Keesokan harinya, Arion Konstantine bergegas keluar dari mobilnya setibanya di parkiran bangunan kondominium tempat Azalea Alexander tinggal. Izzy tidak mau mengangkat teleponnya lagi. Kekasihnya itu bahkan memblokir semuanya termasuk media sosial milik Arion.
Dengan sabar, Arion menunggu sampai pintu rumah Izzy terbuka setelah ia membunyikan bel. Cukup lama ia berdiri sampai pintu terbuka perlahan. Izzy memandang malas pada Arion yang datang.
“Baby ....”
“Pergi kamu! jangan pernah datang kemari lagi!” cetus Izzy menghardik keras. Arion kembali menarik napas panjang lalu menunduk.
“Aku akan pergi setelah kita bicara. Aku punya penjelasan atas semua ini.” Izzy mendengus sinis lalu membuang muka. Ia masih berdiri di depan pintu tanpa beranjak atau mengizinkan Arion masuk.
“Aku sudah tahu semuanya.”
“Kamu tidak tahu apa yang terjadi. Semuanya butuh pembuktian kan?” elak Arion membela dirinya.
“Kamu masih mengelak dan tidak mau mengaku jika kamu berselingkuh dengan Kakakku!” seru Izzy mulai marah. Arion mendekat dan memegang permukaan pintu. Ia tidak ingin Izzy tiba-tiba menutup pintu dan tidak bicara dengannya.
“Bisakah kita bicara di dalam, tolong. Aku akan menjelaskan apa yang terjadi,” bujuk Arion mencoba menenangkan situasi yang sudah kacau. Tangannya hendak meraih tangan Izzy tapi ditepis dengan cepat.
“Aku percaya padamu. Aku pikir aku mengenalmu dengan baik, Arion! Ternyata kamu cuma pria b******k yang tidak pantas untukku!”
“Izzy ... Baby!”
“Aku tidak ingin mendengar penjelasan apa pun darimu. Asal kamu tahu jika kita sudah putus jadi jangan cari aku lagi!” potong Izzy dengan nada marah serta mata berkaca-kaca.
Arion sontak mengernyit kaget lalu menggelengkan kepalanya cepat. Ia tidak percaya jika dirinya malah putus dengan Izzy.
“Tidak, jangan bicara seperti itu. Bagaimana kamu bisa memutuskan hubungan denganku seperti ini? Aku tidak bersalah!” Arion berseru memprotes apa yang diputuskan oleh Izzy sepihak.
“Simpan saja penjelasanmu dan pergilah bertanggung jawab pada Mila. Jangan sampai Ayahku tahu atau dia akan menembak kepalamu!” tukas Izzy dengan mata penuh kekecewaan yang membuat Arion terdiam. Tangannya perlahan lepas dari depan pintu rumah Izzy dan kekasihnya itu bersiap menutup pintu untuk mengusirnya.
“Aku tidak membutuhkanmu lagi, Arion. Aku sudah mendapatkan kekasih baru jadi jangan ganggu aku lagi.” BRAK – Izzy membanting pintu kala menutupnya di depan Arion.
“Izzy! Sayang, dengarkan penjelasanku dulu!” Arion mengetuk-ngetuk pintu depan memohon pada Izzy yang berada di baliknya. Izzy menyandarkan punggungnya di balik pintu dan kembali meneteskan air matanya. Hatinya hancur karena perbuatan Arion.
Sedangkan Arion yang tidak diberikan kesempatan bicara, menempelkan ujung keningnya di pintu. Ia menarik napas panjang berkali-kali mencoba menenangkan dirinya. Masalah bertubi-tubi datang padanya semenjak “kecelakaan” itu. Saat semuanya belum jelas terjadi, Izzy malah memutuskan hubungan dengannya.
Arion tidak bisa memaksakan diri. Ia pun pergi setelah beberapa menit kemudian. Tinggallah Izzy yang akhirnya berjongkok lalu menangis kembali di balik lipatan tangannya.
Arion kembali berkendara tanpa tujuan yang jelas. Sampai ia teringat pada Devon yang dimintanya menjemput Izzy semalam. Apa yang sudah terjadi sampai Izzy semakin marah? Bukankah ia meminta Izzy untuk menunggu kabar kejelasan tentang Mila?
Arion lantas menepikan mobil sport mewahnya di sebuah bangunan studio musik. Studio milik Devon Kazuya itu adalah base camp sekaligus tempatnya merekam atau latihan sebelum pertunjukan DJ-nya. Devon memiliki beberapa studio tempatnya melatih beberapa DJ baru yang kerap menjadi asisten atau tandemnya di sebuah pertunjukan.
Arion masuk dan langsung mencari sang sahabat di lantai tiga bangunan tersebut. Devon tengah berada di dalam studionya bersama seorang wanita yang merupakan produser musik di perusahaan rekaman terkenal.
“Dev!” panggil Arion saat masuk. Devon menoleh ke belakang sekaligus memindahkan tangannya yang sebelumnya memegang punggung si wanita.
“Hei ....“ balas Devon singkat lalu membuka headphone-nya.
“Apa kamu sibuk?”
“Tidak juga.” Arion melirik pada wanita itu dan menunggu. Wanita itu pun tahu apa yang harus dilakukannya lalu berdiri dan pergi. Setelah Devon dan Arion hanya berdua, barulah mereka bicara.
“Apa yang terjadi semalam? Kamu jadi menjemput Izzy kan?” celetuk Arion tanpa basa-basi. Ia duduk di kursi yang sama dengan wanita tadi. Devon menoleh dengan santai dan mengangguk.
“Iya.”
“Lalu mengapa kamu tidak melaporkannya padaku?”
“Apa yang harus aku laporkan? Kamu meminta aku menjemputnya dan aku melakukannya. Bereskan?”
“Lalu kenapa sekarang Izzy jadi memutuskanku?”
Devon mendengkus kesal lalu menegakkan punggungnya tanpa menoleh pada Arion sama sekali.
“Seharusnya aku yang tanya. Apa hubunganmu dengan Izzy dan Mila? Aku bahkan tidak tahu jika kamu bisa memacari dua-duanya!” olok Devon sembari melirik dengan ekor mata. Kening Arion seketika mengernyit.
“Aku tidak pacaran dengan keduanya. Aku hanya pacaran dengan Izzy!”
“Tapi kamu malah menghamili kembaran Izzy yaitu Mila? Wow, kamu benar-benar sudah siap mati ya?” sahut Devon makin sarkas.
“Apa maksudmu?” Devon melirik pada Arion. Ia kesal Arion kini melibatkannya dalam konspirasi yang akan membuat Bryan Alexander akan mencarinya memberikan perhitungan yang melibatkan nyawa.
“Apa kamu tidak mengenal seperti apa Uncle Bryan? Dia bisa membunuh dengan sekali tendangan di kepalamu. Dan dia akan melakukan hal yang sama untukku gara-gara kamu!” tunjuk Devon masih menahan kekesalannya.
“Dev, aku tidak bersalah. Aku tidak sengaja melakukannya. Aku mabuk dan Mila juga.” Arion mulai memberikan penjelasan dengan sikap cukup panik.
“Mabuk? Kamu pergi berkencan dengan Mila lalu mabuk bersamanya?” Devon makin menyudutkan Arion.
“Bukan seperti itu. Awalnya kami hanya pergi bersama karena ada urusan bisnis!”
“Tunggu dulu, Mila kan dokter hewan? Untuk apa kamu berbisnis dengan dokter hewan?” Devon menunjuk Arion dengan kening mengernyit. Semakin lama, Arion seperti mencari-cari alasan pembenaran saja.
“Bukan, Ayahku yang memintaku bertemu dengan perwakilan The Alexander untuk konstruksi pembangunan dermaga ...”
“Semakin lucu, Arion! Kamu itu penari profesional dan produser musik. Aku bahkan tidak tahu jika kamu sudah berubah profesi sekarang!” Devon makin leluasa mengejek Arion. Arion mengurut keningnya karena kalah berdebat dengan Devon. Devon adalah sosok yang paling tidak mau kalah. Semua orang akan dijatuhkannya jika perlu.
“Arion Konstantine, aku tidak masalah kamu mau tidur dan menghamili siapa saja, itu urusanmu! Tapi jangan libatkan aku dengan memintaku menjemput Izzy. Jika Bryan Alexander tahu, dia pikir aku berkonspirasi denganmu untuk mengerjai putrinya!” sambung Devon lagi.
“Aku tidak melakukan itu. Aku mencintai Izzy!” sanggah Arion masih sengit.
“Cinta? Lalu bagianmu yang menghamili kembarannya, harus aku sebut apa itu?”
“Dev, aku hanya memintamu untuk menjemput saja bukan membuat masalah jadi lebih rumit!”
“Dan aku sudah melakukannya!” sahut Devon membuang wajahnya kembali menatap layar besar di depannya. Arion melepaskan napas panjang masih menatap sahabatnya itu dengan penuh harapan. Harapan agar ia mau bercerita.
“Lalu apa yang terjadi? Kenapa Izzy memutuskanku dan mengatakan jika dia sudah bertemu dengan pria lain?” Devon menoleh kembali pada Arion yang tidak tersenyum melihatnya.
“Apa dia mengatakan siapa kekasih barunya?” Devon balik bertanya.
“Tidak. Kenapa? Apa kamu orangnya?”.