Selama di mobil menuju mall, suasana di antara aku dan Mas Arfa masih agak canggung gara-gara insiden lift tadi. Aku sendiri memilih untuk diam dan terus menatap ke luar jendela. Setibanya di parkiran mall, aku menunggu Mas Arfa keluar, lalu buru menghampirinya. “Apa?” tanya Mas Arfa tak paham. Aku sendiri langsung mengambil benda yang membuat alis Mas Arfa bertaut. “Buat apa pakai masker, Na?” “Ntar kalau ada orang kantor yang lewat, bisa gawat.” “Kenapa kok gawat?” “Ntar dikira aku dapat kerja jalur orang dalam.” “Tapi aku kan belum masuk perusahaan—“ “Tapi hampir semua karyawan tahu kalau Mas Arfa ini keponakan Pak Rivan, alias orang dalam.” Aku hendak memakaikan masker di wajahnya, tetapi Mas Arfa malah mundur, lalu berjinjit. “Nggak mau