Selena dan Dizka mendengar dengan baik ucapan Cintya. Tidak biasanya gadis itu ingin memberi nasihat.
"Caranya dengan deketin perlahan terus copet, " kata Cintya membuat kerutan di kening Selena dan Dizka menajam.
"Dikira maling main copet saja?" kata Selena.
"Maksud gue copet hatinya. Dia pasti luluh lihat keseriusan lo," ucap Cintya.
"Aah, enggak mungkin. Tiga tahun aku deketin gak luluh juga. Cowok semakin dikejar semakin jauh. Aku harus bisa lupain Al," tekad Selena.
"Sudah yakin mau lupain dia?" Dizka membuat Selena ragu. Lama dia terdiam sampai akhirnya Selena mengangguk tegas.
"Oke, mulai sekarang kita akan bantu lo buat move on dari Al." Cintya dan Dizka tersenyum penuh arti.
Sepulang sekolah Dizka dan Cintya membawa Selena ke mall. Mereka menghabiskan waktu untuk melihat-lihat barang. Tentu itu adalah salah satu cara mewujudkan tujuan Dizka dan Cintya membantu Selena move on.
"Aahh, capek banget," kata Dizka saat duduk di kursi salah satu cafe. Sudah lebih dari sejam mereka jalan-jalan memutari mall. Selena sampai mengeluh kenapa mereka hanya melihat-lihat tanpa membeli?
"Ini baru awal. Sekarang lihat di sekitar lo ada gak cowok yang lo suka?" tanya Cintya.
Selena mengedarkan pandangan melihat setiap pria yang lewat. Tidak satu pun dari pria-pria itu yang membuat Selena tertarik.
"Banyak sih yang keren dan ganteng, tapi aku merasa biasa saja," ucap Selena. Tatapannya lalu teralihkan pada Dizka yang sedang menatap pelayan cafe.
"Diz, jangan bilang kamu naksir cowok itu?" tanya Selena yang juga menatap si pelayan.
"Kadang cinta datang tak terduga, ya, tapi tidak semua cinta bisa bersama," gumam Dizka masih dengan tatapan memujanya seakan pelayan itu satu-satunya pria yang ada.
"Selena, kayaknya dia sudah terjangkit virus asmara deh. Lo punya obat buat nyembuhin gak?" bisik Cintya dekat
Selena menggeleng. "Aku belum pernah pacaran jadi gak tau harus dilakukan apa. Biarkan saja nanti juga sembuh sendiri."
"Kita tinggalin saja kalau gitu."
Diam-dian Selena dan Cintya beranjak dari tempatnya. Dizka yang masih fokus pada pelayan tampan yang mengenakan topi putih dan apron hitam sepinggang belum menyadari kedua temannya menghilang.
"Andai dia kerja di kantoran pasti banyak yang naksir. Benar gak, guys?" Dizka menoleh mencari keberadaan sahabatnya yang kini sedang mengantri di kedai es krim. Dizka kesal karena mereka meninggalkannya sendiri.
***
Anhony baru saja keluar dari toko buku di sebuah mall. Beberapa komik berada di tangannya untuk menemani akhir pekan. Komik series Boruto terbaru, entah kenapa dia sangat menyukai manga itu. Si pemeran utama yang menjadi penjahat.
Saat ingin berjalan keluar tiba-tiba ia melihat toko boneka. Seketika Anthony teringat pada Audrey.
"Dari pada dia nyobain ban bebek tiap hari lebih baik main boneka," gumamnya lalu masuk ke dalam toko.
Tepat setelah membeli dan membayar tagihan di kasir Selena dan teman-temannya muncul. Anthony kembali masuk ke toko boneka bersembunyi diantara pengunjung yang sedang berbelanja.
"Kita beli boneka,yuk," usul Dizka.
"Enggak ah, boneka di rumahku banyak," sahut Selena.
"Kita beli boneka kembar saja untuk menandai Selena melupakan Anthony setelah tiga tahun nge-crush, tapi gak jadian," kata Cintya menusuk hati Selena.
"Kamu ngeledek aku?" Selena cemberut membuat Cintya tersenyum lebar.
"Ayo masuk!" Cintya dan Dizka langsung menyeret Selena.
Anthony mengumpat kesal saat melirik ketiga gadis itu masuk ke toko. Anthony segera mencari masker untuk menutupi wajahnya. Beruntung ia terbiasa membawa masker saat bepergian.
"Permisi," ucap Dizka tepat di belakang Anthony. Seketika tubuhnya membeku. Anthony bergeser memberi ruang untuk Dizka memilih boneka.
"Boneka bebek kuningnya lucu, buat pacarnya,ya, Mas?" tanya Dizka basa-basi. Anthony pikir Dizka mengenali penyamarannya.
Anthony hanya mengangguk lalu bergegas pergi dengan kepala tertunduk. Selena dan Cintya yang sudah memilih boneka yang sama menghampiri Dizka yang masih menatap Anthony sampai keluar toko.
"Siapa Diz?" tanya Cintya.
"Cowok ganteng. Dari postur tubuhnya gue yakin dia ganteng, matanya juga indah," ucap Dizka.
"Hebat ya, lo bisa tahu cowok itu ganteng apa enggaknya dari mata dan postur tubuh."
"Gue gitu loh, masalah pergantengan gue jagonya mendeteksi," ujar Dizka bangga.
Selena menggeleng pelan lalu menepuk pundak keduanya.
"Kalian gak tahu itu Anthony?" tanya Selena membuat kedua gadis itu kaget.
"Maksud kamu si Al?" ujar keduanya kompak. Selena mengangguk.
"Dari mana lo bisa tahu?" Dizka bertanya-tanya. Bisa-bisanya dia tidak mengenali mantan ketua kelasnya di SMA dulu.
"Dari postur tubuh, rambut dan komik. Al suka komik, ditambah wangi parfume-nya gak pernah berubah," jelas Selena.
"Wow, lo tahu dia sampai sedetail itu?" Cintya menggeleng tidak menyangka Selena lebih handal dari Dizka.
"Biar aku gak percuma nge-crush tiga tahun, tapi gak bisa ngenalin Al saat pakai masker," sahut Selena lalu beranjak ke kasir.
"Lo ngeri gak dengernya, Diz?" tanya Cintya. Dizka mengangguk.
"Emang keputusan tepat dia lupain Al."
Dizka dan Cintya menyusul Selena ke kasir lalu pergi dari toko itu. Tiba-tiba Dizka menghentikan langkahnya.
"Ada apa?" tanya Cintya.
"Ada yang ketinggalan?" Selena menimpali.
"Tadi gue tanya ke Al katanya boneka itu buat pacarnya," ujar Dizka membuat Selena memalingkan wajah. Ia tidak ingin mendengar segala hal tentang pria itu lagi. Hari ini dengan tekad yang tak sebulat bakso ia berjanji untuk mengakhiri kisah cinta sebelah pihak.
"Jangan bilang Al diam-diam punya pacar?" Dizka dan Cintya kompak menatap Selena yang memalingkan wajah.
"Biarkan saja. Bagus kalau sudah punya pacar biar aku cepat move on."
"Enggak, ini terlalu mudah untuk dilupakan. Kita harus selidiki dulu kebenarannya baru move on." Cintya menatap Dizka lalu mengangguk bersamaan.
"Kalau dia tidak punya pacar bagaimana?"
"Berarti kamu bisa move on," jawab Cintya.
"Kalau sudah punya?"
"Artinya kamu diminta menjauh alias move on." Dizka menimpali.
"Intinya aku harus move on jadi untuk apa cari tahu dia sudah punya pacar atau belum?" tanya Selena. Ia berusaha menggunkan logikanya. Kadang pikiran Dizka dan Cintya agak aneh, sebagai satu-satunya yang waras Selena harus menyadarkan kedua sahabatnya kalau usaha itu tidak berguna.
"Beda, Selena. Kalau dia belum punya pacar berarti lo mundur dengan segala kesadaran dan terhormat, tapi kalau dia sudah punya...." Cintya melirik Dizka."
"Berarti lo kalah dari cewek itu. Ini masalah harga diri, " sambung Dizka.
Selena terdiam. Ia mulai penasaran siapa pacar Anthony. Kenapa gadis itu dengan mudah meluluhkam hati sedingin kutub itu.
"Terus sekarang bagaimana?"
"Lo batalin move on-nya dulu. Kita selidiki siapa gadis itu," usul Cintya.
"Pertama apa yang harus kita lakukan?" tanya Selena kebingungan.
"Gue mau ngajak lo ke suatu tempat. Kita mulai dari sana," sahut Dizka membuat Selena dan Cintya saling bertatapan dengan perasaan penasaran.