Part 07: Rencana Ngibul Gagal Total

1306 Kata
Dea membuka matanya dengan kesal, mendorong tubuh Sam agar menjauh darinya. Sam yang terdorong itu pun malah menatap Dea sambil terkekeh pelan, "sepertinya yang mengharapkan hal yang tidak-tidak itu kamu, deh." Sontak Dea langsung mengalihkan wajah dengan tangan bersedekap kesal. "Habisnya posisi Bapak tadi itu bikin orang salah paham, sih!" "Bikin orang salah paham atau kamu yang salah paham?" Sam berjalan mendekat kearah Dea sambil menutup mulutnya yang tertawa pelan. Dea semakin dibuat merengut olehnya. "Bodo lah Pak! Terserah Bapak saja!" Dea dengan jengkel berjalan menuju drum besar yang ada di sekitar sana, dengan santai dirinya melompat ke arah drum itu lalu duduk dengan gaya yang sangat tidak elitnya. Sam sampai melotot kecil melihat tingkah ajaib mahasiswinya itu. Sungguh mirip kera. "Kamu itu cewek, kenapa tingkahnya bar-bar begini, sih?!" Sam tidak habis pikir, menurutnya Dea itu gadis yang imut dan manis saat pertama kali bertemu. Iya! Cuma saat pertama kali doang, karena setelah bertemu beberapa kali argumen itu langsung hangus tak tersisa. Dea yang sedang ongkang-ongkang kaki di atas drum besar mendecih pelan. Kenapa sih semua orang ribet banget dengan hidupnya? Dea sendiri aja santai-santai saja kok. "Bapak ngapain sih ngajakin saya kesini?" Tanpa berniat menjawab pertanyaan Sam tadi, Dea menunduk menatap tanya Sam yang berada tak jauh di bawahnya. Sam mendengus melihat perilaku Dea, "kamu sama dosen yang sopan, cepat turun!" Perintahnya galak sambil menunjuk-nunjuk Dea. Dea mendecak malas lalu dalam sekali hentakan dirinya langsung melompat tepat di depan Sam. Sam langsung memundur selangkah karena terkejut. Astagfirullahaladzim .... Dea ini beneran cewek atau wanita jadi-jadian, sih?! "Tuh udah turun, puaskan Pak!" Sungutnya sambil melirik sinis Sam yang berada di sebelahnya, benar-benar tidak ada sopan santunnya sama sekali. Sam menghela napas lelah dengan tingkah Dea, mau diceramahin sampai mulutnya berbusa pun pasti Dea juga tidak akan mendengarkan. "Saya punya dua pilihan buat kamu." Dea langsung menoleh kearah Sam dengan pandangan bertanya. Sam menatap kearah depan, memandang lingkungan fakultas dari atap gedung ini. "Pilihan apa, Pak?" Sahut Dea merasa tidak mengerti. "Kamu pasti tahu kan kalau nilai kamu itu jelek pake b.a.n.g.e.t." Dea langsung merengut masam saat Sam menekankan akhir kalimatnya. Ya emang sih nilainya jelek, tapi enggak usah diperjelas gitu juga dong! "Dan di sini saya akan berikan kamu 2 pilihan, pertama kamu akan mengulang semester ini lagi-" "Apa Pak?!!" Dea langsung menjerit histeris. "Ck! Kamu dengerin saya dulu!" Sam berdecak malas. Dea hanya meringis lalu kemudian meminta maaf dan menyuruh Sam melanjutkan ucapannya lagi. "Dan pilihan kedua kamu," Sam kali ini menghadap ke arah Dea sepenuhnya dengan pandangan penuh arti. "Kamu akan melakukan bimbingan privat dengan saya setiap minggu." "HAH?! Yang bener aja, Pak!" Dea langsung mencelat kaget mendengarnya, apa-apaan pilihan yang diberikan Sam barusan, dalam undang-undang perkampusan memang ada yha pilihan semacam itu? Kalaupun ada pasti Sam sendiri yang telah membuatnya. Tingkah dosennya ini kan memang antik sekali. Sam dengan santai mengangkat kedua bahunya, "ya terserah kamu sih mau pilih opsi pertama atau kedua, saya fine-fine aja." kepala Dea rasanya sudah ber kepul-kepul asap. Fine-fine palamu, Pak! "Pak ini beneran nggak ada pilihan lain?" Dea masih mencoba bernegosiasi dengan Sam. "Saya berikan kamu pilihan itu sudah bagus, jangan ngelunjak kamu!" "Tapi kan, Pak-" "Pilih saja langsung!" Sam langsung memotong ucapan Dea. Menghela napas berat, dengan kecewa Dea akhirnya mengatakan. "Saya pilih opsi kedua deh, Pak." Dan tanpa Dea sadari, lengkungan bibir Sam naik beberapa senti dari tempatnya. *** "Oi bekantan!" Teriak seseorang dari arah belakang, namun anehnya Dea malah menoleh kebelakang membuat Fatma yang sedang berjalan seorang diri tertawa terpingkal-pingkal. "Wah lo ngakuin diri lo bekantan ya, De?" Dea mengumpat namun hanya sebatas bentuk bibir yang di monyong-monyong kan tanpa suara, karena mulai sekarang Dea tidak akan lagi mengumpat sarkas ditempat umum terutama kampus seperti ini, sebab resiko kedatangan pawang kampus (baca: Sam) itu sangat besar. "Pipin kemana?" Tanya nya sambil kembali berjalan beriringan dengan Fatma. Pipin merupakan nama panggilan akrab mereka berdua untuk Fiony. Fatma mensejajarkan jalannya dengan Dea, sambil mengunyah permen karetnya, "pulang duluan dia, dianterin Kak Rehan." "Whiss .... gila! Incarannya kating, Bro!" Dea bertepuk tangan kagum. Fatma tidak menyahut karena sedang asik menggelembung gelembung kan permen karetnya. "Oh ya De, anterin gue ke Gramed dong." Ucap Fatma tiba-tiba. "Ah ogah, males gue. Disana isinya buku semua gitu, bikin kepala gue jadi puyeng!" Tolak Dea langsung. Fatma melepeh permen karet nya asal lalu menggandeng lengan kanan Dea erat, "please dong anterin gue, ada buku yang harus gue beli nih buat penelitian!" Bujuknya masih kekeh. Dengan paksa Dea melepaskan cekalan tangan Fatma, berjalan duluan begitu saja. "Gue traktir McD, deh!" Dan seketika Dea langsung berhenti berjalan, memundurkan langkah kembali. "Yaudah ayo!" Ajak nya semangat membuat Fatma mendecih pelan. Punya teman kok gini amat! *** Dea melihat-lihat buku di tempat yang sudah mirip dengan dunia buku ini dengan bosan, Fatma yang sedang berada di rak buku pelajaran meninggalkannya sendirian. Aslinya tidak meninggalkan sih, tapi Dea sendiri yang memilih untuk pergi dari buku pelajaran. Kalian pasti sudah tahu kan alasannya, jadi disini lah Dea sekarang di tempat komik dan n****+. "Ah novelnya kok gini-gini aja, sih!" Sambil bersedekap menatap tumpukan n****+ yang berada di rak-rak itu dengan malas, dengan bosan Dea mencomot salah satu n****+ yang ada di rak, ya cuma sekedar lihat-lihat doang lah biar nggak kelihatan boring nya. Fatma yang sedang memilih-milih buku untuk penelitiannya menatap seorang lelaki yang baru memasuki tempat ini dengan melotot kecil. "Eh, Pak Sam!" Sam yang sedang berjalan dengan tenang langsung menoleh ke arah suara, memasukkan lengannya ke dalam kantong celana kainnya sambil berjalan mendekat kearah Fatma. "Kamu Fatma, kan? Temannya Deandra?" Tebaknya yang diangguki Fatma. "Kamu di sini sendirian?" Tanya Sam sambil mengamati buku yang tengah Fatma pegang, lah begini dong! Seharusnya mahasiswa itu rajin begini, bukan malah petakilan kayak Dea. Fatma menggeleng sekali, "enggak kok Pak, saya sama Dea." Sam langsung menegak seketika. "Dimana Deandra?" Fatma aslinya aneh mendengar Sam yang mengucapkan nama Dea dengan begitu lengkapnya, tetapi karena tidak mau berurusan dengan dosen bermulut pedas ini Fatma akhirnya lebih memilih mengabaikannya. "Itu loh di sana, Pak!" Sambil menunjuk seorang gadis yang tengah membolak-balik sebuah n****+ yang ada di tangannya. Sam mengangguk kecil. "Ya sudah saya ke sana dulu, ada yang mau saya bahas sama Deandra." Tidak mau kelihatan kepo nya, Fatma pun hanya mengangguk sekilas sambil mengatakan iya Pak. Sam berjalan kearah Dea yang masih sibuk dengan novelnya, Sam tebak Dea pasti tidak membaca n****+ yang ada di tangannya. Saat hendak sampai ke arah Dea langkahnya seketika terhenti ketika melihat Dea mengeluarkan handphonenya lalu memotret lingkungan di Gramed ini, tetapi bukan memfoto n****+ ataupun komik Dea malah memfoto tumpukan buku pelajaran yang ada di sana. Sam awalnya mengernyit namun saat mendapatkan notifikasi dari HP nya Sam dengan sekuat tenaga menahan tawanya. Deandra cewek barbar: send a pict/ Deandra Cewek Barbar: tuh Pak lihat, saya rajin, kan! 17.11 PM. Read. Sam menutup mulutnya dengan punggung tangannya, ternyata tingkah Dea itu sangat lucu. Me: kamu sedang di Gramedia? 17.11 PM. Read. Deandra cewek barbar: iyadong Pak! Saya kan rajin anaknya! 17.12 PM. Read. Sam menoleh ke arah Dea dan saat ini gadis itu tengah menyandarkan punggungnya pada rak buku sambil tertawa songong. Sam semakin ingin menyemburkan tawanya. Me: wah bagus kalau begitu, ngomong-ngomong kamu pakai baju apa hari ini? 17.15 PM. Read. Deandra cewek barbar: kenapa emangnya, Pak? 17.16 PM. Read. Sam kembali menatap Dea, dan saat ini gadis itu tengah berkomat-kamit tidak jelas dengan wajah yang tampak bingung. Me: oh tidak papa, sih. Cuma saya lihat ada gadis yang mirip kamu disini. 17.16 PM. Read. Kali ini bisa Sam lihat Dea langsung menegak kaget. Deandra cewek barbar: Bapak dimana sekarang? 17.16 PM. Read. Me: oh kebetulan sekali, saya ada di depan kamu. 17.17 PM. Read. Dea yang ada di seberang sana langsung memucat, mengelilingkan pandangan dan seketika terpaku melihat keberadaan Sam yang hanya berpaut 3 meter dari tempatnya itu. Sam tersenyum lalu melambai, "hay Deandra!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN