Jeslyn masih berada di tepian pantai sendirian, terjadi perdebatan hebat antara dirinya dan juga Alston di pantai ini, sampai Alston memilih meninggalkan Jeslyn di tempat ini.
Alston sangat kesal ketika Jeslyn mengungkit masa lalunya yang sudah di kubur begitu dalam, hal itu membuatnya kembali memikirkan Quenna. Perbuatan Quenna kepadanya dulu, selalu saja terbayang dipikirannya, ini di karenakan Jeslyn harus mengusiknya.
Dia sudah melupakan Quenna lama, namun setelah Jeslyn mengusiknya semua pun kembali terbayang.
Wanita yang ia cintai sudah membangkitkan kemarahannya, dia tak ingin marah, namun wanitanya itu terlalu banyak bertanya.
Kemarahan yang begitu lama ia simpan, di lampiaskan pada Jeslyn.
Di villa, Alston merasa sangat gelisah karena Jeslyn belum juga kembali ke villa, Alston mencoba keluar untuk melihat suasana di luar sana, namun tak juga melihat sosok Jeslyn.
Tak lama kemudian Werly datang membawakan makanan untuknya dan juga untuk Jeslyn.
"Ada apa, Kak? Kenapa kamu kelihatan sangat gelisah?" tanya Werly, lalu menaruh makanan di atas meja.
"Jeslyn belum kembali ke villa," jawab Alston.
"I'm sorry, karena aku sudah menceritakan tentang masa lalumu kepada Jeslyn, namun aku tak bermaksud apa-apa, Kak, hanya iseng saja dan ternyata Jeslyn pun makin banyak bertanya, aku hanya menjawab apa yang aku tahu," ujar werly.
"Seharusnya kau tak lakukan itu, Werly, tak ada yang penting untuk membuat Jeslyn tahu. Dia wanitaku sekarang, jalang itu bukan siapa-siapaku, kau sudah tau itu dengan jelas!"
"Maaf, Kak. Aku memang salah, tapi aku tak bermaksud apa-apa." Werly menunduk merasa bersalah.
"Jeslyn wanita yang mampu mencerna setiap perkataanmu, mungkin wanita lain akan menganggapnya biasa-biasa saja karena semua itu hanya masa laluku, namun tidak untuk Jeslyn. Dia wanita yang pintar, Werly, jadi aku minta jangan pernah berpikir menceritakanntya pada Jeslyn tentang semua masa laluku, kamu pun tak berhak menceritakannya!"
"Maaf, Kak. Sekali lagi aku minta maaf, aku tak akan mengulanginya lagi, aku benar-benar tak berpikir sampai membuat Jeslyn marah."
"Ya sudah. Tidak apa-apa. Aku akan mencari Jeslyn."
"Tapi ... makanannya?"
"Aku tak mungkin makan tanpanya, Werly," kata Alston seraya menuruni tangga menuju ke tempat tadi di mana dia dan Jeslyn berdebat begitu hebat.
Sampai di tempat yang tadi, Alston sudah tak melihat Jeslyn berada di sekitaran pantai, Alston bingung harus mencari kemana, sesekali ia mengacak rambutnya karena merasa bodoh telah meninggalkan Jeslyn di pantai ini, sedangkan ia sendiri tahu, Jeslyn pasti tak akan kembali jika dia meninggalkannya.
Apalagi saat ini pantai sudah sangat sepi dan tak ada seorang pun yang Alston liat sedang berkeliaran di sekitaran pantai.
Alston menatap lurus kedepan dan melihat sosok wanita sedang berjalan pelan menekuri sisi tepian pantai.
Alston berlari menuju ke arah wanita itu dan benar, Jeslyn yang sedang berjalan sendirian tanpa seseorang,
"Aku mencarimu, dari mana saja kamu, Jeslyn?" tanya Alston agak kesal tapi berusaha meredamnya.
"Ada apa? Mengapa mencari ku? Bukannya kamu yang meninggalkanku di sini? Kenapa jadi sepanik itu?"
"Apa aku tak akan panik ketika aku seharian mencarimu? Aku minta maaf karena hal itu. Sejak awal kan aku sudah bilang jangan membangkitkan kemarahanku, ayo kita kembali ke villa."
"Aku tidak mau. Aku akan tetap di sini."
"Jangan keras kepala, Jeslyn, aku sejak tadi sudah lelah bekerja di tambah aku harus mencarimu, jangan menambahnya lagi. Please!"
"Kenapa harus menjemputku?"
"Please, Jeslyn."
"Aku tak mau. Aku sudah bilang aku tak mau kembali ke villa."
"Kenapa kau jadi keras kepala begini? Ini sudah malam, udaranya di sini sangat dingin."
"Aku tak perduli."
"Please, Jeslyn. Ayo kita kembali. Aku benar-benar lelah," ujar Alston terdengar seperti sebuah permohonan.
"Okay," kata Jeslyn, lalu berjalan duluan tanpa mengajak Alston bersamanya.
Alston hanya bisa menggelengkan kepalanya karena sikap keras kepala Jeslyn, harus membuatnya sering mengalah dan meminta maaf duluan.
***
Sampai di villa, Jeslyn langsung masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya yang sejak tadi berada di tepian pantai, ia tak memperdulikan pandangan Alston kepadanya.
Jeslyn masih sangat marah ketika Alston meninggalkannya dan membuatnya kesasar sejak tadi mencari arah pulang.
Ketika sedang mandi, Alston lalu membuka pintu kamar mandi dan melihat Jeslyn sedang berendam di bak mandi.
Jeslyn dengan wajah yang agak kesal melihat ke arah Alston yang sedang terpukau melihatnya....melihatnya tak mengenakan apapun pastinya dan mandi menggunakan busa.
Alston menghampirinya dan duduk di pinggiran bak.
Ia mengelus lembut rambut basah Jeslyn.
"Aku minta maaf tentang tadi."
"No problem," kata Jeslyn.
"Kamu marah?" tanya Alston.
"Sudah tidak," jawab Jeslyn..
Mendengar hal itu Alston lalu membungkuk dan melumat habis bibir basah Jeslyn.
Jeslyn membalasnya dengan lumatan yang begitu liar dan sesekali menggigit lidah Alston.
"Ahh sakit," kata Alston ketika Jeslyn menggigit bibirnya.
Alston lalu masuk kedalam bak mandi hanya menggunakan boxer pendek, ia merasakan gesekan tubuh Jeslyn di pahanya.
Alston lalu bersandar di bak mandi, kakinya begitu nakal ketika mengelus paha licin Jeslyn karena busa yang begitu banyak.
Gairah Jeslyn akhirnya bangkit dan menghampiri pangeran iblisnya yang berada di pojok dan duduk tepat di atas pangkuan Alston.
Alston melumat habis bibir Jeslyn dan kedua tangannya meremas dua gundukan yang tak mengenakan apa pun Hanya ada dua gundukan yang begitu licin, Alston menurunkan tangannya merasakan betapa licinnya tubuh Jeslyn saat ini.
Desahan napas keluar dari keduanya ketika Jeslyn memilih untuk lebih liar dan melumat habis leher pangeran iblisnya itu, sembari menggunakan kedua tangannya untuk mencakar d**a Alston.
Alston mengelus pinggang wanitanya itu dengan gairah yang begitu hebat.
****
Setelah percintaan hebat mereka, Jeslyn memeluk Alston erat, napasnya memburu, rasanya lelah namun nikmat.
"Aku jalang, bukan?" bisik Jeslyn.
"No, kamu bukan jalang."
"Aku jalang buatmu."
"Jadilah jalang hanya untukku, Jeslyn."
Jeslyn lalu mengigit telinga pangeran iblisnya membuat Alston mengerang karena sakit.
Jeslyn lalu melepas dekapannya dan duduk di pojok Bak mandi.
"Thanks, Jeslyn," ucap Alston.
"Terima kasih buat apa?"
"Buat semuanya, kamu hadir di sisiku, itu satu kesyukuran buatku."
"Hem."
"Aku memang pria yang agak keras dan tegas, Jeslyn, tapi sesungguhnya kamu selalu saja membuatku lemah dan tak bisa apa-apa."
"Jadi maksudmu kau mengidolakanku?" tanya Jeslyn.
"Hem. Aku sangat mengidolakanmu, sejak pertama kau masuk ke mansion ini."
"Jangan mulai menggombalku, Tuan."
"Aku berbicara serius, Jeslyn, aku sedang tak menggombalmu."
"Hmm, jika seperti itu, aku berterima kasih."
Alston menghampiri Jeslyn, memeluknya erat, membiarkan gesekan tubuh mereka menjadi sebuah gairah, gairah yang lagi-lagi bangkit.
"Aku mencintaimu. Sangat!" ucap Alston.
"Hem. Terima kasih karena kamu sudah mencintaiku dan membuatku bermimpi tentang kisah cinta gadis biasa dan pangeran sempurna," jawab Jeslyn, lalu menghela napas.
"Jika aku sudah mencintai seseorang. Aku tak akan pernah melepaskannya. Sungguh!"
Jeslyn tersenyum. Bahagia apa lagi yang ia dustakan? Ia sangat bersyukur telah di cintai seorang pangeran yang sempurna.
"Terima kasih karena kamu sudah mau mencintaiku." Jeslyn tersenyum.
Alston meraih Jeslyn dan memeluknya.
TBC