Hadir Dalam Mimpi

1304 Kata
Bagian 15 Kirana terbangun tengah malam karena dia merasa haus. Botol air mineral yang sengaja dia bawa ke kamarnya kebetulan habis. Terpaksa Kirana harus ke dapur untuk mengisi kembali botol air mineral tersebut. "Bismillahirrahmanirrahim," ucap Kirana saat hendak meneguk air yang dia isi ke dalam gelas. "Alhamdulillah," ucapnya lagi setelah merasa bahwa dahaganya telah hilang sambil meletakkan gelas kosong tersebut di atas meja dekat kompor. Setelahnya, Kirana pun mengisi botol air minum yang dua bawa tadi untuk berjaga-jaga barangkali dia masih merasa haus nantinya. Saat hendak kembali ke kamar, samar-samar Kirana seperti mendengar suara orang yang sedang menangis. Dia menoleh ke ruang tamu, di sana dia melihat ayahnya sedang duduk di atas sajadah sambil menadahkan kedua tangannya. "Ayah sedang meminta apa ya, sama Allah? Kenapa ayah sampai menangis seperti itu?" tanya Kirana di dalam hati. Kirana mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamar. Dia malah duduk di dekat ayahnya sambil menunggu ayahnya selesai berdoa. "Ayah minta apa sama Allah?" tanya Kirana saat ayahnya sudah selesai berdoa. Dia kemudian menyalami dan mencium punggung tangan ayahnya. Rutinitas yang selalu dilakukan Kirana setelah orang tuanya selesai menunaikan sholat. Baik sholat fardhu ataupun sholat Sunnah. "Semuanya. Ayah meminta perlindungan, kesehatan serta keselamatan kepada Allah, Nak," jawab Ilham. "Tapi kenapa Ayah sampai menangis?" "Menangis adalah bukti kekhusyukan dalam berdoa, Nak." "Bukan itu maksudku, Yah. Kalau soal itu, aku sudah tahu. Aku melihat Ayah begitu sedih. Apa ada sesuatu yang mengganjal di hati Ayah? Ayah bisa cerita sama aku, Yah." "Bukankah kamu masih kurang sehat? Kenapa tidak tidur lagi? Istirahatlah biar kamu cepat pulih." Ilham malah mengalihkan pembicaraan. "Ayah, aku tahu kalau Ayah sedang menyimpan sesuatu." Ilham menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Sebenarnya, Ayah mengkhawatirkanmu, Nak." "Tidak perlu berlebihan, Ayah. Ayah lihat, putrimu ini baik-baik saja." "Bukan itu, Nak." Ilham hendak memberitahu Kirana bahwa tadi dia bertemu dengan Raka, tetapi Ilham masih ragu untuk mengatakannya. Ilham tidak tahu kalau ternyata Kirana sudah bertemu lebih dulu dengan Raka. Bahkan Raka sudah menjadi guru di sekolah yang sama dengan Kirana. "Lantas apa, Yah?Ayah tidak perlu ragu untuk bercerita kepada Kirana." "Baik. Ayah akan cerita. Em, sebenarnya tadi Ayah bertemu Raka di masjid." Kirana tidak terkejut. Bahkan dia sudah menduga kalau pada akhirnya ayahnya dan Raka pasti bertemu selagi Raka tinggal di daerah pulau Rupat ini. "Tadi dia datang ke masjid. Kami bertemu saat hendak berwudhu. Ayah sempat kaget melihatnya. Sampai-sampai ayah mengucek mata, takut salah lihat, ternyata bukan. Dia memang benar-benar Raka." Ilham menjelaskan. "Em, apa dia menyapa Ayah?" tanya Kirana yang penasaran. "Sepertinya dia mau menyapa, tapi Ayah langsung mengambil wudhu dan masuk ke dalam masjid." "Oh, gitu." "Kenapa kamu biasa-biasa saja?" Ilham heran melihat sikap putrinya yang terlihat biasa-biasa saja. Tidak menunjukkan ekspresi terkejut sama sekali. Biasanya, Kirana akan langsung mengalihkan pembicaraan tentang apapun yang berhubungan dengan Raka. "Karena aku udah bertemu duluan dengannya, Yah." Jawaban Kirana tersebut berhasil membuat Ilham terkejut. "Bahkan dia mengajak di sekolah tempatku mengajar, Yah." "Kok, bisa?" Ilham tak habis pikir. "Bisa lah Yah. Dia dimutasi dari sekolah yang lama dan dipindahtugaskan ke sekolah tempatku mengajar." Kirana pun bercerita sedikit tentang Raka. Tentang awal pertemuan mereka di sekolah serta Raka mengajarkan mata pelajaran apa. Namun, Kirana tidak menceritakan semuanya. Kirana juga menutupi tentang Widya dan apa yang dilakukan wanita itu terhadap dirinya karena takut ayahnya kepikiran. "Jaga jarak dan jaga diri dari Raka ya, Nak. Ingat, kamu sudah memiliki calon suami. Bicara seperlunya saja. Lupakan saja yang pernah terjadi, anggap saja semua itu tidak terjadi dan bersikaplah biasa-biasa saja di hadapan Raka," pesan Ilham kepada anak kesayangannya itu yang dijawab anggukan oleh Kirana. Setelahnya, Ilham pun mengambil Al-Qur'an. Setiap kali Ilham merasa resah atau gelisah, dia akan membaca Al-Qur'an. Hasilnya subhanallah, bisa menenangkan dan menenteramkan hati. Dan sekarang, Ilham akan melakukan hal yang sama agar hatinya bisa tenang kembali. Kirana telah kembali ke kamarnya. Gadis cantik itu tidak langsung tidur. Dia membentangkan sajadah dan menyiapkan perlengkapan sholat. Setelah itu, dia kembali keluar dari kamarnya untuk mengambil wudhu. Kirana akan menunaikan ibadah sholat tahajjud. Itu adalah kebiasaan Kirana. Dia tidak pernah meninggalkan sholat malam kecuali sedang sakit atau sedang datang bulan. Kirana percaya bahwa doa yang dilangitkan pada saat semua orang sedang terlelap, pasti akan dikabulkan oleh Allah SWT. Insyaallah. *** Di tempat lain, Raka juga sedang menunaikan sholat tahajjud. Lelaki itu membenamkan wajahnya di atas sajadah, melaksanakan sholatnya dengan khusyu. Selesai sholat, Raka berdzikir dan lanjut berdoa. Raka meminta ampunan Allah SWT atas dosa yang disengaja maupun yang tidak sengaja dia lakukan. Raka juga meminta petunjuk tentang kebenaran fitnah yang menimpa Kirana dan juga keluarganya. Raka memohon agar Allah segera membuka kebenaran atas tragedi yang terjadi empat tahun silam itu. Raka tidak mau salah dalam mengambil keputusan. Dia tidak mau menyesal di kemudian hari. Maka dari itu, Raka akan berusaha mencaritahu kebenarannya. Raka yakin bahwa Allah maha pengasih, maha penyayang dan maha tahu. Pasti Allah akan membantunya. Raka percaya bahwa kuasa Allah itu nyata adanya. Selesai berdoa, Raka kembali terbayang wajah Kirana. Raka beristighfar berulangkali agar tidak bayangan gadis cantik itu sirna, tapi tetap saja tak bisa. Hingga Raka terlelap di atas sajadah pun, bayangan gadis itu tak juga hilang. Bahkan, Kirana sampai masuk ke dalam mimpinya. Di dalam mimpinya, Raka melihat Kirana yang sedang tertidur. Tiba-tiba ada sosok lelaki yang masuk ke kamarnya dan tidur di sampingnya. Setelahnya, seseorang berteriak dan mengatakan bahwa Kirana sedang berbuat Zina. Para warga pun berdatangan dan langsung menyeret Kirana keluar. Namun, Raka tidak bisa melihat dengan jelas siapa sosok itu. Hanya wajah Kirana saat menangis dan minta tolong padanya lah yang bisa dia lihat dengan jelas. "Kirana," panggil Raka di dalam mimpinya, lalu lelaki itu langsung terbangun dari tidurnya. "Astaghfirullah, aku mimpi buruk. Tapi kenapa mimpi itu seperti nyata, ya? Apa itu merupakan petunjuk dari Allah bahwa Kirana hanya difitnah?" Raka berbicara sendiri sambil merenungi arti dari mimpinya itu. Untuk menenangkan diri, Raka mengambil wudhu di kamar mandi, lalu mengambil Al-Qur'an dari atas meja kamar, kemudian membuka surat Al Mulk. Sebelum mulai membaca Alquran, Raka berdoa terlebih dahulu. Setelah itu membawa surat Al-fatihah sebagai pembuka surat dan lanjut membaca surat Al Mulk. Selesai membaca surat Al Mulk beserta terjemahannya, Raka mendengar tarhim dari masjid. Dia segera menggulung sajadah dan bergegas ke masjid untuk menunaikan sholat subuh berjamaah. Laki-laki yang sudah baligh memang diperintah sholat di masjid, sedangkan wanita lebih baik sholat di rumah, di dalam kamar. Dari jarak sekitar sepuluh meter, Raka melihat Ilham sedang bersih-bersih di teras masjid. Raka menghampiri Ilham sembari mengucap salam. Ilham menjawab salam Raka sambil tersenyum dan kembali melanjutkan tugasnya. Raka hendak bicara kepada Ilham, tapi niatnya dia urungkan saat melihat jamaah lain mulai berdatangan. "Setelah sholat subuh saja. Barangkali Om Ilham mau diajak bicara. Insyaallah, niat yang baik akan dipermudah oleh Allah," batinnya. Tak lama kemudian, seorang jamaah memukul bedug pertanda waktu sholat sudah tiba. Seperti biasa, Ilham langsung mengambil posisi di depan, lalu mengumandangkan adzan dengan suara merdunya. Sebenarnya Raka berniat untuk mengumandangkan adzan, namun dia sungkan karena dirinya orang baru. "Masya Allah, merdunya suara Om Ilham," puji Raka di dalam hati. "Om Ilham adalah orang yang beriman. Tidak mungkin dia menjadi dukun santet atau dukun pelet." Batin Raka kembali menyangkal kebenaran fitnah tersebut setelah melihat fakta-fakta yang ada. Selesai adzan, para jamaah menunaikan sholat Sunnah qobliyah, dua rakaat sebelum Subuh. Setelah itu lanjut menunaikan sholat berjamaah yang diimami oleh Ilham. Para jamaah terlihat khusyuk. Sholat berjamaah pun berjalan dengan lancar dan tertib. "Om, boleh minta waktunya sebentar? Aku ada perlu dengan Om." Raka memberanikan diri mengatakan hal itu kepada Ilham setelah para jamaah pulang ke rumah masing. Hanya menyisakan mereka berdua saja di dalam masjid. "Nak Raka mau bicara apa?" tanya Ilham langsung to the points. "Jika mau membahas hal yang terjadi beberapa tahun silam, maaf saya tidak punya waktu." Raka tertunduk lesu mendengar jawaban Ilham. "Bagaimana aku bisa mengetahui kebenaran jika Om Ilham saja tidak mau bicara denganku?" Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN