Pukul: 22. 00
Edgar dan Rachelta sudah sampai di apartemennya beberapa menit yang lalu, setelah selesai membersihkan diri, sekarang mereka sudah berbaring berhadapan dengan tangan Edgar yang bersandar manis di pinggang Istrinya.
Rachelta mengelus wajah pria itu lembut dengan senyum di wajahnya, ia ingin penjelasan Edgar tentang perkataannya tadi.
"Kak, kenapa kau tadi yakin sekali jika Mama akan segera mendapatkan cucu?" tanya Rachelta pelan.
"Itu benarkan?" balas Edgar.
"Tapi aku tidak yakin jika bisa hamil dengan cepat." ucap Rachelta.
Edgar menarik tubuh Istrinya untuk lebih dekat dan menyelipkan anak rambut Rachelta ke belakang telinga wanita itu.
"Jangan bicara seperti itu." ucap Edgar sangat lembut lalu mengecup dahi Rachelta sayang.
"Aku hanya takut mengecewakan." balas Rachelta.
"Kita tidak akan tahu hasilnya jika belum berusaha." ucap Edgar.
"Iya benar." balas Rachelta.
"Jadi kau mau berusaha sekarang?" tanya Edgar menggoda.
Pipi Rachelta langsung bersemu merah saat mendengarnya, ia tersenyum dan mengangguk pelan.
Edgar tersenyum lalu mengubah posisinya menjadi di atas Rachelta, ia melumat bibir wanitanya itu dengan lembut tapi menuntut.
Benar-benar malam yang penuh cinta dari sepasang Suami Istri ini, mereka sadar bahwa mereka memang saling membutuhkan satu sama lain
Pukul: 07. 00
Rachelta membuka matanya dan tak menemukan Edgar di sampingnya, biasanya pria itu akan ada di sampingnya sambil memeluk tubuhnya erat saat ia membuka mata. Tidak mau memikirkan terlalu jauh, Rachelta pun melilitkan selimut ke tubuhnya lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai dengan urusan mandinya, Rachelta pergi ke dapur untuk membuat sarapan tapi saat sudah ada di dapur apa yang ia lihat?
Edgar
Pria itu sedang memasak sarapan dengan menggunakan celemek di tubuhnya. Melihat itu Rachelta pun mendekat.
"Kak." panggil Rachelta.
"Kau sudah bangun rupanya." balas Edgar sambil menaruh sarapan yang dibuatnya ke atas meja makan dan melepas celemeknya.
Edgar menyuruh Rachelta agar duduk di kursi lalu setelahnya ia menyodorkan sarapan yang sudah dibuatnya.
"Seharusnya aku yang membuat sarapan bukan Kak Edgar." ucap Rachelta merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa, aku tahu kau pasti masih lelah akibat ulahku. Makanlah." ucap Edgar sambil mengelus rambut Rachelta sayang.
Edgar memakan sarapannya begitu juga dengan Rachelta. Tidak ada pembicaraan sampai sarapan mereka habis.
"Aku akan ganti baju dulu." ucap Edgar sambil berdiri.
"Iya, aku juga akan membersihkan ini." balas Rachelta.
Saat sudah selesai mengganti bajunya dengan pakain rapi, Edgar kembali menghampiri Rachelta yang masih mencuci piring lalu ia memeluknya dari belakang.
"Kak, kau membuatku terkejut." ucap Rachelta saat merasakan ada Edgar tiba-tiba memeluknya dari belakang.
"Maaf." balas Edgar sambil terkekeh.
"Sudah berangkatlah nanti Kakak bisa terlambat." suruh Rachelta.
"Apa kau tidak kuliah?" tanya Edgar.
"Aku akan berangkat setelah selesai membersihkan rumah." balas Rachelta sambil membalikkan badannya karena perkerjaan mencucinya sudah selesai.
"Akan aku antar." balas Edgar sambil menarik pinggang Rachelta mendekat.
"Nanti Kakak bisa telat." ucap Rachelta.
"Cepat ganti bajumu." suruh Edgar mengabaikan ucapan Rachelta, lalu berjalan pergi ke ruang tamu.
Rachelta berjalan ke kamar dengan terpaksa padahal pekerjaan rumahnya masih belum beres semua. Satu hal lagi tentang Edgar yaitu tidak suka di bantah dan mau tidak mau Rachelta harus menurutinya.
***
"Hubungi aku jika kau sudah pulang." ucap Edgar saat sudah sampai di depan kampus Rachelta.
"Iya, Kakak hati-hati di jalan." balas Rachelta lalu turun dari mobil.
Setelah itu Edgar langsung menancap gasnya pergi meninggalkan kampus Rachelta. Sedangkan Rachelta berjalan masuk ke kampusnya.
"Rachel." panggil Tania saat Rachelta sedang duduk di pojok kantin.
Rachelta hanya membalasnya dengan senyuman saat sahabatnya itu sudah duduk di depannya.
"Kau sudah pulang? Kau bilang satu minggu di sana." tanya Tania.
"Ada masalah dengan perusahaan Kak Edgar." jawab Rachelta.
"Lalu bagaimana dengan bulan madu kalian?" tanya Tania penasaran untuk mendengarkan cerita dari sahabatnya.
"Maksudmu?" tanya Rachelta. Bahkan ia hanya satu hari jalan-jalan di sana.
"Maksudku apa kalian melakukan itu?" tanya Tania dengan senyum jailnya. Ternyata pembahasan mereka masih sama dengan waktu itu.
"Iya." balas Rachelta pelan lalu meminum jusnya, ia sudah tahu apa yang dimaksud oleh sahabatnya itu
"Benarkah? Berarti dia memang lelaki normal." heboh Tania sambil tersenyum lebar.
"Dia memang normal dan sangat-sangat normal." balas Rachelta tidak terima Suaminya dikatai tidak normal.
"Ya aku tahu" balas Tania, karena sebenarnya dirinya hanya bercanda.
"Apa kau tahu? Kak Ed sekarang sudah berubah menjadi sangat baik, lembut, penyayang dan pengertian, bahkan tadi pagi dia yang menyiapkan sarapan." cerita Rachelta sambil tersenyum mengingatnya.
"Seharusnya kau yang membuat sarapan." tutur Tania.
"Aku juga bilang begitu tapi dia bilang kasihan denganku yang masih lelah katanya." jelas Rachelta.
"Syukurlah jika dia sudah benar-benar sudah berubah." balas Tania.
"Iya." balas Rachelta sambil tersenyum.
Sedangkan di lain sisi, Edgar sedang berhadapan dengan dua orang yang di bencinya yaitu Krystal dan Levin. Krystal adalah mantan kekasihnya yang sebenarnya dulu sudah menjadi tunangannya, tapi kebahagiaannya harus hancur saat Krystal memutuskan untuk meninggalkan-nya demi seseorang bernama Levin yang tidak lain adalah saudaranya sendiri. Anak dari Adik Papanya.
Masalah mereka bertiga sudah menyebar di keluarga besar mereka dan pertengkaran sekaligus permusuhan Edgar dengan dan Levin sudah bukan rahasia lagi di dalam keluarga. Semua keluarga juga tahu bahwa mereka berdua sudah tidak dapat di akurkan kembali.
Edgar menatap dua orang di depannya dengan muka datar dan tidak suka, menandakan bahwa kedatangan mereka tak di inginkan sama sekali olehnya
"Kami kesini ingin mengucapkan selamat atas pernikahanmu karena waktu itu kami tidak bisa datang." ucap Levin membuka suara.
"Tidak apa-apa." balas Edgar seadanya.
"Kami belum melihat Istrimu." ucap Krystal.
Edgar menatap datar mantan kekasihnya itu, ia merasa beruntung harus mengakhiri hubungannya waktu itu dengan wanita yang tidak berperasaan ini, dan harus beruntung lagi karena bisa mendapatkan penggantinya dengan wanita seperti Rachelta sekarang ini.
Saat mereka kembali terserang keheningan, tiba-tiba ponsel Levin berdering, membuat perhatian mereka teralihkan.
"Aku angkat dulu." ucap Levin lalu keluar ruangan Edgar untuk mengangkat teleponnya.
Sekarang tinggallah Edgar dan Krystal di ruangan itu, Krystal melihat Edgar sedangkan pria itu mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia tak ingin lama-lama melihat wajah wanita yang sudah pernah melukai hatinya itu.
Krystal melihat Edgar dengan pandangan yang tidak bisa di artikan, baginya Edgar telah berubah dari Edgar yang dulu, baik, ramah, humoris, banyak bicara dan suka tersenyum, sekarang menjadi pria yang dingin, irit bicara dan jarang tersenyum.
Krystal tahu bahwa penyebab terbesar dari perubahan sikap Edgar adalah karena dirinya, ia sudah berkali-kali meminta maaf tapi pria itu tidak pernah menanggapinya.
"Aku dengar Istrimu itu cantik." ucap Krystal memecah keheningan dan langsung mendapat tolehan dari Edgar.
"Dia tidak hanya cantik tapi sangat cantik." ucap Edgar datar.
"Cantik mana dariku?" balas Krystal sambil tersenyum bangga pada dirinya sendiri.
"Tentu lebih cantik Istriku." balas Edgar yakin.
"Jangan bohong Ed, aku tahu kau tidak bisa melupakanku dan sampai sekarang masih mencintaiku." ucap Krystal.
Edgar tersenyum menatap Krystal tapi dengan hanya mengangkat sebelah sudut bibirnya tanda senyum meremehkan.
"Jika itu yang kau pikirkan berarti kau salah besar, aku sudah membencimu dan tidak ada cinta sedikit pun untukmu dariku." balas Edgar tajam.
"Kau bohong." balas Krystal yakin.
"Aku mencintai Rachelta, sangat mencintainya." ucap Edgar yakin.
Sekarang Edgar mereka mungkin dirinya sudah mulai mencintai Rachelta, terbukti karena baru beberapa jam tidak bertemu saja sudah membuatnya merindukan wanita itu. Ia sudah berjanji akan mencintai Rachelta.
"Kau bahkan baru mengenalnya Ed." balas Krystal tidak percaya.
"Tapi aku memang mencintainya, aku dan dia sudah menjadi satu dan tidak akan terpisahkan." jelas Edgar sangat yakin.
"Jangan bilang kau sudah melakukan itu dengannya." ucap Kristal lalu menutup mulutnya dengan tangannya merasa tak percaya akan ucapan Edgar barusan.
"Sepertinya aku dan Krystal harus pergi, ada urusan yang mendadak." ucap Levin saat baru masuk.
"Oh, Iya." balas Edgar lalu berdiri.
Krystal masih melihat Edgar dengan tatapan tidak percaya, entahlah saat melihat Edgar bersama bahkan mencintai wanita lain membuat hatinya tidak rela, ia memang sudah lebih memilih Levin dari pada Edgar tapi perasaannya masih belum bisa lepas seutuhnya dari pria itu, dan sebenarnya jika boleh jujur ia masih bimbang dengan keputusannya saat ini.
Edgar mengantar mereka berdua sampai luar ruangan kerjanya, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda dan sekarang ia harus berpikir untuk menyelesaikan sedikit masalah di perusahaannya ini.