Nyata

2005 Kata
Perbincangan antara Nuri dan teman-temannya masih seru dilakukan mereka tanpa menyadari keadaan sekitarnya dengan pantauan seseorang. "Gila, mana ada dia yang beruntung dapat gadis palsu kaya lo!" ejek teman Nuri. "Ya, apalagi bodohnya Dika tuh. Apa dia gak menyadarinya saat kalian malam pertama? Antara masih gadis apa bukan?" tambah ejekan teman Nuri dengan gelak tawanya. "Hus, aku jahit mulutmu yang sembarangan bicara tug! Dia tergila-gila dengan diriku, tentu saja tidak akan masalah meski tahu aku sudah bukan gadis lagi," balas Nuri dengan percaya diri. "Ya, makanya aku bilang kau beruntung karena dia tergila-gila padamu," angguk teman Nuri. Perbincangan Nuri dan temannya tampak menyenangkan ketika mereka membicarakan Dika yang menjadi bahan perbincangan mereka. Mereka pun tidak menyadari jika serorang mendengarkan perbincangan mereka juga dengan kenyataan yang di ketahui oleh Dika kali ini. “Bagaimana dengan gaun ini?” Raisa berjalan keluar dari ruang ganti dengan gaun yang sama percis dengan gaun pesta pernikahan dengan wajah tersipu malu dia keluar dan mencoba untuk menutup bagian punggung gaunnya itu. Raisa mencoba untuk bertanya pada Dika, tapi pria itu sedang terdiam mematung dalam duduknya setelah dia berjalan Kembali masuk kedalam toko dan tidak mencoba lagi untuk mengikuti apalagi menyapa istrinya itu. Berjalan menghampiri Dika, Raisa sama sekali tidak mendapatkan pendapat dari Dika yang malah terdiam tanpa suara ke arahnya dan hanya diam dalam renungan dirinya seorang diri. Raisa yang tidak ingin maengganggu Dika dengan apikirannya, dia memilih untuk duduk di samping Dika dan maencoba untuk meamberinya waktu dalam diamnya “Apa yang sedang dia pikirkan?” gumam batin Raisa. Dika terpikirkan aka napa yang di katakana oleh wanita yang selama ini membuatnya jatuh cinta hingga melupakan waktu yang dia buang untuk mencintai dan menghabiskan semuanya hanya untuk mendapatkan cinta dan bukti yang dia berikan pada Nuri. Seakan tanpa jejak dan hanya penghianatan yang dia dapatkan. Mendengar suara Raisa di sampingnya, Dika menatap dalam tatapan kosong pada Raisa yang mengenakan gaun cantik di hadapannya kali ini. Teringat kembali apa yang di katakana oleh Nuri dulu, tentang ungkapan cintanya yang pertama kalinya dan juga tanggapannya dan janji yang selama ini mereka ikat hingga ke sebuah ikatan pernikahan meski tidak sesempurna yang di bayangkan. Namun pernikahan itu tetap nyata antara dirinya dan juga Nuri yang berada tidak jauh darinya. Raisa mengangkat sebelah alisnya dalam diam dia melihat Dika yang seakan kebingungan dengan pikirannya semndiri. Hingga dia tidak berani untuk bertanya tentang apa yang terjadi pada Dika kali ini. “Asa apa?” Pada akhirnya, Raisa tetap bertanya pada Dika yang menatapnya dengan panddangan kosong terpikirkabn tenmtang Nuri. “Ikut denganku!” seru Dika. Dika meraih tangan Raisa setelah dia melihat gaun yang di kebnakan aoaleha Raisa, Dika juga meambeli semua gaun yang sempat di kenakan oleh Raisa dan pergi tanpa mencoba untuk menoleh kearah Nuri yang tidak jauh dari dia keluar dari sebuah toko pakaian yang ternama akan kualitas dan juga merek yang sudah terkenal dengan desain nya. “Kenapa aku merasa melihat suamimu?” tanya teman Nuri. “Dimana? Dia tidak mungkin ada waktu untuk dating ke tempat seperti ini. Dia juga mengatakan ada pertemuan klien yang sangat membuatnya sibuk tanpa pulang ke rumah,” jelas Nuri. Teman Nuri hanya diam damn berharap apa yang dia lihat memang bukan Dika, suami Nuri yang mencintanya lebih dari pada dirinya pada Nuri ikali ini. Hingga membuat semua orang yang melihatnya tampak iri mendapatkan Nuri yang begitu di cintai Dika. “Mau kemana?” tanya Raisa. Raisa khawatir akan keadaan Dika kali ini yang sedari tadi terdiam tanpa berbicara seperti biasanya yang bahkan tadi pun sempat berulang kali Dika protes akan pakaian yang di kenakan oleh Raisa. "Kamu kenapa Dika? Apa yang kamu pikirkan?" Raisa mencoba bertanya tentang Dika yang masih terdiam, hingga Dika menoleh ke arah nya tersenyum tipis ketika melihat wajah cantik Raisa mengenakan gaun yang sama persis seperti seorang pengantin wanita. "Bukankah kamu ingin sebuah pernikahan?" Pertanyaan Dika membuat Raisa terdiam hingga dia tidak memahami apa yang dikatakan oleh pria itu. "Dika, aku tidak memerlukan sebuah hiburan. Apalagi sebuah permainan darimu, apa yang sedang terjadi denganmu?" balas Raisa. Dika tersenyum tipis, dia meyakini dirinya hingga Dika memegang tangan Raisa tanpa ragu-ragu, dia melihat sebuah gereja dan meminta supir pribadinya untuk berhenti di sana. Keluar dari mobil itu jika menonton Raisa hingga masuk ke dalam Gereja itu dan ada sebuah pernikahan sedang dilaksanakan disana, sepasang pengantin sudah melakukan acara akhir dari pernikahan itu berciuman dengan tepukan tangan dari tamu undangan terhadap sepasang pengantin baru Kedatangan Dika dan Raisa membuat semua orang terkejut termasuk sepasang pengantin, hingga Dika berada tepat di hadapan mereka. "Selamat atas pernikahan kalian, apakah boleh aku melanjutkan acara kalian?" tanya Dika. Pria itu mengakat sebelah alisnya, tapi Dika berjalan menghampiri pendeta. Dingga dia meminta pendeta itu untuk memulai ritual pernikahan dia dan Raisa tanpa ragu-ragu. Pernikahan antara Dika dan Raisa benar-benar terjadi hingga tidak ada halangan di antara mereka berdua. Kini Raisa dan Dika resmi menjadi sepasang suami istri, di beri tepukan oleh para tamu undangan dan juga sepasang pengantin itu ikut tersenyum melihat pernikahan Dika dan Raisa Raisa yang masih dalam diam nya tidak memahami apa yang dilakukan oleh Dika kali ini. Namun Dika bersama Raisa kini sudah berada di dalam mobil setelah ritual pernikahan di antara mereka berdua terjadi begitu saja dengan sangat cepat. Raisa mencoba untuk melihat kearah Dika dan menanyakan apa yang sudah dilakukan nya kali ini. Tapi mobil itu berhenti tepat di depan sebuah gedung Catatan Sipil, hingga Raisa tidak sempat lagi untuk bertanya dan berbicara kepada Dika. Berjalan masih dengan tangannya menuntun Raisa tanpa ragu-ragu, Dika berbicara kepada petugas hingga dia mau minta sepasang buku pernikahan antara Dika dan Raisa. Raisa yang masih tidak memahaminya. hingga dia hanya menuruti apapun yang dikatakan oleh Dika dan permintaan dari petugas yang ada di hadapannya itu. Kedua buku pernikahan kini sudah berada di tangan Dika, kini mereka resmi menjadi sepasang suami istri yang sah di atas hukum dengan ritual yang begitu nyata. Dika tersenyum tipis tapi tidak dengan Raisa, dia tidak percaya dengan apa yang terjadi hingga kini duduk di kursi di bawah pohon di luar gedung Catatan Sipil. "Kenapa, kamu juga ragukah dengan pernikahan ini?" Dika bertanya tanpa mencoba untuk melihat kearah Raisa, membuat Raisa semakin yakin jika Dika sedang memiliki masalah dan membuat dirinya hingga menekan sebuah pernikahan antara dia dan Dika benar-benar terjadi. "Apakah kamu anggap sebuah pernikahan itu adalah sebuah permainan?" tanya Raisa. "Apakah bukti ini bisa kamu katakan adalah sebuah permainan?" balas Dika menunjukkan kedua buku pernikahan dengan tatapan yang tidak bisa diartikan oleh Raisa. Raisa tertegun dia tidak tahu jika pandangan Dika kali ini terlihat sedikit kacaj. "Apakah kamu ingin menangis?" tanya Raisa. "Heh, tidak ada seorang pria yang dapat menangis begitu saja, apalagi H Hanya karena seseorang. Aku hanya ingin melakukan hal yang sudah menjadi ritual yang begitu mudah dilakukan, tanpa sebuah alasan yang mengikat termasuk antara kita berdua. Bukankah kamu membutuhkan pernikahan ini, begitu juga dengan aku. Tidak ada syarat dalam pernikahan kita, tapi karena sudah terjadi lakukanlah dan jalani semua yang kamu inginkan kini sudah di atas hakmu," jelas Dika. Raisa hanya terdiam dia memahami apa yang dirasakan oleh Dika. "Kamu tidak bisa menangis, bagaimana jika kamu memelukku atau aku yang harus memelukmu?" Pertanyaan Raisa membuat Dika menoleh kearahnya mengangkat sebelah alisnya, Dika tersenyum tipis dia tidak percaya jika gadis yang ada dihadapannya itu sedang mencoba untuk menghiburnya. Hingga Raisa benar-benar mencoba untuk memeluknya, tapi bukan sebuah pelukan yang dilakukan melainkan dia memukul dahi istrinya itu dengan jari telunjuk pelan. "Awww!" ringis Raisa. "Tidak mau menangis, bukan berarti aku tidak bisa menangis dan juga aku tidak memerlukan pelukanmu, sepasang pengantin pria dan wanita antara aku dan kamu tidak baik jika diakhiri dengan tangisan dan juga hal konyol seperti apa yang kamu katakan. Marilah kita pulang, sepertinya akan banyak hal yang harus kita lakukan setelah menjadi suamimu dan juga menjadi istriku!" seru Dika. Dika berdiri kini dia mulai merasa baik perasaannya setelah berbicara dengan Raisa. Meski Raisa masih tidak memahami apa yang dilakukan oleh Dika. Namun dia bangun dari duduknya dan berjalan merangkul tangan Dika memperlihatkan kebahagiaan di antara mereka berdua, meski semua mereka lakukan dengan penuh kepalsuan. Dika dan Raisa kini sudah berada di dalam mobil melakukan perjalanan untuk sampai di Villa mereka. Hingga saat Dika dan Raisa sampai di depan rumah dan masuk ke dalam villa disambut oleh beberapa pelayan yang terkejut melihat penampilan Raisa dan juga Dika mereka terlihat begitu serasi dalam penampilannya. Saat Dika berada tepat berdiri bersama dengan Raisa di samping para pelayan dia menoleh kearah beberapa pelayan di sampingnya. "Buatlah nanti malam pesta barbeque untuk menyambut pernikahan kami! Tapi ingat, tidak boleh di antara kalian yang membocorkan semua ini. Siapkan dan lakukan acara pesta untuk kita yang berada di Villa!" seru Dika. Dika dan Raisa kini sudah berjalan naik ke lantai atas hingga berada di dalam kamar kali ini. "Apakah benar tuan muda kita sudah menikah dengan Nona Raisa?" tanya pelayan bernama Dera kepada supir pribadi Tuan mudanya itu. "Ya, aku menyaksikannya sendiri ritual pernikahan mereka, bahkan buku pernikahan benar-benar nyata ada. Aku tidak percaya jika ini semua benar terjadi," jelas supir itu. "Aku benar-benar menyukai jika tuan muda benar-benar menikah dengan nona Raisa, pria tampan dan cantik benar-benar pasangan yang sangat cocok!" seru Dera. Dika dan Raisa kini berada di dalam kamar duduk di tepi ranjang dalam diam keduanya. Dika merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sembari menopang kepalanya dengan kedua tangan naik di atas kepala. "Kau tahu jika pernikahan kita ini nyata?" tanya Dika. "Ya aku tahu, tapi bukankah sebuah pernikahan harus didasari dengan cinta?" balas Raisa. "Gadis bodoh ini, bukankah kau begitu menginginkan pernikahan ini. Lalu kenapa baru sekarang kau mengatakan tentang sebuah cinta di dalam pernikahan?" tatap Dika dengan tajam. Raisa tersenyum tipis dia ikut merebahkan tubuhnya juga memiringkan tubuh hingga dia menopang kepalanya dengan sebelah tangan yang berdiri menghadap ke arah Dika yang juga menatapnya. "Kau sekarang suamiku, mau ada cinta ataupun tidak, aku tidak peduli. Tapi bukankah cinta itu begitu penting bagimu. Kenapa kau malah menduakan istrimu itu, bukankah kamu juga seorang suami dari istrimu yang lain?" Pertanyaan Raisa membuat Dika terdiam dan teringat kembali apa yang dilakukan oleh Nuri terhadapnya. "Aku tidak peduli dengan pernikahan yang lain, yang pasti aku akan menjalani kehidupan pernikahan antara dirimu dan aku sekarang. Kau istriku, bukankah seharusnya kamu lakukan sesuatu kepada ku?" balas Dika. "Sesuatu apa?" tanya Raisa. "Seperti malam pertama?" balas Dika. "Jangan bercanda, ini masih siang! Dan juga ini bukan kali pertama kamu melakukan malam pernikahan. Lagipula, bukankah kegadisanku sudah kau renggut lebih awal!" gerutu Raisa, dia mencoba untuk bangun dari tidurnya. Namun Dika menarik dirinya hingga merebahkan tubuhnya dan mereka saling bersih tetap satu sama lain. "Sayang, malam pertama tidak harus dilakukan antara seorang wanita dan pria yang masih gadis dan juga perjaka. Tapi dilakukan di atas pernikahan yang sah di antara kita berdua bukan hanya kegadisan mu yang hilang, tapi aku juga pertama denganmu, kamu juga sudah merebut keperjakaan ku?" Ucapan Dika membuat Raisa mengerutkan dahinya, dia tidak percaya jika Dika sama sekali tidak pernah melakukan hal intim seperti itu dengan istrinya. "Untuk pertama kali, jangan kira aku ini bodoh. Mana aku tahu kau itu berpengalaman atau tidak, bukankah saat itu aku sedang tidak sadarkan diri!" protes Raisa. "Kalau begitu, bagaimana kita lakukan saat kamu sedang tersadar seperti saat ini?" goda Dika. "Bukankah kamu mengatakan ingin sebuah malam pertama di dalam sebuah pernikahan? Jadi tunggu sampai waktu itu tiba jangan melanggarnya!" elak Raisa. Raisa mendorong tubuh suaminya dan bangun dari atas tempat tidur hingga dia berbalik dan menoleh kearah suaminya. "Lagi pula, pakaian ini masih baru dan harusnya di bersihkan dulu sebelim di pakai. Aku tidak menyukainya ketika jarus menggunakannya tanpa dibersihkan terlebih dahulu," ucap Raisa. Dia pergi meninggalkan Dika dan masuk ke dalam kamar mandi tanpa mencoba untuk menoleh apa lagi memperdulikan Dika yang tersenyum tipis melihat dan mendengar gerutuan Raisa. "Sebenarnya apa yang sudah kau lakukan kepada gadis yang begitu polos seperti dia? Tapi aku akan mengawali kehidupanku yang sesungguhnya dengannya meski sebuah sandiwara aku lakukan dengan wanita lain," ucap Dika. Dika merebahkan tubuhnya kembali menatap langit-langit kamar hingga tertidur di siang itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN