Selamat membaca...
____
Sore ini kami bertiga duduk diteras depan rumah Danial sambil makan cone eskrim menikmati matahari sore yang sejuk.
“Dan, Gim”
“Hm” jawab Danial sambil memakan es krimnya. Kalau Gim jangan ditanya, aku merasa pelihara robot tiap kali dekat sama dia karena sebagian besar hidup Gim dipakai untuk silent mode, keren kan.. iya dong siapa dulu sodaranya gue gitu loh. Tapi ngeselin sih.
Aku melepaskan headphone yang terpasang dikepala Gim lalu aku pasangkan dikepalaku hingga suara narator berbahasa inggris ngoceh gak jelas. Aku melepas headphone Gim dari kepalaku dan memegangnya. Aku pikir tadi Gim sedang mendengarkan musik ternyata cowok satu ini sedang mendengarkan pelajaran bahasa inggris.
“Hahh.. tadi ada dua cewek mau ngebuli aku gara-gara ngefans sama kalian” kataku. Kedua cowok yang duduk dikedua sisi kanan kiri menoleh.
“Siapa?” kata mereka barengan.
“Kakak kelas. Oh ya Dan entar kalau kamu pacaran sama sepuluh cewek sekaligus disekolah baru kita please yang bilangin mereka kalau aku ini gak ada hubungan apa-apa sama kamu biar kalau gak ada kalian berdua nantinya mereka gak ngebuli aku”
Danial menyuapkan eskrim ke mulutnya lalu Gim mengambil headphone yang masih sementara aku pegang. “Kalau aku ketemu tuh cewek ngebuli kamu aku jamin dia bakalan nyesel seumur hidup” Ucap Gim setelah itu memakai headphone miliknya dan diam kembali seperti robot.
“Oh ya Sun. Omong omong kamu bilang tadi sepuluh cewek kan? Ish kamu salah ngitung lagi pasti ini kan. Aku udah punya deretan calon gebetan koleksi buat minggu ini lebih dari lima belas tau” Ucap Danial. Ah elah dasar playboy ya playboy mau dikemanain juga gak bakalan ilang.
Aku hanya menghela nafas panjang sebelum Danial bicara lagi “Tapi kamu tenang aja Sun. Meskipun cewekku banyak aku gak akan biarin mereka nyakitin kamu kok. Kamu kan sahabat aku” katanya. Uh so sweet sekali mulut krenyesnya, untung sahabat kalau bukan udah aku cabik cabik mengingat puluhan mantannya melampiaskan amarahnya kerambutku.
“Tapi aku khawatir Dan soalnya cewek SMA lebih agresif ketimbang sebelumnya”
“Aish..” Danial mengacak rambutku “Kalau ada aku dan Gim mereka gak bakal berani nyakitin kamu kok, iya kan Gim” Ucap Danial. Gim menoleh melihat Danial dan kearahku bergantian kemudian mengangguk. Aku tidak yakin Gim mendengar apa yang baru saja Danial katakan.
Kedua lengan cowok itu aku tarik barengan, aku sangat bahagia punya sahabat kayak mereka, biarin cewek diluar sana iri melihat aku dekat dengan dua cowok ganteng sekaligus. Kamu yang baca ini juga pasti iri kan, kasihan.
“Awas ya kalau aku sampai dibuli terus kalian gak ada buat ngebela aku. Aku pastikan kalian akan aku coret dari daftar kartu persahabatan”
Danial tertawa sambil mengacak rambutku adalah hobinya sedangkan hobi Gim adalah mencium. Terbukti beberapa detik yang lalu saat aku selesai berbicara. Danial langsung mendorong kepala Gim menjauh dariku sambil mendelik.
“Eh k*****t banget sih lu Gim. Di depanku juga main nyosor pipi Sun kayak bebek angsa, angsa dikuali nyonya—“
Plak... ini Danial lagi apaan sih sebenarnya.
“Aku lagi belain kamu loh sayang kenapa malah di geplak akunya” protes Danial. Bahuku merendah lalu mataku menatap Danial, mulutku terbuka siap bicara tapi Gim menyahut lebih dulu.
“Udah kebiasaan” katanya terdengar begitu santai seperti alunan melodi tidur.
Danial berdiri cepat dari duduknya kemudian menaikkan lengan bajunya seakan menantang Gim untuk berantem “Kebiasaan Gundulmu! Ciuman masa dibilang kebiasaan entar kebablasan gimana. Kalau pas kalian kecil oke no problem kalian emang masih kecil tapi ini udah SMA elah. Bahaya kalau diterusin” Omel Danial yang membuatku lagi lagi menahan tawa.
Gim mendongak melihat Danial berdiri berkacak pinggang didepannya yang sedang duduk, Gim menggeleng lalu menjawab “Gak akan pernah kebablasan” ucapnya. Aku pun hanya tersenyum. Danial duduk kembali sambil merentangan tangan merangkul leherku, salah satu kaki Danial menopang di kaki yang lain.
“Nanti kalau kamu suka sama cowok kira-kira cowoknya mau gak ya pacaran sama kamu?” celetuk Danial. Aku menoleh heran “Emang kenapa?” tanyaku.
Danial ikut menoleh kearahku “Ya soalnya kamu gak cantik apa lagi kalau liat aku dan Gim deket sama kamu takutnya mereka insecure kalah ganteng” katanya.
Hah? Pedenya Danial sepertinya udah sampai tingkat dewa atau bahkan melebihi?. Sahabatku yang satu ini sukses membuatku melongo.
“Aku bener kan? Mulai sekarang gimana kalau kita narget cowok biar ada yang mau sama kamu. Kasian aku liat kamu jomblo terus apa lagi si gunung es ini. Muka udah ganteng tapi disia-siain kan mubazir”
Gim menoleh “Mubazir?” katanya sambil menurunkan headphone dari telinga. Danial mengangguk pasti, Gim memakai headphonenya kembali sembari bergumam “Oh” katanya. Danial mendelik dan menggeplak bahu Gim hingga membuat aku yang duduk diantara mereka terjepit ketiak Danial. k*****t.
“Kamu minggir dulu Sun. Hari ini aku merasa gregetan sama Gim pengen gigit salah satu kupingnya biar gunung es nya lebih cepet cair”
Gim menghindari Danial dimana tangan Danial yang berusaha mencakar wajah Gim sedangkan aku berusaha mendorong Danial agar cowok itu tidak semakin menjepit diriku yang udah kayak kurcaci nanti malah tambah jadi kayak tempe.
“Dan stop ih aku berasa tambah gepeng ini” Ucapku masih sambil menahan Danial yang berontak ingin mencakar Gim. Sialnya Gim hanya diam tanpa minat mau membantuku.
“Sabar Dan sabar entar elu ketularan jomblo” Danial mengusap dadanya, cowok itu kembali duduk untuk mengatur nafasnya tapi tiba-tiba menoleh kearah Gim dengan tatapan mematikan. “Aku tidak akan pernah melupakan hari ini. Ingat itu” Ancamnya sambil menunjuk kedua matanya lalu menunjuk kearah mata Gim.
Yang aku lakukan hanya memutar bola mata jengah. Ini bukan sekali dua kali Danial mengatakan hal yang sama sejak kami saling mengenal. Setiap kali Danial mengatakan kalimat seperti itu kita lihat saja beberapa menit kedepan pasti Danial akan lupa.
Tak lama kemudian terdengar suara sirine mobil polisi, aku dan Gim tetap duduk dengan santai sedangkan Dan sibuk mencari dimana dia menyimpan benda persegi itu. Asal kalian tau saja jika semua mantan Danial yang menelfon maka nada deringnya adalah sirine polisi, mengapa demikian? Karena untuk mengingatkan Danial jika dia tidak boleh berhubungan lagi dengan para mantan sama seperti polisi. Danial sangat menghindari semua yang berhubungan dengan polisi.
“Mantan yang keberapa lagi Dan?” tanyaku yang kepo.
“121” jawabnya kemudian mematikan ponsel dan menyimpannya kembali.
Mengenai kebiasaan Danial. Pertama Danial akan mengganti nada dering panggilan dari para mantan menjadi sirine polisi sedangkan panggilan dari orang tua.... apa aku juga harus katakan? Oke baiklah, Danial memberikan nada dering unik saat orang tuanya menelfon yaitu sirine ambulan, mengapa? Karena panggilan dari orang tuanya sama seperti panggilan darurat jika tidak segera diangkat Danial akan tewas.
Lalu nada panggilan saat aku menghubungi Danial bisa dibilang cukup unik juga. Saat itu Danial membuatku berteriak kesal karena ulahnya, saat itu aku tidak sadar cowok satu ini merekamnya dan hingga saat ini nada dering saat aku menghubunginya adalah suara teriakanku itu sendiri. Nah kalau panggilan dari Gim, suara narator berbahasa asing yang akupun tidak tau artinya apa. Tapi kata Danial nada dering itu akan selalu mengingatkannya jika dia punya sahabat pecinta belajar. Gim.
“Entar malem kebioskop yuk” Ajak Danial.
“Ngapain” tanyaku.
“Nontonlah masa mau syuting. Gim kamu ikut ya kalau enggak jangan salahkan aku bakal nyulik kamu entar malem”
“Hem” jawab Gim.
“Jadi entar malam sepakat ya nonton bareng biar aku yang bayar kalian santai aja” Ucap Danial terlihat sangat bersemangat.
“Oke dengan senang hati” sahutku sembari menarik kedua leher cowok tinggi itu dan mengapitnya diantara lenganku. Mana bisa aku menolak yang gratisan apa lagi jalan jalan bareng dua cowok ganteng, lumayalah buat pamer. Xixi...
_____
Bersambung....
Terima kasih sudah membaca sampai bab 3.. Smileeeeee biar bahagia