Bab 5. Kenapa harus masalah?

1091 Kata
Hari kedua menjadi anak sma, kami bertiga, aku, Gim dan Danial berjalan menuju sekolah dengan menaiki taksi online tapi meski naik mobil Danial tetap membawa papan skatenya kesekolah dan Gim dengan headphone putihnya. Begitu tiba disekolah Danial langsung berlari membawa papan skate nya meninggalkan aku dan Gim berdua. Kami kemudian berjalan menuju koridor yang akan memisahkan kami dipersimpangan. Aku langsung menuju kelas yang sudah terisi oleh beberapa anak tapi yang membuatku syok adalah tempat dudukku. Astaga dugaanku kemarin menjadi nyata jika masa sma ku akan lebih banyak masalah ketimbang di smp. Coretan spidol memenuhi mejaku dengan kata-kata menyebalkan. “Siapa yang nyoretin meja ku! Ayo jawab! Mumpung aku lagi baik hati” ucapku yang justru diabaikan, Mereka b***k atau tuli sih padahal aku ngomongnya nyaris seantero sekolah denger tapi mereka yang ada di kelas ini noleh pun kayaknya tidak. “Ck! Dasar kurang kerjaan! Kalau gak suka sama aku sini ngomong langsung bukan meja jadi sasarannya. Pengecut banget sih jadi orang” Ya sudahlah orang b***k mau di apain ya tetep aja b***k. Telingaku tak lama mendengar mereka berbisik-bisik sesekali melirik sinis kearahku. Hello.. aku ada masalah apa sama kalian? Kenal aja baru kemarin udah ngegosipin aku kayak gitu. Pasti iri kan karena aku punya temen temen ganteng sedangkan kalian enggak. Kasihan banget sih hidup kalian. “Mesti beresin ini dulu untung udah sediain penghapusnya” Aku mengeluarkan cairan yang aku kasi masuk kedalam botol parfum agar mempermudah untuk membersihkan hal seperti ini. Aku sudah menduganya sejak awal karena waktu smp juga pernah kayak gini dan ternyata malah terulang kembali saat hari kedua di sma. “Lagi apa Sun?” tanya Danial yang baru datang ke kelas, mata cowok itu langsung melihat kearah mejaku dan beberapa anak-anak yang ngegosipin aku tadi sok sedang baca buku padahal bukunya kebalik pasti mereka gak sadar tuh. “Biasa anak iseng” jawabku. Danial mengambil tisu dan semprotan ditanganku untuk membantu menghapus coretan yang ada dimeja kemudian Danial berjalan kearah anak-anak yang lain bersikap ramah seperti biasa setelah selesai membantu membersihkan mejaku. “Diantara kalian ada yang tau gak siapa yang coretin bangku Hafsun?” tanya Danial dengan nada ramah. Ketiga cewek yang ada didepan Danial saling tatap lalu menggeleng. “Tadi aku sempet liat ada kakak kelas keluar dari sini. Aku gak kenal orangnya tapi sempet liat nama diseragamnya itu Ghea Fenisia kalau gak salah” jawab salah satunya yang langsung dapat tatapan dari dua temannya yang lain. Musuh baru lagi nih keknya tapi namanya kok bagus sih. “Oke terima kasih ya. Kamu keliatan cantik deh hari ini pake jepit rambut warna putih” puji Danial setelah itu duduk dengan santai di bangkunya yang tidak jauh dari bangku yang aku tempati, wah pintar sekali Danial bertanya tanpa membuat mereka takut tapi justru malah kegirangan. The power of ganteng ya kayak gini nih. Hari pertama Lalisa agreta terus hari kedua Ghea fenisia terus besok siapa lagi? Ya ampun aku cuman pengen sekolah dengan damai tapi kenapa mereka ngerusuhin aku sih pakai coretin meja segala kayak gak ada kerjaan lain. Kalau suka sama Gim atau Danial ngomonglah sama orangnya bukan malah ngebuli orang yang gak tau apa-apa, gimana sih mereka. Pelajaran hari ini dimulai sampai tiba jam istirahat pertama, seperti biasa Gim udah nunggu didepan pintu untuk barengan pergi kekantin tapi kalau Danial jangan ditanya, temanku yang satu itu sibuk pacaran untuk memenuhi daftarnya minggu ini. Emang sableng tuh anak. “Hai aku boleh gabung gak sama kalian?” tanya seorang cewek yang langsung duduk aja di samping Gim meski kami belum mengijinkan. Aku hanya tersenyum untung orangnya cantik kalau enggak udah aku usir dia. Tapi pas liat namanya Ghea Fenisia pasti cewek ini nih yang cari gara-gara tadi pagi. Tuh liat matanya gak berhenti liatin Gim tapi Gim nya malah fokus sama makanannya. “Kenalin aku Ghea anak cheerleader” Ghea mengulurkan tangan didepan Gim tapi Gim hanya melirik tanpa mau membalas jabatan tangan Ghea. Aku sedikit nahan tawa melihat Ghea menarik tangannya kembali dengan kikuk. “Kalian kembar ya soalnya mukanya mirip” Ucap Ghea kali ini dia bicara denganku aku pikir dia tidak menganggap aku ada disini karena fokusnya cuman sama Gim. “Oh itu kami-“ “Bukan,” Sahut Gim menyela kalimatku “Kami gak kembar” lanjutnya. Aku sedikit melotot menatap Gim yang santai santai saja. Aku menoleh kearah Ghea yang tersenyum hambar. “Rupanya begitu, jadi kalian pacaran?” “Berisik. Emang apa urusannya kami pacaran apa enggak” sahut Gim, s***s sekali bibirnya. Apa Gim gak mikir kalau setelah ini masalahnya justru kearahku. “Eh ini gak seperti yang kamu pikirkan kok. Aku sama Gim—“ “Maaf ya sepertinya aku ganggu kalian. Aku akan cari tempat lain” pamit Ghea lalu membawa nampannya dan mencari meja lain untuk bergabung dengan teman temannya. Aku menunjuk kening Gim agar cowok itu menatapku “Heh kamu nyadar gak barusan ngomong apa?” kataku sambil berbisik. Gim mengangguk “Tau, aku kan gak pingsan” jawabnya. Ya memang gak pingsan tapi kata-katamu barusan itu loh s***s banget malah ngatain orang berisik mana tuh cewek keliatan suka sama kamu lagi. Aku memijit keningku yang terasa nyut nyutan. “Kenapa?” tanya Gim. Aku sedikit memajukan wajahku pada Gim “Tuh cewek kayaknya suka sama kamu terus tadi kamu ngatain dia berisik gimana kalau pas gak ada kamu dan Danial dia ngebuli aku” “Kamu tinggal ngomong aja orangnya sama aku nanti aku yang balas perbuatan orang yang berani ngebuli kamu” Jawaban yang sama setelah bertahun tahun itu gak pernah hilang aku pikir Gim bakalan sedikit berubah ternyata masih aja sama. Tapi yasudahlah ini resiko punya temen ganteng mau gimana lagi mau dibuang udah terlanjur sayang takutnya nanti malah diambil orang kan gak rela. Aku kembali menikmati makananku setelah itu Gim mengantarku pergi ke kelas seakan memastikan tidak ada yang berani menggangguku. “Sun kamu sama cowok tadi kembar ya soalnya muka kalian mirip banget” Ucap salah satu teman kelasku namanya Rara, untung ada nama dibaju seragamnya jadi aku tau namanya. “Kalau gak kembar atau bersaudara tapi mukanya mirip pasti kalian jodoh” Sahut satunya lagi tapi aku gak tau namanya karena tertutup oleh rambutnya yang panjang. Aku heran sama cewek cewek ini kenapa mereka tiba-tiba jadi kepo sih aku yang mirip lah aku yang pacaran sam Gim lah dan ini lah. Ya ampun rasanya aku pengen teriak dan mengatakan GIM ITU SEPUPU GUE. DIA MIRIP GUE KARENA DIA UDAH NGAMBIL JATAH s**u IBU PAS MASIH BAYI! JADI MIRIP KAYAK GINI, PUAS KALIAN! Tarik nafas buang lalu senyum yang cantik “Aku dan Gim itu—“ “Kalian kepo banget deh pengen tau urusan orang mending sama aku aja sini” Sela Danial dengan entengnya. Sontak beberapa cewek yang ngerubungi aku kayak semut tadi beneran pergi kearah danial. Memang ya medan magnet pada orang ganteng itu beda. Aku menatap Danial yang tersenyum kearahku sambil mengedipkan sebelah matanya serasa dia barusan nolongin aku dari para cewek kurang kerjaan. Memang benar dan aku sangat berterima kasih dengan tindakannya. Terima kasih pada dua sahabatku yang sableng, Gim dan Danial.  ____ Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN