Sepertiku

1864 Kata
Saat Raisa masih terjaga, tidak bisa tidur dengan baik kali ini. Dia membuka kedua matanya dan duduk dari tidurnya. Dia juga turun dari tempat tidurnya berlari menghampiri balkon kamar melihat sebuah mobil masukn dari pintu gerbang masuk ke halaman vila. "Itu ... diakah?" gumam Raisa sedikit tersenyum bahagia dan bersemangat. Raisa menjadi salah tingkah antara keluar berlari dan menyambut kedatangan Dika, atau dia tetap di dalam kamar dan menunggu Dika datang menghampirinya saja nanti. Pada akhirnya, Raisa memilih untuk duduk di tepi ranjang merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya amengurungkan niatnya untuk menghampiri Dika yang baru saja datang tadi. Menatap langit-langit kamarnya membayangkan wajah Dika yang sudah seminggu lebih dia tidak melihatnya. "Untuk apa aku menemuinya, biarkan saja dia yang datang menemuiku. Aku yakin dia yang membutuhkanku," gumam Raisa. Raisa hanya berguling-gulingkan tubuhnya di ataas tempat tidur tanpa mencoba untuk keluar dari kamarnya dan menmui Dika yang sudah selama satu jam datang kesana, sudah sangat larut sekali Raisa masih saja belum mencoba untuk tertidur. Dia msih mencoba bertahan untuk tidak pergi keluar dan menemui Dika dan menunjukan dirinya sanagt membutuhkan pria itu. "Ini sudah dari satu jam sejak dia datang tadi, mungkin dia sudah tetidur juga. Sebaiknya aku keluar untuk mengambil minum saja, memastikan dia tidur apa belum atau itu bukan dia," gumam Raisa, bangun dari tidurnya dan berjalan mendekati pintu kamarnya. Raisa menyesai dirinya yang tidak tidur di kamar utama adi, jika tidak dia akan bertemu dengan Dika di dalam kamar dan sudah bisa menyapanya. "Besok saja aku menyapanya," tegas Raisa. Raisa berjalan keluar dari kamarnya, sempat juga dia menoleh keaarah kamar dika yang tak jauh dari kamarnya meski dia sedikit berharap jika pria itu akan datang padanya dan menemuinya juga memberikan dia jawaban tentang sebuah pernikahan yang dia inginkan saat itu. "Dia sudah tidurkah?" Raisa berbicara sembari menuruni tangga dan juga sesekali menoleh ke arah kamar Dika yang masih tertutup rapat tanpa ada pergerakan disana. Bertemu dengan beberapa pelayan yang masih terjaga, Raisa menyapa mereka juga dia menolak tawaran mereka yang akan membuatkan makanan yang di inginkan Raisa yang ingin makana sesuatu untuk dia makan kali ini. Dia bergegas masuk ke dapur dan mencari makanan di lemari pendingin setelah membiarkan pelayan untuk beristirahat setelah bekerja seharian ini. Raisa juga memriksa lemari pendingin dan mengambil beberapa makanan yang akan dia buat untuk mengenyangkan perutnya yang berteriak di tengah malam. "Alangkah baiknya jika ada mie instan di vila ini," gumam Raisa, dia mengambil beberapa telur dan juga sayuran hijau yang akan dia campurkan dengan semangkuk nasi dan juga campuran daging yang dia rebus lebih awal tadi. Raisa tersenyum senang saat dia mencium makanan yang ada di hadapannya dan sudah tercampur rata juga begitu harum dan semakin membuat perutnya semakin berteriak ingin segera menghabiskannya. Dia terkejut ketika mendapati sebuah tangan memeluk pinggangnya dan juga pelukan dari belakang dilakukan Dika mengejutkannya. "Wangi sekali," ucap Dika menyusupkan kepalanya di leher jenjang Raisa. Raisa terkejut mendapati perlakuan Dika, detak jantungnya semakin kencang menekan tangan Dika yang melingkar di pinggangnya. "Hmmm." "Makan apa, Sayang?" tanya Dika. Raisa semakin terkejut mendengar panggilan Dika padanya. "Aku ... Ini, aku lapar," jawaban Raisa dengan gugup. "Makanan apa ini? Seperti makanan hewan?" protes Dika melihat piring di tangan Raisa. "Hah? Makanan hewan, juga aku tidak membaginya untukmu!" protes Raisa melepas pelukan Dika dan meninggalkannya. "Mau kemana?" tanya Dika. "Memakan makanan hewanku!" acuh Raisa pergi dan duduk di kursi makan. Dika tersenyum tipis menghampiri Raisa yang hampir memakan makanannya. Namun Dika mengambil piring makanan Raisa dan memakannya tanpa menunggu Raisa mengizinkannya. Dia tampak lahap memakannya berulangkali meski sempat protes akan rasanya, tapi dia tetap memakannya tanpa menyisakannya untuk Raisa. "Aaaggh, kenyang!" seru Dika bersandar di kursi nya tersenyum puas. Namun Dika tidak melihat Raisa yang kesal karenanya. Melihat Dika dan juga mangkuk yang sudah kosong tanpa sisa semakin membuatnya kesal hingga rasa lapar nya berubah jadi kekesalan yang besar melihat Dika. "Kamu suka makanan hewan, Tuan?" sindir Raisa. "Heem, apalagi binatangnya cantik!" angguk Dika tersenyum menatap Raisa yang menatapnya kesal. "Cantik? Apa mau kamu makan sekalian juga?" tatapan tajam Raisa menekan kaki Dika yang dia injak. "Boleh juga, sepertinya memang jauh lebih enak dari makanan hewan ini!" seringai Dika. "Jangan harap!" seru Raisa menekan kaki Dika berdiri dan bergegas pergi. Dika meraih tangan Raisa berdiri dan memeluknya. "Kenapa kamu tidak datang menyambutku, padahal kamu belum tidur. Kamu juga tidak mau keberadaanku kah? Apa aku juga tidak boleh memakan makananmu?" ucapan dan pertanyaan Dika membuat Raisa tertegun. "Kamu kenapa?" tanya Raisa. "Temani aku tidur!" pinta Dika. "Hah?" "Ayok!" Tanpa menunggu jawaban dari Raisa yang yang tidak memahami apa yang jika katakan pria itu menarik tangan Raisa dan berjalan meninggalkan dapur hingga tuntunan tangan Dika membuat Raisa hanya menuruti apapun yang dilakukan oleh pria itu hingga hingga keduanya kini sudah berada di dalam kamar utama duduk di tepi ranjang saling terdiam satu sama lain. Lain dari sebelumnya kini Raisa merasa canggung dengan apa yang dilakukan oleh Dika dan dirinya berduaan di dalam satu kamar meski tidak melakukan hal apapun. "Sebenarnya aku memang mempunyai seorang istri, tapi aku menikahinya karena ingin mengetahui sesuatu hal yang sempat aku ragukan tentang perasaanku tapi ternyata aku sama sekali tidak menemukan dirinya meski sudah menikah." Ucapan Dika membuat Raisa terkejut dia tidak berani berbicara ataupun memberi jawaban solusi untuk Dika. Namun Raisa akan tetap menemani Dika dan mendengarkan cerita tentang pria dengan wajah yang tidak bisa di artikan itu membuatnya membenarkan posisi duduknya dan mencoba untuk mendengarkan hal yang akan dibicarakan oleh Dika. "Sebenarnya semua itu berawal dari 7 tahun yang lalu, aku sama sekali tidak tahu jika akan menerima gadis itu untuk menjadi kekasihku hingga dia masuk ke dalam kehidupanku dan tiba saat di mana aku mau meminta sebuah ciuman darinya. Tapi ternyata dia menanggapi ku dengan sangat serius, hingga meminta sebuah perpisahan selama 3 tahun dan menginginkan aku memiliki posisi seperti saat ini. Aku mengira dengan mengikuti keinginannya, aku akan mendapatkan cinta dan ketulusan darinya yang selama ini aku juga tapi ternyata aku malah menutupi mata dan telinga ku meski sudah tahu dia bukanlah gadis 7 tahun yang lalu. Aku bahkan sampai enggan untuk menyentuh tubuhnya." Dika menatap kearah Raisa hingga gadis itu tidak tahu harus menanggapi cerita Dika dengan seperti apa. "Kamu terap menikahinya kan? Kenapa tidak berusaha mendapatkan cinta nya lagi! Juga melakukan apa maumu?" tanya Raisa. "Melakukan apa?" "Itu ...." "Apa?" tatap Dika. "Yang kamu mau!" seru Raisa. "Memang apa mauku?" tanya Dika. "Ciumankan?" balas Raisa tertegun mengatakannya. "Ciuman?" tanya Dika. "Heem," angguk Raisa. "Bagaimana jika ciuman itu darimu saja?" seringai Dika. "Mimpi!" acuh Raisa. Saat Raisa bangun dari duduknya hingga dia bergegas untuk pergi tiba-tiba Dika meraih tangannya hingga membuatnya duduk tepat di pangkuan pria itu saling bersitatap satu sama lain Raisa membulatkan kedua matanya ketika ketika mendaratkan bibirnya mencium bibir Raisa dengan lembut tanpa membiarkan Raisa bangun dari duduknya hingga mengakhiri ciuman itu. Cukup lama Dika mencium Raisa hingga dia mencoba mencoba untuk mengakhirinya. Dika tersenyum tipis ketika melihat gadis itu terlihat mematung tanpa mencoba untuk protes kepadannya. "Jangan terlalu banyak terdiam, aku juga tahu kamu sangat kesulitan dalam tidurmu. Sekarang tidurlah dengan baik di sini! Jangan banyak protes." Raisa terkejut raisa mendengar ucapan dari Dika, dia bahkan melihat jika yang sudah berjalan hingga dia naik ke atas tempat tidur dan membaringkan tubuhnya tanpa berbicara dan tidak memiliki kesempatan membalasnya dan pergi dari sana. Raisa dengan terpaksa dia berjalan menaiki tempat tidur dan berbaring di samping jika. Mencoba untuk menutup kedua matanya Raisa sama sekali tidak berhasil untuk tidur dan beristirahat mengingat hari sudah sangat larut sekali jika dia tidak tidur malam ini. Hingga sebuah gemuruh terdengar di antara keduanya membuat Raisa terkejut. Dika menoleh ke arahnya mereka saling bersitatap satu sama lain. "Ini kesalahanmu karena kamu sudah memakan makanan ku!" protes Raisa. Dika tertawa, dia mengakui apa yang sudah dilakukan nya ketika menghabiskan makanan Raisa yang memang sudah membuatnya merasakan kenyang saat ini. "Aku akan membuatkan makanan untukmu," ucap Dika. "Makanan untukku, memang apa yang bisa kamu buat?" tanya Raisa. "Kamu meragukan kemampuan ku? Jika aku bisa menyediakan makanan untuk mu apa yang akan aku dapatkan?" balas Dika. "Apakah tuan muda seperti membutuhkan bayaran dari ku?" tanya Raisa. "Tentu saja jika ingin merasa puas dengan sesuatu kau harus memiliki sesuatu untuk di tukarkan," ucap Dika "Perhitungan sekali, hal seperti apa itu?" tanya Raisa "Kau hanya cukup menghabiskan makanan buatanku dan memujinya, nanti aku akan memberitahumu bayaran setimpal untuk membuat perutmu sampai terpuaskan," jelas Dika. Dika bangun dari tidurnya dengan senyum simpul di wajahnya tidak pernah surut setiap kali dia berbicara kepada Raisa. Meski gadis itu tidak memahami maksud dari Dika, Raisa tetap pergi mengikuti kemana Dika pergi dia tetap berjalan untuk melihat Dika yang akan menyediakan makanan untuknya. Di tengah malam ada Dika dan Raisa berada di dalam dapur dengan Raisa duduk di kursi makan dan Dika sedang menyiapkan makanan untuk gadis itu. "Makananmu sudah siap Nona muda!" seru Dika saat dia berbalik ke arah Raisa berada. Dika tersenyum tipis, ketika dia melihat Raisa yang tertidur bersandar di atas meja makan. "Gadis ini, ceroboh. Tidak takutkah aku akan memakannya," ucap Dika menggelengkan kepala. Dika menggendong Raisa berjalan menaiki tangga hingga sampai masuk ke dalam kamar muah titik membaringkan tubuh gadis itu. Dika tersenyum tipis dia juga mengecup sekilas bibir lembut Raisa hingga dia tersenyum dan ikut membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur di samping gadis itu. Dika terpikirkan tentang permintaan gadis yang tidur di sampingnya itu, hingga Dia hanya bisa tersenyum tipis dan duduk dari tidurnya meraih ponsel yang ada di atas meja hingga dia meminta Ben untuk menyiapkan sesuatu hal yang penting besok hari. Setelah selesai menyimpan kembali ponselnya, Dika kembali tertidur menemani Raisa yang sudah terlelap tidur dengan sangat nyenyak. Nafas teratur terdengar begitu halus ketika Dika mendekati wajah Raisa. Namun tidak dia duga, Raisa membalik tubuhnya hingga dia memeluk tubuh Dika membuat Dika terkejut tersenyum tipis dan membenarkan posisi tidurnya, tangan kanan dia lantangkan dan Raisa menindih lengannya menyusup ke dalam dadâ miliknya dan tertidur pulas antara mereka berdua. Debaran jantung yang begitu kencang jika rasakan. Namun Dika hanya bisa membiarkan Raisa melakukan hal apapun sesuka hatinya hingga dia pun mencoba untuk tertidur tanpa mencoba untuk melepas pelukan Raisa. "Kenapa gadis ini selalu menggoda aku di saat aku sedang mencoba untuk mempertahankan diriku ini. Dia malah masuk ke dalam lubang yang sangat berbahaya yang berisikan seekor singa kelaparan sepertiku," gumam batin Dika tersenyum tipis. Dika selalu terpikirkan tentang Raisa yang bersikeras untuk meminta dirinya menikahinya meski identitas gadis itu masih belum bisa di dapatkan, hingga saat ini teman-temannya yang memahami ilmu teknologi sedang berusaha keras untuk mendapatkan informasi tentang Raisa dan membuat bika yakin dan memastikan gadis itu. Tanpa meninggalkan hal lain, Dika memejamkan kedua matanya tertidur sembari menyambut pelukan Raisa yang sudah tertidur sedari tadi hingga membuatnya ikut tertidur lelap malam ini. Dia sama sekali tidak pernah terpikirkan tentang kekasihnya selama 7 tahun ini dan juga seorang istri di rumah utama miliknya kali ini hanya ada dia dan Raisa di atas tempat tidur di malam yang begitu hening tertidur lelap melepas segala hal yang membebani keduanya. NTR:Maaf Kak, sinyal di tempatku tidak ada, saya juga kebingungan. Maaf karena baru bisa up. Ikis usahakan untuk selalu tepat maaf ya kak. Love you all. Follow akunku dan tap Love ya kak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN