Chapter 5

1658 Kata
Pukul: 19. 30            Saat ini Rachelta sedang berada di ruang keluarga sendirian sambil mengerjakan tugas kuliahnya, sebentar lagi dirinya akan lulus dan dia bisa menyandang gelar Dokter yang sudah ia impikan sejak dulu. Sedangkan Edgar belum pulang, bahkan pria itu tidak bisa menjemputnya tadi siang karena masalah pekerjaan. "Hai." sapa Edgar tiba-tiba dari samping sofa yang Rachelta duduki, membuat wanita itu terlonjak kaget sambil menoleh mendengar suara Edgar. "Kapan masuk? Aku tidak mendengarnya tadi?" tanya Rachelta. Edgar tersenyum lalu berjalan untuk duduk di samping wanita itu, ia melihat sekilas buku dan laptop Rachelta di atas meja lalu kembali menatap Istrinya itu. "Kau terlalu serius belajar." balas Edgar sambil tersenyum. "Benar juga. Kalau begitu Kakak mandi dulu, biar aku panaskan makan malam." ucap Rachelta. "Kau masak?" tanya Edgar. "Tidak. Tadi Kak Edo ke sini" ucap Rachelta memberi tahu kalau tadi Kakaknya ke sini. "Aku kira kau masak." balas Edgar lalu pergi ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya.   Pukul : 20. 00           Saat sudah selesai dengan makan malamnya Edgar dan Rachelta sekarang ini sedang bersantai di sofa depan tv. Edgar merapatkan dirinya ke Rachelta yang sedang fokus menonton tv. "Aku dengar kau memiliki adik?" tanya Edgar. "Iya dia laki-laki." balas Rachelta. "Tapi kenapa tidak datang saat pernikahan kita?" tanya Edgar lagi. "Dia masih kuliah di Amerika, dan katanya dia tidak bisa datang karena harus menyelesaikan ujian akhirnya sebelum kembali ke sini" jelas Rachelta. "Kalau begitu aku hatus bertemu dengannya nanti." ucap Edgar. "Nanti aku akan beri tahujika dia sudah pulang." balas Rachelta.                                                                                               ***   Pukul: 06. 15   Rachelta membuka matanya sedikit demi sedikit lalu tersenyum saat menemukan wajah polos Edgar saat tidur di hadapannya sekarang ini. "Bahkan pelukanmu masih sangat erat." ujar Rachelta pada Edgar yang masih tertidur. Rachelta menyingkirkan tangan Edgar di pinggangnya dengan pelan lalu berdiri dan berlari cepat ke kamar mandi karena ia tak mengenakan apapun di tubuhnya. Setelah selesai mandi Rachelta langsung meluncur ke dapur, ia akan membuat sarapan dan jus stroberi kesukaan Suaminya. Saat tengah serius memasak, Rachelta tiba-tiba merasakan ada yang memeluknya dengan possessive dari belakang, dan dia tahu itu pasti Edgar karena tidak ada orang lain selain dirinya dan pria itu di sini. "Kau sudah bangun rupanya, kau tahu aku mencarimu?" ucap Edgar sambil menciumi leher Rachelta. "Kakak mandi dulu." suruh Rachelta sambil menyingkirkan kepala Edgar di lehernya karena merasa geli. "Apa kau ingin honeymoon lagi?" tanya Edgar masih memeluknya dalam posisinya. "sebentar lagi aku ada ujian." ucap Rachelta. "Setelah kau wisuda kita akan berangkat." balas Edgar. "Terserah Kakak saja, aku hanya bisa menurut." ucap Rachelta lalu berbalik menghadap Edgar. Edgar melingkarkan tangan Rachelta ke lehernya lalu menahan tengkuk wanita itu untuk menciumnya. Rachelta pun lama-lama terbuai dengan ciuman Edgar. Tidak ada yang lebih manis dari pelukan dan ciuman Suaminya di pagi hari bagi Rachelta. Wanita itu mendorong d**a Edgar pelan lalu melepaskan ciumannya karena ia sudah kekurangan oksigen. Ia menghirup udara dengan rakus. "Morning kiss, kau melupakan nya?" tanya Edgar. "Tidak." jawab Rachelta singkat sambil mengatur nafasnya kembali. "Lalu kenapa kau tidak memberiku Morning kiss?" tanya Edgar. "Karena Kakak tadi masih tidur." balas Rachelta sambil terkekeh dan menarik pelan bibir Suaminya yang sedang manyun, ia merasa lucu saja kalau Edgar bisa seimut itu saat cemberut. Menyadari bahwa Edgar itu tidak hanya tampan tapi juga memiliki wajah yang imut. "Yak!" tegur Edgar. "Maaf tapi wajahmu memang sangat lucu saat seperti itu dan aku menyukainya." ucap Rachelta sambil terkekeh. "Tidak semudah itu akanku maafkan." balas Edgar masih cemberut. Rachelta tersenyum kemudian mencium dan melumat bibir Suaminya lalu menggigitnya gemas sebelum melepaskannya. "Maaf." ucap Rachelta sekali lagi. Edgar tersenyum dan mengecup bibir wanita itu sekilas, sepertinya ia sudah kecanduan dengan bibir manis milik Istrinya itu. "Aku hanya bercanda." ucap Edgar tersenyum. "Aku tahu, kau pasti tidak akan marah hanya karena hal sepele seperti ini." balas Rachelta sambil tersenyum. "Ini bukan hal yang sepele tapi akan menjadi masalah besar jika aku tidak mendapatkan ciuman di pagi hari darimu, bisa-bisa aku tidak semangat untuk kerja." balas Edgar sewot karena Rachelta menganggap kegiatan mereka di pagi hari adalah hal yang sepele. "Menggombal rupanya? Bukan begitu maksudku." ucap Rachelta lalu menyudahi perdebatan mereka dengan mengajak Edgar untuk bersiap-siap.   Pukul : 07. 30          Kini keduanya sudah siap dengan pakaian masing-masing, Rachelta akan pergi ke kampus dan Edgar akan pergi bekerja. Edgar membukakan pintu mobil untuk Istrinya, Rachelta yang diperlakukan seperti itu jelas merasa senang. "Aku akan menjemputmu nanti, jadi hubungi aku jika sudah waktunya pulang." ucap Edgar saat sudah sampai di depan kampus Rachelta. "Kalau tidak bisa menjemput tidak usah dipaksakan, aku bisa pulang sendiri seperti kemarin." balas Rachelta. "Akan aku usahakan untuk menjemputmu." ucap Edgar. "Baiklah, kalau begitu aku masuk dulu." balas Rachelta lalu keluar dari mobil Edgar. Wanita itu melambaikan tangannya saat mobil Suaminya itu mulai berjalan menjauh.                                                                                                  ***   Pukul: 14. 40            Edgar harus menyelesaikan perkerjaannya dengan lebih awal hari ini, supaya setelah selesai menjemput Istrinya nanti ia tidak perlu repot-repot untuk kembali lagi ke kantor lagi. Namun konsentrasinya harus terpecah saat mendengar pintu ruangannya diketuk. "Masuk." suruh Edgar saat mendengar pintunya terus di ketuk, ia tidak melihat siapa yang datang ke ruangannya karena ia pikir itu adalah karyawannya. "Edgar." panggil orang itu. Edgar mengenali suara itu, suara yang sangat ia sukai dulu tapi berubah menjadi suara yang sangat dibencinya sekarang, bahkan rasanya ia tidak ingin mendengarnya lagi. Edgar tidak menoleh karena sudah tahu siapa yang datang, pria itu lebih tetap melanjutkan pekerjaannya mengecek data-data di laptopnya, ia malas melihat wajah orang itu. "Ed." panggilnya lagi tapi kembali tidak mendapatkan sahutan dari sang punya nama. "Edgar, apa kau tidak mendengarku?" tanya Krystal kesal. Dan ya, wanita itu adalah Krystal. Mantan kekasih Edgar yang tega menyakitinya demi pria yang sudah jelas-jelas adalah saudara dan lawan bisnisnya. "Aku sedang sibuk jadi jangan menggangguku." ucap Edgar tanpa menoleh. "Apa yang lebih penting dariku?" tanya Krystal yang masih merasa percaya diri di hadapan Edgar. Edgar mematikan laptopnya lalu beranjak dari kursinya dan berjalan ke arah Krystal, pria itu berhenti tepat di hadapannya. "Kau merindukanku?" tanya Krystal percaya diri karena Edgar mau mendekat padanya. "Tidak sama sekali." balas Edgar singkat sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Kau jangan berbohong Ed, kau bisa memelukku sekarang mumpung tidak  ada Levin di sini." ucap Krystal masih kekeh dengan pikirannya bahwa Edgar masih mencintainya. "Apa kau sudah bosan dengan Levin? Lalu kau datang kesini untuk menjadikanku sebagai pelarianmu?" tanya Edgar sinis. "Tidak, aku kesini hanya untuk berkunjung dan ingin mengobrol denganmu karena sudah lama kita tidak bicara berdua, iya kan?" ucap Krystal. "Aku tidak ingin mengobrol denganmu, jadi pergilah." usir Edgar. Krystal mendekat dan langsung memeluk Edgar erat, rasanya sama seperti dulu hangat dan sangat nyaman tapi bedanya saat ini dengan dulu adalah Edgar yang tak membalas pelukannya, dulu Edgar sangat suka memeluknya tapi sekarang saat ia memeluknya, pria itu bahkan tidak mau membalasnya sama sekali. Edgar melepaskan pelukan Krystal dengan kasar dan rahang yang mengeras pertanda ia marah atas perbuatan Krystal padanya. "Kau sudah tidak berhak memelukku." balas Edgar tajam. "Kenapa? Apa hanya Istrimu yang boleh memelukmu, hem?" tanya Krystal sedikit marah karena di tolak mentah-mentah oleh Edgar. "Benar sekali." balas Edgar cepat. "Tapi kau mencintaiku Edgar." ucap Krystal. "Sama sekali tidak!" tegas Edgar sedikit membentak. "Ed." panggil Krystal pelan. Ia tidak pernah melihat Edgar seperti ini padanya, bahkan saat ia meninggalkannya dulu, pria itu memohon dan menangis supaya ia tetap bersamanya tapi dirinya lebih memilih Levin. "Apa lagi yang kau mau?" tanya Edgar, dadanya bahkan sampai naik turun karena menahan amarahnya. Saat Krystal akan menjawabnya, Edgar sudah lebih dulu pergi untuk mengangkat telepon, wanita itu hanya bisa melihat Edgar yang berjalan menjauh. "Apa kau sudah pulang?" tanya Edgar lembut karena yang meneleponnya adalah Rachelta, wanita yang akan ia cintai seumur hidupnya. "Aku sudah selesai, apa Kakak jadi menjemputku?" tanya Rachelta di seberang sana. "Tentu aku akan ke sana sekarang." Edgar tersenyum manis membalasnya, lalu mematikan sambungan telepon mereka. Sedangkan Krystal yang masih memperhatikan Edgar, hanya bisa menatapnya heran karena seketika raut wajah pria itu langsung berubah menjadi sangat bahagia ketika mengangkat telepon barusan. Krystal berpikir siapa yang menelepon Edgar? "Kau mau pergi ke mana?" tanya Krystal saat melihat Edgar mengemasi barangnya. "Menjemput Istriku. Memangnya kenapa?" Edgar masih membalasnya dengan tajam. "Jadi tadi yang meneleponmu itu Istrimu? Kenapa kau terlihat sangat bahagia?" tanya Krystal. "Aku sudah bilang aku mencintainya." balas Edgar lalu pergi meninggalkan ruangannya meninggalkan Krystal sendirian di sana.            Sedangkan di tempat lain sekarang ada Rachelta, Tania dan juga Ghazy. Lelaki itu tiba-tiba ikut bergabung dengan Rachelta dan Tania di kedai kopi di depan kampus mereka. "Rachelta, setiap haru kau semakin cantik." puji Ghazy sambil tersenyum. Rachelta menatap mantan kekasihnya itu dengan tatapan malas. Ia sudah bosan mendengar gombalan Ghazy yang sejak dulu tetap saja sama sampai sekarang, ia dulu juga tidak terlalu mencintai lelaki itu, hanya saja dulu ia ingin merasakan bagaimana rasanya pacaran. Ghazy memang tampan tapi sikapnya yang buruk membuatnya frustrasi saat bersama lelaki itu. "Hel, apa itu Suamimu?" tunjuk Tania pada Edgar yang baru masuk kedai kopi tersebut. Rachelta dan Ghazy menoleh bersama pada arah telunjuk Tania. Rachelta tersenyum pada Edgar yang sedang berjalan ke arahnya. "Duduklah dulu kita minum kopi." suruh Rachelta dan Edgar langsung menurutinya. Melihat itu, Ghazy meruntuk dalam hati karena harus bertemu dengan Suami mantan pacarnya. Ia menatap pria di depannya dengan pandangan tidak suka. "Ini sahabatku." ucap Rachelta sambil menunjuk Tania. Tania mengulurkan tangannya yang langsung di terima oleh Edgar. "Tania." Tania memperkenalkan diri sambil tersenyum. "Edgar." balas pria itu lalu menarik tangannya. "Itu Ghazy." ucap Rachelta sambil menunjuk lelaki di depannya. Ghazy mengulurkan tangan dan di terima oleh Edgar. Mereka saling melihat dengan pandangan yang sulit diartikan, seolah ada persaingan di antara mata mereka. "Ghazy. Mantan kekasih Rachelta." ucap Ghazy membanggakan diri. Rachelta menatap tajam ke arah Ghazy saat mendengar ucapan laki-laki itu, lalu beralih ke Edgar yang masih terlihat santai-santai saja. "Edgar, Suami Rachelta." balas Edgar sedikit menekan-kan kata suami. Ghazy langsung menarik tangannya sambil tersenyum kecut, meruntuki dirinya yang bicara seperti tadi pada Suami mantan kekasihnya, sekarang dirinya sendiri harus menahan rasa kalah.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN