Detik jarum jam terdengar nyaring di ruangan yang gelap dan sunyi. Derit suara jendela yang belum tertutup rapat tidak membuat Clarissa terusik di atas kasur. Gadis itu meringkuk dengan segala rasa penyesalannya. Semenjak kasus itu bergulir sampai putusan hakim, Clarissa hanya menyendiri di kamarnya setiap pulang sekolah. Beberapa kali Yeni meminta bantuannya saat persidangan, tapi Clarissa menolak. Gadis itu memilih untuk menutup mata dan telinganya. Ia benar-benar takut terlibat dalam kasus itu. Walau semua sudah berakhir, tapi rasa takut dan bersalah itu selalu menghantui Clarissa. “Aku takut. Aku gak salah. Aku juga korban,” gumamnya bagai mantra. Matanya terpejam erat, wajah Ridzwan kembali muncul bagai mimpi buruk yang tak kunjung berakhir. Ponselnya tiba-tiba berdering membuat C