Aku merasa seperti habis tertangkap basah, padahal aku hanya pergi joging bersama Mas Arfa yang pada akhirnya diketahui oleh Mas Rifqi. Tentu saja Mas Rifqi tampak sangat terkejut, bahkan dari tadi dia terus menatapku seolah bertanya ‘Kamu akrab dengan Pak Arfa?’ “Na, saya ke sini mau ngasih dokumen ini. Besok tolong kasihkan ke Mbak Sarah, soalnya besok saya nggak masuk. Tempat tinggal kamu paling dekat, jadi saya titip ini ke kamu saja. Saya sudah ngirim pesan dari tadi, tapi kamu nggak balas.” Mas Rifqi menyerahkan satu bendel dokumen yang entah berisi apa. “M-maaf, Mas Rifqi. Hapenya saya silent, jadi nggak sadar kalau ada pesan masuk.” Aku meringis di ujung kalimat. “Nggak papa, ini juga saya baru datang dan niatnya mau nitip ke Pak Satpam. Tapi berhubung saya sudah