4. Panggilan Telepon

1362 Kata
Sebuah panggilan masuk ke ponsel Raya saat dia sedang bersantai di rumahnya, Raya memandang panggilan itu yang ternyata berasal dari panggilan yang tidak dia simpan. “Halo?” sapa Raya. “Halo Raya.” Suara seorang perempuan yang terdengar ceria menyapanya membuat dia bingung sekarang. “Ih, masa gak ngenalin suara Ibu,” lanjut suara wanita itu karena Raya masih diam. “Ini Ibu, Raya. Ibunya Mikha.” Raya meloncat dari kursi malasnya yang berada di tepi kolam renang. Dia benar-benar lupa sudah memberikan nomor teleponnya pada Ibu targetnya yang gagal itu. “Raya?” “Hah? Eh, iya Bu,” jawab Raya. Suara wanita itu tertawa kecil terdengar. “Kamu masih sungkan, ya? Maaf ya Ibu telepon kamu tiba-tiba,” ujar Ibu Mikha. “I-iya Bu, gak apa-apa,” ujar Raya padahal dalam hati dia mengumpat karena merasa keberatan. “Kamu ada acara gak hari minggu ini?” tanya Ibu Mikha lagi. “Hah? Hari minggu? Minggu ini?” tanya Raya. “Iya. Eh? Gimana? Kuenya? Iya-iya taruh situ aja.” Tampaknya Ibu Mikha tengah berada di situasi yang sibuk. “Halo?” panggil Raya lagi. “Eh Raya? Nanti datang, ya. Ada acara arisan keluarga di rumah. Nanti Ibu suruh Mikha jemput kamu, jam tiga sore ya,” ujar Ibu Mikha lalu mematikan sambungan telepon. Raya yang masih kebingungan memandang ponselnya dengan keheranan. “Aku bahkan gak tahu di mana rumah kalian?” Raya berkata pada ponselnya. Raya menaruh kembali ponselnya dan kembali berbaring, dia ingin kembali memanfaatkan hari liburnya dengan baik. Kata siapa jadi CEO itu pekerjaan yang mudah dan keren, otak Raya rasanya harus bekerja setiap saat, dua puluh empat jam, tujuh hari penuh. Namun sayangnya pikiran Raya tidak bekerja sama dengan tubuhnya yang ingin beristirahat. Dia malah terbayang wajah Mikha, lelaki itu tampak sangat misterius untuk Raya. Matanya yang tajam itu memancarkan aura dingin yang sangat kentara. Raya masih penasaran siapa yang bisa-bisanya mengerjai lelaki itu dengan mengatakan lelaki itu sebagai seorang playboy cap kakap dan melebih-lebihkan informasi mengenai lelaki itu. Menurut Raya, Mikha jauh dari kata lelaki nakal. Mikha dingin, terlihat kejam dengan wajah juteknya namun dia juga memiliki bahu lebar dan wajah tampan selaras dengan tipe Raya. Yang jelas sekarang dia tidak akan pernah menemui lelaki itu lagi, Raya mengambil lagi ponselnya dan dengan cepat dia memblokir nomor ponsel Ibu Mikha. “Selesai. Sekarang kembali ke kehidupanku yang tenang. *** Mikha turun dari motornya dan masuk ke dalam rumah, dari depan saja dia sudah melihat sosok Ibu yang sedang menunggunya seperti biasa. “Mikha pulang, Bu.” Mikha mengambil tangan Ibunya dan menciumnya. “Kamu tuh, udah bisa beli mobil kenapa masih pakai motor sih?” ujar Ibunya. Mikha menggelengkan kepalanya, Ibunya memang selalu punya bahan untuk dikoreksi dari Mikha. “Lihat nih muka kamu jadi kusam begitu. Beruntung kamu si Raya masih mau sama kamu. Udah punya pacar loh, Bang. Urus dong dirinya, kalau perlu minta diurusin aja sama pacar kamu,” ujar Ibu. Mikha melengos masuk ke kamarnya, lama-lama dia tidak tahan juga mendengar perkataan dari Ibunya yang semakin bawel. Mikha tidak marah, dia hanya kesal karena selalu dianggap kurang oleh Ibu dan Ayah. Mikha mandi dan kemudian berganti pakaian, dia singgah sebentar di cermin di kamarnya dan melihat wajahnya. Efek dari membawa motor setiap hari tentu tidak bisa dipungkiri terlihat jelas di wajahnya, tapi mau bagaimana lagi. Mikha merasa lebih nyaman dengan motor karena dia bisa ke mana-mana tanpa terkena macet. “Nah itu dia.” Kali ini Ayah menunjuk Mikha yang baru keluar dari kamarnya untuk makan malam. Mikha menuju ke arah Ayahnya yang sedang berbicara dengan Om Mikha yang merupakan Kakak Kandung Ayah dan juga Tante Mikha yang adalah istri dari Omnya. Mikha menghampiri mereka dan mencium tangan Om juga Tantenya. “Apa kabar Om?” tanya Mikha. “Baik-baik. gimana usaha kafe kamu?” tanya Tante Mikha. “Baik, Tante. Sudah mulai maju,” ucap Mikha. “Kamu tuh ya, Mik. Disuruh daftar PNS aja malah gak mau, malah pilih buka kafe begitu. Nanti masa tuanya susah loh.” Mikha tersenyum kikuk mendengarnya, lagi-lagi dia diremehkan karena pilihannya. “Ayah kamu bilang, kamu sudah punya pacar ya? o*******g dengarnya loh. Hampir aja Om pikir kamu belok karena gak pernah dengar kabar kamu punya pacar,” ujar Om Mikha lagi. Mikha menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum lebar, dia tidak menyangka Ayah akan menceritakan soal peristiwa kemarin. “Bawa ke acara keluarga nanti, Mik. Kenalkan ke keluargamu,” ucap Tante membuat Mikha kaget. “Ah, itu ... dia ... dia sibuk.” Mikha mencoba membuat alasan. “Alah, masa ada yang lebih penting dari ketemu keluarga pacarnya,” ujar Tante yang membuat Mikha dalam hati ingin mencekiknya. “Iya, Mikha. Bawa pacar kamu. Kamu tuh sudah bukan remaja lagi yang pacaran sembunyi-sembunyi,” ujar Ayah membuat Mikha tidak jadi membuat alasan lagi. “Nanti aku tanyain ya, Yah,” ujar Mikha. “Udah,” ujar si Tante sambil meletakkan ponselnya ke meja. Dia tersenyum menatap Mikha yang sudah mulai berkeringat dingin. “Udah Tante kasih tahu loh di grup WA keluarga,” ujar si Tante dengan santainya semakin membuat Mikha kesal. “Aku gak janji, ya. Dia sibuk banget,” ucap Mikha lagi sebelum pergi menuju ke dapur sebelum kekesalannya bertambah dan membuat dia melempar sofa ke wajah Tante dan Omnya itu. “Bang,” panggil Ibu yang tiba-tiba muncul. Dia membawa ponsel ditangannya membuat Mikha langsung tahu maksud Ibunya. “Ibu tadi juga udah telepon, Raya. Dia mau kok pergi ke acara kita, tapi kamu jemput,” ujar Ibu. Mikha melotot kaget mendengarnya. “Dia mau?” tanya Mikha. “Iya, tentu. Kalau gak percaya kamu telepon dia, tanya aja sendiri,” ujar Ibu. Mikha terdiam, dia tidak punya kontak dari wanita itu. “Tapi tadi Ibu telepon kok sudah gak nyambung, ya? Padahal pulsa Ibu masih banyak,” ujar Ibu sambil memandangi ponselnya. “Bang,” panggil Ibu lagi. “Kamu tahu ‘kan, kalau sampai Raya gak datang ... Ayah dan keluarga kita pasti akan malu banget. Apalagi tante kamu sudah buat pengumuman di grup WA,” ujar Ibu. Mikha terdiam, dia semakin kesal. “Kasihan Ayah, Bang.” Ibu memegang tangan Mikha. “Tolong bujuk Raya, ya,” pinta Ibu. Mikha semakin kesal, bagaimana caranya dia menghubungi wanita itu. *** Mikha menyelinap ke kamar Ibu dan mencari ponsel Ibunya. Ibu sedang mandi dan hanya saat inilah ponselnya akan sendirian, benda itu selalu menempel seharian di tangan Ibu. Mikha menyalakan ponsel dan menemukan kini ponsel Ibunya sudah mempunyai sebuah kode. “Sejak kapan Ibu pakai kode begini?” Mikha panik. Dia berniat untuk mengambil nomor dari wanita itu, dan nomor wanita itu hanya ada dalam ponsel Ibu. Mikha berpikir sejenak lalu memasukkan tanggal ulang tahun Ibunya, dan ternyata salah. Mikha kembali mencoba memasukkan semua tanggal penting yang dia tahu ada dalam keluarganya dan semuanya salah juga. Mikha frustrasi karena dia sebentar lagi Ibunya selesai mandi dan dia tidak akan lagi memiliki kesempatan untuk menjaga nama baik keluarganya. Tiba-tiba saja sebuah ide berlian muncul di kepala Mikha. Dia dengan segera mengambil ponsel Ibunya dan menuju ke kamar mandi dan mengetuknya dengan keras. “Iya?” sahut Ibu dari dalam. “Bu, ini Ibu RT tadi telepon katanya disuruh baca WA ibu, katanya penting,” bohong Mikha. “Hah? Yang bener? Bang tolong bacain dong. Ibu masih sabunan nih,” ucap Ibu. “Yes!” Mikha bersorak kecil. “Kodenya ponselnya, Bu.” Mikha berteriak lagi. “Oh itu, 000112345,” ucap Ibu. Mikha memasukkan kode itu dengan pandangan heran. “Ini angka apa, Bu?” tanya Mikha. “Itu nomor undian sabun. Ibu bikin jadi kode biar Ibu gak lupa,” ujar Ibu. “Oke.” Walaupun heran, Mikha memilih mengabaikan itu semua. Dia memasukkan kombinasi angka itu lalu segera mencari kontak wanita itu. “Nah!” Mikha segera mengetik nomor telepon dari wanita itu. Mikha segera menekan tombol panggil dan pergi dari situ. “Bang?” panggil Ibu. Tidak ada jawaban karena Mikha sudah pergi. “Apa kata Bu RT?” teriak Ibu. Sementara itu Mikha menunggu dengan hati yang deg-degan. “Halo?” suara perempuan terdengar dari pengeras telepon. “Ini aku, Mikha.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN