Dea langsung menjatuhkan kepalanya di meja saat Pak Damar dosen yang mengajar nya tadi sudah keluar kelas, Fatma dan Fiony yang berada di sebelahnya menghadap ke arah Dea aneh.
"Tumben lo masuk kelas? Biasanya juga bolos." Ceplos Fatma sambil menoel-noel pipi Dea. Dengan risih Dea langsung menyingkirkan tangan Fatma darinya itu.
"Mungkin mulai hari ini dan seterusnya enggak bakal ada lagi kata bolos dan badung dalam kamus gue." Ucap Dea lemah sambil membuka matanya perlahan.
"Pasti gara-gara Pak Sam, ya?" Tebak Fiony yang langsung membuat Dea merengut. Tuh kan denger namanya aja udah bikin Dea mules, apalagi kalau ketemu wujud aslinya.
"Ya udah yuk ke kantin aja!" Ajak Fatma sambil menarik Dea yang tengah loyo itu, saat hendak berdiri tiba-tiba Dea merasakan getaran di saku hoodienya. Dea lalu mengeluarkan HP-nya dan melihat si pengirim pesan.
+628523615****: ini Dea, kan?
13.15 PM Read.
Dea langsung mengernyit heran, tanpa sadar dirinya malah kembali duduk membuat Fatma dan Fiony meninggalkanya karna lama. Dea hanya mendengus saat melihat dua curut itu pergi begitu saja, awas ae lu pada!
Sambil berkedip sekali, Dea kemudian mengetikkan balasan untuk si pengirim.
Me: iya, lo sapa?
13.17 PM Read.
TING!
Tidak butuh waktu lama si pengirim kembali memberi balasan.
+628523615****: aku Benua.
13.17 PM Read.
Me: oh..Benua, kok lo bisa
dapet nomor HP gue?
13.18 PM Read.
+628523615****: kan
kemarin aku minta De,
masa kamu lupa.
13.18 PM Read.
Membaca pesan itu Dea langsung menepuk jidatnya keras, ah elah kenapa otaknya makin lama makin tambah aja sih pikunya. Jari Dea lalu tergerak untuk menyimpan nomor asing tersebut.
Me: oh iya hehe,
sorry lupa gue.
13.20 PM Read.
Benua Asia: iya gak papa
kok, em.. sekarang kamu
sibuk nggak?
13.20 PM Read.
Me: nggak sih, kelas
gue udah habis. Kenapa?
13.20 PM Read.
Benua Asia: aku mau
ngajakin kamu jalan. Mau?
13.20 PM Read.
Me: hmm, cuacanya panas.
Kalo lo mau jemput
gue pake mobil gue mau.
13.21 PM Read.
Dea tertawa pelan membaca pesanya, pasti setelah ini Benua langsung ilfiel padanya karna mengira dirinya cewek matre. Melihat Benua yang hanya membaca pesannya tanpa membalasnya Dea menggedik bodo amat lalu memasukkan handphonenya kedalam saku hoodienya kembali.
"Pasti kapok tuh bocah sama gue." Dea tersenyum bangga, setelah itu melenggang santai keluar kelas.
Dea berjalan menyusuri koridor sambil memasang earphone di telinganya, kepalanya dia tutup dengan tudung hoodie membuatnya lebih terlihat seperti cowok ketimbang cewek.
Dea menyipit saat melihat Sam yang tengah dikerubungi mahasiswi itu. Dea mendengus kesal, mereka tuh ngampus niatnya mau belajar apa modus doang, ha?!
"Apa-apaan sih, lo?!" Bentak salah satu diantara mereka saat Dea mendusel-dusel masuk kerumunan. Dea masa bodo mendengar ceriwisan mereka. Tuh monyong benerin dulu napa, warnanya udah kayak ondel-ondel aja.
Lalu saat sampai di kerumunan paling depan, Dea langsung menarik tangan Sam membuatnya sedikit melotot kecil karna tidak menyangka Dea ada di sini.
"SORRY SEMUANYA, PAK SAM NYA LAGI ADA URUSAN SAMA GUE!" Teriak Dea bar-bar lalu menarik tangan kekar Sam keluar dari kerumunan.
"Bapak kenapa sih gak ngelawan aja kalo di gangguin mereka?!" Dea kesal sendiri, Sam kan orangnya killer tuh trus kenapa kalo di gangguin diem aja coba.
Sam mendengus, "begini ya Deandra, saya memang terkenal sebagai dosen yang tegas disini, tetapi kalau saya marah-marah saat mereka mengerubungi saya dengan alasan bertanya pelajaran. Apakah itu dibenarkan?"
Dea terdiam, penjelasan Sam barusan ... ada benarnya juga.
"Trus Bapak diem aja digituin sama mereka, sampai kapan?" Dea mengubah air mukanya lebih meredup.
Sam terdiam sejenak, maju selangkah. "Memangnya hubunganya sama kamu apa?" Dea mendongak.
"Gak ada sih, yaudah saya pergi dul-"
"Ikut saya!" Tanpa persetuanya Sam langsung menarik tangan Dea menuju ruanganya. Dea hanya mingkem, tumbenan dirinya jadi kicep begini.
"Kamu mau minum?" Dea menggeleng langsung. Sam menghela napas sesaat, "yaudah kamu duduk dulu." Perintahnya yang langsung dituruti Dea.
"Bapak ngapain sih ngajakin saya kesini, saya mau pulang, Pak!" Dea mendengus kesal. Tatapan Sam langsung berubah, nampak sesuatu yang aneh dari wajahnya.
"Kalau saya suka sama--"
Drrrt.... Drrrt....
"Sebentar, Pak!" Dea langsung memotong ucapan Sam saat mendengar suara deringan HP-nya. Gadis mungil ini mengambil HP nya dan melihat ID si penelepon.
Benua.
Dea langsung mengangkatnya. "Halo."
"De kamu dimana? Masih di kampus, kan?"
"Iya, kenapa?"
"Aku udah ada di depan kampus kamu. Kamu bisa kesini?"
"Hah?! Ngapain?"
"Sesuai perintah kamu tadi, aku bawa mobil."
Mendengar itu Dea langsung terdiam di tempatnya, dilihatnya ekspresi Sam yang juga kurang suka saat melihatnya teleponan. Dea kembali mengalihkan pandangan.
"Iya gue kesana sekarang."
TUT!
Dea langsung memutus sambungan telepon, lalu merapikan hoodie nya saat berdiri.
"Kamu mau kemana, Deandra?"
Dea menatap datar Sam, "maaf Pak, saya harus pergi sekarang. Ada urusan." Lalu berbalik.
"Tunggu sebentar, saya belum selesai ngomong sama kamu!" Cegah Sam sambil ikut berdiri.
Dea berhenti melangkah, lalu menjawabnya tanpa membalik tubuh. "Kita bahas besok saja, Pak." Lalu melangkah pergi tanpa menatap wajah Sam lagi. Dea sadar kok. Sadar banget!
Kalau Sam tadi mau menembaknya.