Aaron mengeluarkan kemampuannya untuk menyerang zombie-zombie mutan tingkat dua itu. Dia menciptakan pisau dari tes dan mengarahkannya kepada empat orang Zombie Mutan. Hebatnya lagi mereka bisa bergerak untuk menghindari pisau es yang menuju ke arah mereka. Akan tetapi meskipun pisau es itu menancap di tubuh Zombie tersebut, namun zombie tersebut tidak tewas. Mereka tetap bergerak dan menuju ke arahnya, terpaksa Aaron membentuk surfing es untuk membuatnya bisa menghindari zombie yang datang menerkam.
"Duh, kenapa mereka gigih sekali sich."
Ia memang berhasil menghindari terkaman dan berlindah tempat ke sisi lain, tetapi para zombie itu juga mengikuti arah dia akan mendarat. Aaron benar-benar kesal.
" Hah hah hah sungguh merepotkan! " nafas Aaron tersengal-sengal. Terpaksa Aron harus kembali melawan zombie itu dengan menggunakan tameng es agar cakar mereka tidak menggoresnya.
Saat di mana Aaron melawan zombie dan berusaha menghindari Zombie, Saara muncul secara tidak terduga. Akan tetapi gadis itu justru terlihat acuh tak acuh. Dia sedang sibuk menginjak-injak kepala zombie yang membuat Aaron hampir muntah.
"Saara need little help here!"
Namun gadis tersebut masih acuh tak acuh. Dia malah memungut kristal zombie yang muncul.
"Saara kenapa kamu diam saja?!" Teriak Aaron jengkel karena sikap cuek temannya.
Seperti tadi Saara tetap berwajah datar dan masih melakukan kegiatannya seolah tidak terjadi apa-apa.
"Saara!"
" Mereka sangat mudah dikalahkan, Coba kau ingat-ingat dengan menggunakan memory Gamma yang disuntikkan oleh profesor, "jawab Saara.
"Apa maksudmu? " Aaron pun berusaha melakukan apa yang Saara katakan. Meskipun tidak yakin karena dia sendiri tidak pernah mendapatkan ingatan apapun yang berkaitan dengan sinar Gamma. Dia sendiri bahkan tahu tentang sinar Gamma dari Saara.
"Fokus Aaron. Pusatkan pikiranmu pada ingatan."
"Mana mungkin aku konsentrasi jika ada zombie yang mau memakan ku," gerutu Aaron.
Sayangnya Saara juga tidak bergeming. Aaron berusaha terpaksa berkonsentrasi disela kesibukannya melawan para zombie. Dia merasa jika saran dari Saara adalah sebuah saran yang sia-sia.
Akan tetapi hal yang mengejutkan terjadi, pusat nukleus otak Aaron berkedut kuat kemudian nukleusnya mengeluarkan cahaya tipis yang merambat memberi lapisan hijau yang meliputi saraf - saraf neuron yang menyusun susunan sel saraf otak. Di saat itulah muncul sebuah gambaran tentang teori cara kerja Zombie. Aaron pun bisa mengetahui jika Zombie dikalahkan dengan memberi hentakan atau tindakan traumatis pada pusat sarafnya. Yang berarti itu ada di wilayah kepala, tulang belakang atau jantung.
' Jadi itu kelemahan mereka?' Batin Aaron.
Aaron yang sebenarnya enggan membunuh tetap saja tidak tega menewaskan para zombie itu. Akan tetapi kondisi saat ini memaksa Aaron menggunakan kemampuannya untuk melumpuhkan Zombie. Terpaksa dia melawan nuraninya dan memutuskan untuk melumpuhkan Zombie yang berarti dia harus menewaskan Zombie tersebut.
"Asal kalian tahu, aku ini terpaksa guys."
Aaron membentuk bola es di tangannya sebesar bola voli lalu dengan cepat dia berpindah dengan membentuk surfing dari es di belakang masing-masing zombie dan membenturkan nya pada tengkuk Zombie. Para zombie itu pun tergeletak dan Tak Bergerak. Aaron melanjutkannya kepada zombie-zombie yang tersisa. Dan dalam waktu yang singkat Aaron mengalahkan mereka semua.
"Syukurlah semua sudah berakhir,"Guman Aaron.
Sedangkan Saara masih tetap dengan kegiatannya menginjak-injak sesuatu yang tidak seharusnya dia injak. Aaron tahu jika Saara sedang mengumpulkan Crystal zombie yang berada di kepala mereka. Anehnya Saara cara melewatkan Zombie yang baru saja Aaron lumpuhkan.
Aaron beristirahat sejenak karena kelelahan. Dia juga memandang sekitar, para zombie saat ini pasti mengintai dan menunggu untuk menyerang. Anehnya mereka sangat takut pada Saara.
" Kau adalah rekan yang paling tidak berperasaan yang pernah aku temui, " sinis Aaron pada Saara. Sayangnya Saara yang seorang Zombie tidak merasa tersinggung ataupun terganggu dengan sindiran Aaron. Dia masih berwajah datar.
"Baru kali ini aku menemui gadis yang tidak berperasaan. "
"Kau bukan anak kecil yang harus selalu aku lindungi." Akhirnya Saara menimpali segala gerutuan Aaron.
Aaron melongo mendengar jawaban dari Saara. " Dasar, sungguh tak berperasaan, "gerutu Aaron.
Saara berjalan mendekati Aaron, wajahnya yang tanpa ekspresi nan datar membuat Aaron mengira jika gadis itu sedang marah padanya. Di luar dugaan Saara justru menjejalkan kristal zombie itu lagi pada Aaron. Aaron pun mendelik protes pada Saara.
"Hmmpt!" Namun Saara tidak perduli, dia tidak berhenti sampai Aaron menelan kristalnya. Hebatnya Aaron sama sekali tidak bisa menggerakkan tangan Saara yang berada di pipinya.
Glek.
"Apa kau tidak tahu jika itu sangat menjijikan?! " teriak Aaron begitu kristal Zombie itu melewati tenggorokannya.
Sesuai dugaan Saara tidak bereaksi sedikitpun. Dia tetap melanjutkan perjalanannya tanpa menoleh ke arah Aaron. Sumpah serapah ingin sekali Aaron ucapkan pada Saara atas semua penganiayaan yang dia lakukan terhadapnya. Dia bukan anak kecil yang dipaksa makan sesuatu yang tidak menjadi keinginannya.
Barulah harus sadar jika dirinya sudah tidak lagi lapar maupun haus. Sebaliknya dia semakin merasa dipenuhi oleh energi. Aaron tahu jika itu adalah efek dari kristal Zombie tersebut. Tetap saja menelan sesuatu yang berada di dalam otak Zombie merupakan hal yang paling menjijikkan yang pernah melewati mulutnya.
"Kurasa aku tidak bisa mengeluh. "
Aaron turut melanjutkan perjalanan meski hatinya dongkol. Mereka sama sekali tidak menemui hambatan. Zombie-zombie yang mengincar Aaron seolah ketakutan atas eksistensi Saara.
Selang beberapa saat, mereka menemukan adanya sekumpulan pemuda yang sedang berlari ke arah mereka. Ternyata di belakang mereka para zombie sedang mengejarnya. Ingin sekali Aaron membiarkan mereka semua sebab ingatan traumatis atas dirinya yang dikhianati oleh keluarga masih melekat di benaknya. Padahal saat itu dia sudah menyelamatkan satu keluarga tersebut namun mereka malah meninggalkannya untuk dijadikan umpan zombie saat mengambil mobil.
Aaron pun tidak mengambil keputusan, dia hanya melihat apa yang akan Saara lakukan. Sesuai dugaan gadis itu hanya melewati sekelompok pemuda tadi.
"Sudah kuduga," batin Aaron.
Para pemuda itu terbelalak kaget melihat gadis melewati mereka dan berjalan menuju ke arah para zombie. Yang mengejutkan para zombie yang mengejar pemuda tadi berbalik arah menghindari Saara. Padahal Saara tidak melakukan apapun dan hanya tetap berjalan menuju ke arah laboratorium.
"Hm... Itu juga bisa dianggap sebagai menolong," gerutu Aaron.
Fenomena tersebut secara otomatis membuat tiga pria tadi penasaran. Mereka mengikuti langkah Saara karena insting mereka mengatakan jika mereka akan aman bersama dengan gadis yang lewat tadi. Tidak ada cara selain berlindung pada gadis tadi.
"Kalian baik-baik saja?" Tanya Aaron yang mendekat ke arah mereka.
" Bagaimana dia bisa melakukan hal itu? "Tanya salah satu pria tadi.
Aaron menggeleng." Aku juga penasaran, " jawab Aaron.
Aaron tidak lagi punya makanan ataupun lainnya. Jadi dia tidak perlu berhati-hati kepada tiga pria tersebut. Tidak seperti awal dia datang ke masa depan, saat itu dia memiliki tas yang berisi penuh dengan makanan minuman dan juga alat-alat perkemahan. Mungkin saja jika dia memiliki tas tersebut sekarang, pria yang mengikuti dirinya dan Saara juga akan berniat merebut tas tersebut.
"Hai kalian akan kemana...? Bisakah kami ikut bergabung?" ucap pria yang memiliki rambut cepak.
"Kami akan menuju ke arah utara."
Salah satu pria berkulit Tan membelalakkan matanya. " Ternyata kalian juga menuju ke arah sana. Kami juga akan ke arah sana, bisakah kami bergabung dengan kalian? " pria itu mengulangi ucapan dari pria yang memiliki rambut cepak.
"Aku tidak keberatan, tapi jangan mengharapkan perlindungan dariku, "jawab Aaron. Dia sudah tidak mau lagi percaya kepada orang asing. Terutama yang hidup di akhir zaman yang dipenuhi oleh Zombie. Siapa tahu mereka juga memiliki niat jahat seperti keluarga yang pernah ia tolong.
" Syukurlah jika kalian mengijinkan. Namaku Sean, dia Ken dan yang itu James." Pria berambut coklat yang bernama Sean memperkenalkan dirinya dan teman-temannya.
Hal tersebut mengingatkan Aaron kepada keluarga yang pernah ia tolong. Sama seperti keluarga yang pernah yang ia tolong, sang ayah juga memperkenalkan anggota keluarganya dengan cara yang ramah. Sehingga Aaron merasa mereka adalah orang baik, tanpa disangka mereka melakukan hal yang kejam padanya.
"Hai." Aaron memang memberi tanggapan. Namun jangan mengharapkan jika Saara juga ikut membalas sapaan mereka. Gadis itu hanya tetap diam dan berjalan lurus ke depan. Dia terlihat tidak memiliki kekhawatiran untuk diserang oleh sekumpulan zombie yang bersembunyi di antara reruntuhan gedung-gedung yang berada di kanan kiri mereka. Bagaimanapun gedung tua yang tidak terawat dan juga memiliki letakkan di sana sini adalah tempat yang tepat bagi kaum Zombie untuk bersembunyi.
"Kami berasal dari markas utara yang mencari makanan di sekitar sini."
"Oh markas perlindungan manusia terakhir itu ya?"
"Benar, kurasa Jenderal Mayer akan senang kedatangan tamu seperti kalian. Apakah kalian bersedia bergabung dengan kami?"
Aaron menggelengkan kepalanya. "Keputusan ada di tangannya."
"Oh."
Ketiga pemuda tadi terdiam karena Saara tidak mengatakan apapun. Jangankan berbicara, menoleh ke arah mereka pun tidak.
Tbc.