Kembali ke rumah

1226 Kata
"Kenapa kamu melamun saja, Jumariah? Apa ada yang salah dengan perkataan saya?" Yudistira yang menyadari jika Jumariah hanya terdiam langsung melontarkan pertanyaan. Jumariah yang sedang melamun tentu saja terkejut, tidak menyangka jika semua tindak tanduknya diperhatikan oleh Yudistira. "Ekh ... Saya hanya takut merepotkan Bapak jika mengatakan memiliki alergi," jawab Jumariah yang masih menunduk. Vidya yang merasa tidak nyaman akan perlakuan Yudistira kepada Jumariah langsung melancarkan protes. Gadis itu menganggap Yudistira terlalu berlebihan. ''Andaikan kamu tahu jika Jumariah yang telah mendorong kamu, apakah kamu masih dapat bersikap baik kepadanya?" tanya Yudistira dalam hatinya. "Saya akan memesankan kamu nasi goreng telur. Oh iya, selain ikan apa lagi pantangannya?" tanya Yudistira. "Hanya ikan, Pak." Yudistira mengangguk saat mendengar jawaban Jumariah. Suara pintu yang dibuka membuat perhatian keempat orang yang berada di dalam ruangan teralihkan. Dokter kandungan yang merawat Vidya masuk dengan didampingi oleh 2 orang suster yang akan memeriksa kondisinya. "Selamat siang Ibu, bagaimana keadaannya? Apa yang dirasa sekarang, perutnya masih sering terasa kram?" "Saya jadi gampang mengantuk aja, Dok. Untuk keram udah mulai jarang banget. Jadi Dok, apa saya boleh masuk kuliah lagi?" Tampak sang dokter terdiam, dahinya tampak berkerut seakan berpikir dan sulit mengambil keputusan. Vidya yang melihatnya hanya dapat mendesah kecewa, pupus sudah harapannya untuk dapat menghirup udara segar. Tidak dapat terbayangkan olehnya akan menjalani sisa kehamilan dengan berdiam diri di apartemen Yudistira. "Kita lihat dulu kondisi Ibu dua hari ke depan, ya. Kalau kandungan kamu sudah menguat, boleh saja masuk kuliah dengan beberapa catatan tidak boleh terlalu lelah dan tidak boleh naik turun tangga sesering mungkin." Vidya yang murung akhirnya dapat tersenyum saat mendengar penjelasan dari sang dokter. "Terima kasih, Dok," ucap Vidya dengan nada riang. ''Semoga saja kamu mau mendukung Mama ya, Nak. Mama itu pasti bosan kalau harus diam di apartemen Papa terus-terusan,'' ucap Vidya dalam hati sambil mengelus perutnya yang masih rata. Yudistira yang melihatnya tampak berpikir mengenai keinginan Vidya yang ingin masuk kuliah. Sepertinya tidak buruk juga jika Vidya banyak berinteraksi dengan dunia luar. Kandungannya pun belum terlalu besar dan saat ini baru awalan semester, masih bisa mengejar untuk UAS yang kira-kira sekitar 4 atau 5 bulan lagi. Mungkin mulai sekarang Vidya harus memakai pakaian longgar saat pergi ke kampus untuk menutupi perutnya yang akan semakin membesar. *** Vidya akhirnya diperbolehkan untuk pulang setelah dirawat selama 10 hari, kandungannya pun sudah semakin menguat. Dengan adanya Jumariah yang menjaga dan menemaninya berbicara membuat pikiran Vidya tidak terlalu kosong. Melihat itu juga akhirnya Yudistira juga memperbolehkan Vidya untuk kembali ke rumah Steven. Setidaknya dengan tinggalnya Vidya di rumah sang ayah membuat para keluarga tidak akan berani untuk menguasai harta Steven seenaknya. Masalah perusahaan, Steven ternyata sudah lama membuat surat warisan yang menyatakan jika Vidya yang akan mengelolanya setelah gadis itu menyelesaikan kuliahnya. Dan juga Steven membuat surat kuasa untuk menyerahkan kendali atas perusahaannya kepada Yudistira sampai Vidya layak melakukannya. "Pak, saya harus ikut ke mana setelah Ibu keluar dari rumah sakit?" tanya Jumariah yang sedang membereskan barang-barang. Wanita itu juga baru tahu jika Yudistira dan Vidya belum menikah. "Kamu ikut Vidya ke rumahnya, Saya akan mengatakan kepada para pelayan yang ada di rumah Vidya jika kamu adalah perawatnya," jawab Yudistira sambil memainkan ponselnya. "Dan kamu ... Bisa koordinasi sama teman-teman kamu yang lain untuk menjaga istri saya saat dia pergi ke kampus?" "Bisa Pak." "Om jangan bilang kalau aku harus dikawal pas nanti pergi ke kampus?" "Yes Baby, itu tepat sekali. Om cuman nggak mau kecolongan lagi jika ada yang berniat jahat sama kamu. Jadi pilihannya cuman kuliah dengan didampingi pengawal atau di rumah saja." Vidya merenggut saat mendengarkan, wajah Yudistira memerah. Vidya begitu imut dan menggemaskan dalam pandangan Yudistira. Dorongan untuk mencium bibir yang masih terlihat pucat itu sangat kuat, tapi untunglah logika Yudis masak berfungsi dengan baik. Tidak mungkin juga Yudistira akan menerkam Vidya di depan Jumariah dan detektif yang disewanya. "Sudah jangan cemberut lagi atau Om akan cium bibir kamu," ucap Yudistira sambil mengusap bibir Vidya dengan telunjuk kanannya. "Om Yudis m***m!" pekik Vidya. *** "Selamat datang di rumah Non Vidya. Rumah ini terasa sepi banget karena nggak ada Non,'' Ucap seorang wanita berusia 50 tahunan dengan nada riang yang di belakangnya ikut serta 4 orang wanita pakaian pelayan dan 4 orang pria yang berpakaian security. Tak pelak hal itu menimbulkan rasa haru dalam hati Vidya. Awalnya dia mengira rumah ini akan kosong setelah pemakaman Steven berakhir. Tapi ternyata dugaannya salah, para pekerja yang ada di sini tetap setia menunggu kepulangannya. Hal yang sama juga dirasakan oleh para pekerja yang ada di rumah ini, saat mendengar Vidya akan kembali ke rumah Steven. Mereka merasa bahagia sekaligus tenang karena setidaknya dengan adanya Vidya membuat para keluarga tidak dapat seenaknya mengambil alih rumah ini. Ditambah lagi dengan adanya Yudistira di samping Vidya yang akan menjaga Vidya. Tinggal menunggu mereka berdua menikah maka posisi Vidya akan semakin kuat untuk dapat mengelola perusahaan Steven nantinya. "Terima kasih atas sambutannya, Mbok. Senang banget rasanya bisa balik ke rumahnya lagi, aku udah kangen banget sama kasurku," ucapan Vidya yang polos membuat semua tertawa geli, tidak akan ada yang menyangka jika gadis itu sedang mengandung dan akan menjadi calon ibu. "Mbok Tati, mulai hari ini saya akan sering datang ke sini. Jadi Mbok bisa bilang sama saya apa yang kurang, nanti saya akan usahakan." Mbok Tati hanya mengangguk saat mendengar perkataan Yudistira. "Dan ini perkenalkan Jumariah, dia ini adalah perawatnya Vidya. Meskipun Dokter bilang kandungannya sudah tidak apa-apa, tetap saja Saya khawatir ada sesuatu hal yang terjadi saat saya tidak ada di sini," sambung Yudistira. Mbok Tati memperhatikan Jumariah dengan teliti, tidak ada satupun yang terlewat dari pandangan matanya. Saat mengamati lebih lanjut tatapan mata Jumariah, Mbok Tati seketika mengerutkan keningnya. Seakan ada sesuatu dalam diri Jumariah yang membuat Mbok Tati harus meningkatkan kewaspadaannya. "Ternyata Mas Steven memilih orang yang tepat, Mbok Tati feeling-nya tajam juga," ucap Yudistira dalam hati saat menyadari jika art itu masih menyimpan kecurigaan kepada Jumariah. ''Mbok. Aku lapar, apa Mbok masak sesuatu yang enak?" "Tentu saja Mbok dan yang lainnya sudah masak dong. Non, bisa milih mau makan sup iga sapi, ayam goreng, tumis brokoli udang." Vidya langsung berbinar saat mendengar masakan kesukaannya. Sampai-sampai gadis itu masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Yudistira. Tak sabar rasanya Vidya ingin memasukkan lambungnya dengan sesuatu yang enak, makanan rumah sakit memang menggiurkan tapi tetap saja tidak seenak makanan rumah. "Pak, ikut makan saja sebelum pergi. Kami masak lumayan banyak soalnya," ajak Mbok Tati. "Terima kasih, tapi sebelumnya bisa Mbok tunjukkan kamar Jumariah? Dia akan tinggal di sini untuk menjaga Vidya, saya enggak mau kejadian lagi Vidya sampai lukain tubuhnya," ucap Yudistira. Mbok Tati mengangguk dan segera meminta Jumariah untuk mengikutinya, sementara itu dia juga memerintahkan art yang lain untuk menyiapkan makanan untuk Vidya. "Vidya makannya pelan-pelan aja ntar tersedak. Om nggak bakal minta, koq. Lagian masa Om tega membiarkan anak kelaparan," tegur Yudistira saat melihat Vidya makan dengan kalap. "Om tenang aja, aku nggak bakal kesedak. Sumpah ini enak banget, Om." Yudistira hanya dapat menggelengkan kepala saat mendengar nada suara Vidya yang seperti kebanyakan remaja lain saat berbicara. Sepertinya keputusannya untuk membiarkan Vidya di rumah Steven adalah hal yang tepat. Setidaknya di rumah yang telah gadis itu tinggali selama hidupnya ini akan membuat perasaan Vidya lebih baik. Fokusnya sekarang hanya satu, yaitu meluluhkan hati Andri agar mau menerima Vidya dan anak yang di dalam kandungannya itu. Secepatnya mereka harus menikah. Pikir Yudistira dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN