Melamar

2223 Kata

"Hamas! Pulang, Hamas! Pulang!" Begitu tutur kata panik yang menghiasi perjalanannya menuju Bogor. Bagaimana ia tidak panik jika Mamanya sampai berteriak seperti itu? Mamanya memang sering memohon tapi kali ini permohonannya tampak berbeda. Bukan permohonan biasa yang hanya memintanya pulang atau memintanya agar mau pada Nisa atau memintanya agar mematuhi kata-kata Papanya. Kali ini sungguh berbeda. Sebagai anak laki-laki satunya, ia harus dapat diandalkan. Ia sudah dididik sedari kecil untuk menjadi penerus kepemimpinan keluarga oleh Papanya yang waktu itu masih lurus. Kalau sekarang? Hamas hanya bisa menghela nafas dalam. Hal yang paling ia sesali adalah ia sebagai anak yang tak bisa menghalangi orangtuanya untuk tak gelap mata. Ponselnya berdering lagi. Kali ini bukan mamanya mela

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN