Edgar kembali ke kembali membuka pintu kamar mereka, dengan tangan kanan yang menggenggam pisau. "Tapi bunuh aku terlebih dulu." lanjut Edgar. Rachelta tersentak mendengar ucapan pria itu, apa lagi saat melihat tangan Edgar membawa pisau. Bagaimana mungkin ia membunuh seseorang yang sangat ia cintai. "Apa maksudmu, Kak?" tanya Rachelta. "Kau ingin kita berpisahkan? Jadi dari pada aku tersiksa hidup tanpamu, lebih baik bunuh saja aku." jelas Edgar masih dengan nada dinginnya, sambil mengangkat pisaunya untuk menunjukkan kepada Rachelta. "Aku tidak mungkin membunuhmu." balas Rachelta sambil menggeleng pelan. Pertanda tidak bisa. "KENAPA KAU TIDAK MAU MEMBUNUHKU? APA KAU INGIN MENYIKSAKU DULU. Dan membunuhku secara perlahan?" ucap Edgar dengan nada tinggi dan rendah di akhir kalimatnya