo hari akan menjadi berita gosip yang cukup mengganggunya hari ini. Ghali juga tak menyangka jika masih ada orang yang meliput adegan tawuran itu, terlebih menyoroti dirinya dan juga Salma. Ghali berusaha untuk tetap tenang dan stay cool. Ia akan menjawab dengan jujur. Toh memang di antara dirinya dan Salma tak ada hubungan apa pun seperti yang digosipkan oleh oknum tak bertanggungjawab. “Chef Ghali gimana komentarnya tentang video yang lagi viral ini?” “Iya Chef, sebenarnya apa hubungan Chef dengan Mbak Salma, pemilik cafe itu?” “Chef, gimana dengan rencana pernikahannya?” “Gimana komentar calon istri Chef tentang gosip yang beredar ini?” Kepala Ghali langsung pening seketika. Namun, ia tetap menampilkan senyum termanisnya yang membuat kaum hawa meleleh. “Iya, saya konfirmasi tentang berita itu ya. Saya dan Salma hanya berteman. Saya sedang menolong dia saat terjebak di antara kerumunan tawuran dan saat dia itu sedikit terluka. Hubungan kami hanya sebatas itu, tidak lebih. Alhamdulillah rencana pernikahan saya lancar. Mohon doanya dari teman-teman semua ya. Sudah itu dulu saja ya, saya buru-buru karena sebentar lagi syuting, wassalamu’alaikum.” “Wa’alaikumussalam.” === Shayna duduk termenung di ruangannya. Semenjak tadi hatinya diliputi rasa resah dan risau karena melihat berita tentang calon suaminya di internet. Shayna duduk di kursi kerjanya dengan tab di hadapannya. Shayna penasaran tentang video yang menampilkan Ghali dan juga Salma, perempuan yang pernah menolongnya sewaktu jatuh di galeri tempo hari. Netra Shayna menyusuri komentar-komentar netizen yang lebih banyak mengarah pada negatif dan prasangka buruk. Banyak yang berkomentar jika Ghali mempunyai hubungan khusus dengan Salma. Ada juga yang menyebut mereka terkena cinlok karena pernah membawakan acara bersama. Seketika Shayna jadi ingat. Pantas saja saat Salma menolongnya dulu, ia merasa tak asing dengan wajahnya. Ternyata Shayna pernah melihatnya sekilas di TV, membawakan acara CookFun bersama Ghali. Shayna jadi gemas dan ia mulai meragu karena melihat gosip miring tentang Ghali. “Astaghfirullahal’adzim, ya Allah.” Shayna banyak beristighfar sambil bersender di kursi kerjanya. Ia memijat pelipisnya yang sedikit pening. Benar saja kata orang, ujian jelang pernikahan memang benar adanya. Tok ... tok ... tok “Ya, siapa?” tanya Shayna. “Saya, Mbak.” “Kenapa, Ran?” “Itu di luar ada yang nungguin Mbak Shayna, bilangnya mau ketemu Mbak.” “Siapa?” “Itu loh perempuan yang dulu nolongin Mbak pas jatuh dari tangga.” Salma? Salma datang ke sini untuk menemuinya? “Oh, ya sudah. Saya ke sana.” “Oke, Mbak.” === Kini Salma dan Shayna sedang duduk berdua di teras belakang galeri yang dijadikan taman kecil oleh Shayna, tempat David dulu menyatakan perasaannya. Keduanya kini terdiam ditemani semilir angin yang membelai wajah dan jilbab yang mereka kenakan. Salma memutuskan datang ke galeri Shayna untuk meluruskan kabar miring yang beredar di internet. Ia tidak mau dituduh sebagai perusak hubungan orang. Apalagi, Salma akui jika Ghali dan Shayna adalah orang yang baik dan keduanya cocok, serasi menjadi pasangan. “Hmm, ada yang bisa saya bantu, Mbak Salma?” “Ah, iya. Panggil Salma aja, Mbak Shayna. Ada yang mau saya bicarakan.” “Oh, silakan. Kalau begitu panggil saya juga Shayna aja.” “Hmm, sebelumnya maaf saya mengganggu waktu kamu yang pasti sibuk. Saya datang ke sini hanya ingin meluruskan kabar miring yang beredar di medsos. Saya dan Chef Ghali memang berada di sana. Chef Ghali menolong saya agar bisa lepas dari kerumunan tawuran itu dan saya pulang dengan selamat. Jadi, Chef Ghali murni hanya menolong saya sebagai bentuk rasa kemanusiaan. Kami gak ada hubungan apa pun seperti yang diberitakan di medsos, itu semua gak benar. Saya harap kamu percaya semua omongan saya,” jelas Salma panjang lebar. Shayna mencerna semua penjelasan dari Salma. Dari sorot matanya, perempuan di hadapannya ini menunjukkan kejujuran. Shayna bisa membacanya. Lagipula, Shayna yakin Ghali tidak mungkin bermain api dengan perempuan lain. Shayna percaya Ghali tahu batasan-batasan yang harus dijaganya. Akhirnya, senyum kelegaan terbit di bibir mungil Shayna. “Alhamdulillah, iya saya percaya kok, Sal. Kamu gak usah khawatir.” “Alhamdulillah, saya juga lega. Saya langsung datang ke sini karena gak mau dicap sebagai perusak hubungan orang, apalagi kalian akan menikah. Saya mohon maaf sebelumnya, ya. Gara-gara Chef Ghali menolong saya, dia kalian jadi terkena imbas gosip miring ini. sekali lagi saya minta maaf.” “Kamu gak perlu minta maaf, Salma. Saya paham. Kak Ghali pasti ingin menolong kamu, itu wajar dan saya maklum. Tentang gosip itu gak usah dipikirkan, nanti juga reda sendiri.” Shayna berusaha untuk maklum. Memang beginilah risikonya jika ia menikahi dengan chef seleb yang sedang terkenal. Semua perilakunya akan menjadi sorotan publik. “Alhamdulillah, saya bersyukur banget kalau kamu mau ngerti, Shayna.” Salma merasa bebannya sudah terangkat dan ia bisa menjadi tenang. “Kamu pernah masak bareng Kak Ghali di acaranya, ya?” “Iya betul. Sebenarnya, itu juga di luar rencana.” Salma menjelaskan kronologis dirinya bisa bersama Ghali di acara masak itu. Shayna pun menganggukkan kepalanya paham. === Ghali menghela napas lelah menatap rembulan yang bersinar terang dari jendela kamarnya yang terbuka. Ia baru pulang dari cafe dan membersihkan dirinya. Biasanya ia akan langsung tidur karena tidak ingin terlambat bangun untuk salat malam. Tapi, entah mengapa malam ini ia ingin menikmati suasana malam yang indah dan merenungi kejadian-kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini. Mulai dari rencana pernikahannya denga Shayna, karirnya yang sedang melesat sebagai chef dan juga gosip-gosip miring yang menimpanya. Tok ... tok ... tok Ghali menoleh ke arah pintu kamarnya yang sudah terbuka usai ketukan tadi. Ternyata yang mengetuk adalah sang ibu, Lisa. “Ibu?” “Kok tumben jam segini kamu belum tidur?” tanya Lisa sambil melangkah mendekati Ghali di pinggir jendela kamarnya. “Gak tahu, Bu. Lagi susah tidur,” jawab Ghali seadanya. Lisa tersenyum mengetahui kegalauan yang sedang menimpa putranya itu. Lisa memang tahu tentang gosip Ghali bersama Salma. Lisa yang sudah mendapatkan penjelasan dari Ghali dan Fiyya memberi pemahaman pada Nita dan Revan, calon besan mereka. Ya, untung saja mereka bisa memahami. Lisa merangkul Ghali dan mengusap-usap bahu putranya dengan sayang. Lisa ingin memberikan dukungan dan semangat pada anaknya itu. “Bu?” “Hmm?” jawab Lisa dengan gumaman. “Apa aku salah ya, Bu?” “Salah? Salah dalam hal apa?” “Karier aku, Bu. Dulu, aku gak nyangka kalau acara yang aku bintangin akan melejit dan aku bakal seterkenal ini, Bu. Aku dulu gak mikirin efek sampingnya. Aku dan seluruh kehidupanku akan jadi sorotan kayak gini. Aku takut, Shayna dan keluarganya gak nyaman sama profesi aku ini karena pasti akan sering timbul gosip-gosip miring kayak kemarin.” “Setiap pekerjaan memang gak mudah, Ghal. Pasti ada positif dan negatifnya. Selama kamu merasa berada dalam jalan kebaikan, kamu memang akan selalu mendapat ujian. Menurut ibu, selama kamu gak berbuat salah apa pun, kamu gak perlu khawatir tentang gosip receh atau murahan apa pun itu karena nanti juga kebenaran akan terungkap. Orang-orang juga udah tahu kamu seperti apa, Ghali. Image kamu di mata publik sudah bagus dengan tindakan jujur kamu. Jadi, selama kamu sudah merasa berbuat yang benar, jangan takut sama komentar yang negatif yang berusaha untuk menjatuhkan kamu, ya?” “Begitu ya, Bu?” “Iya, Sayang. Udah kamu jangan galau begini, ah! Udah gede, udah mau punya istri.” “Ck, ibu. Gak ada hubungannya kali.” “Duh anak ibu udah besar. Sini peluk!” Lisa memeluk anaknya dengan sayang. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru saja kemarin ia menikah dengan Faraz dan melahirkan anak—anak. Kini, putra pertamanya sudah siap untuk menikah. Mereka akan meninggalkan dirinya dan juga Faraz satu per satu. Lisa menepuk-nepuk bahu Ghali. Seketika ada rasa takut yang menyelinap ke dalam hati Lisa, mengingat perbuatannya di masa lalu. “Semoga rencana pernikahan kamu dan Shayna lancar sampai hari-H ya, Sayang.” “Aamiin.”

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN