bc

The Somvlak Girls

book_age12+
151
IKUTI
1K
BACA
possessive
fated
friends to lovers
arrogant
confident
drama
humorous
first love
school
novice
like
intro-logo
Uraian

Dalam kehidupan yang diwarnai oleh drama remaja, empat gadis SMA menemukan kekuatan dan kepercayaan diri melalui persahabatan mereka yang tak tergantikan. Melalui tawa, air mata, dan petualangan tak terduga, empat gadis menemukan arti persahabatan yang sebenarnya. Mereka belajar satu sama lain, saling mendukung dan tumbuh bersama dalam proses ini. Mereka mungkin terlihat seperti anak-anak biasa, namun di balik layar keseharian mereka, masing-masing dari mereka menyembunyikan rahasia kelam, mimpi, dan ketakutan. Ketika mereka bersama, mereka menemukan kekuatan untuk menghadapi tantangan yang mereka hadapi, mulai dari masalah percintaan hingga tekanan akademis, dari konflik keluarga hingga perubahan yang tak terhindarkan.

Persahabatan sebagai tanda kehidupan yang bahkan lebih dalam dari cinta, berbicara tentang sahabat, terkadang merupakan terapi yang kamu butuhkan, persahabatan sejati seperti kesehatan, seorang sahabat adalah mereka yang membuatmu mudah untuk percaya pada diri sendiri.

chap-preview
Pratinjau gratis
Chapters 1 [Masuk SMA]
Bel sekolah berbunyi, memecah keheningan pagi di SMA Tunas Bangsa. Suara riuh siswa yang baru memasuki hari pertama sekolah terdengar dari berbagai sudut kelas, namun ketenangan mulai mengisi ruangan ketika seorang guru laki-laki berjalan menuju kelas MIPA 1. Pak Herman, yang mengenakan seragam rapih dan membawa buku absen, memasuki ruangan dengan senyum di wajahnya. “Pagi anak-anak!” sapanya penuh semangat sambil menuju meja guru. Kelas yang terdiri dari dua puluh siswa segera merespons serempak. “Pagi juga, Pak!” jawab mereka, beberapa di antaranya setengah terkantuk. Pak Herman tersenyum lebar melihat antusiasme mereka. “Baiklah, karena ini hari pertama kalian resmi menjadi siswa SMA Tunas Bangsa, INDONESIA MERDEKA!” Suaranya penuh energi, dan para murid pun dengan semangat yang sama membalas. “MERDEKA!” Pak Herman tertawa kecil, lalu berkata. “Sebelum kita mulai belajar, mari kita perkenalkan diri dulu. Kalian tahu, banyak yang bilang, tak kenal maka tak sayang. Kalau tak sayang, bagaimana bisa cinta? Nah, supaya kita semua saling kenal, perkenalkan, nama saya Herman Hermanto. Umur saya 27 tahun. Oke, selesai. Ada yang mau tanya?” Seorang siswi di barisan ketiga, Kinan Pradifta, mengangkat tangannya. Wajahnya ceria, di kepalanya sudah banyak pertanyaan yang tentunya akan ditunjukan kepada gurunya yang tampan itu. “Pak, udah nikah belum?” tanyanya polos dengan senyum jahil di wajahnya. Sontak, semua teman-temannya mulai tertawa dan bertepuk tangan. Para siswa laki-laki memutar bola mata mereka malas, sudah menjadi rahasia umum bagaiman sifat Kinan. Pak Herman tersenyum kecut. “Belum.” jawabnya singkat. “Udah punya pacar belum?” lanjut Kinan, dengan nada menggoda. “Belum juga.” balas Pak Herman, tetap tenang. Meski hatinya merasa sakit, menyadari bahwa hidupnya sangat suram tanpa pasangan. “Wah, luar biasa, Pak. Saya boleh daftar jadi pelengkap hidup Bapak nggak?” Kinan menyengir, membuat teman-temannya tertawa lebih keras lagi. “Parah lo, Nan! Guru juga mau di embat!” Pak Herman menggelengkan kepala, mencoba menahan tawa. “Kamu ini masih kecil, masih sekolah, sudah mikirin pasangan hidup. Fokus dulu sama sekolahmu, baru pikirkan yang lain. Astaga, saya kira kamu mau nanya apa serius!” Kinan tersenyum lebar. “Memangnya Bapak kira saya bakal nanya apa? Atau Bapak berharap saya ajak nikah sekarang?” Pak Herman kembali menggelengkan kepala, kali ini sambil menghela napas panjang. “Dunia ini krisis anak muda yang cerdas.” gumamnya pelan, yang semakin memancing tawa seluruh kelas. “Astaghfirullah, Kinan. Tuhan mendengar setiap ucapanmu. Nyebut dulu, Kin, sebelum Tuhan kasih cobaan lebih berat lagi.” salah seorang murid lain, bernama Rabiattul, segera mengingatkan sahabatnya itu. Kinan, dengan ekspresi polos, langsung merespons. “Alhamdulillah.” Rabiattul terlihat bingung. “Kinan, kenapa Alhamdulillah?” “Kamu tadi nyuruh nyebut, ya udah aku nyebut, kan?” jawab Kinan, membuat teman-temannya semakin tergelak. Pak Herman akhirnya menengahi. “Oke, sudah cukup. Kinan, perkenalkan dirimu sekarang, setelah itu lanjut ke teman di sampingmu.” Kinan mengangguk dan berdiri. Dengan suara lantang, dia memperkenalkan dirinya. “Perkenalkan, nama saya Kinan Pradifta. Umur saya tahun ini 18 tahun, tahun depan 19, dan begitu seterusnya. Saya anak pertama dari tiga bersaudara. Saya orangnya nggak suka bertele-tele, jadi saya akhiri perkenalan ini dengan Alhamdulillah. Kalau ada yang mau minta nomor HP saya, silakan daftar sekarang sebelum saya tutup. Terima kasih.” Setelah selesai, beberapa murid laki-laki dengan cepat mengeluarkan handphone mereka dan mulai bergerak mendekati Kinan, namun Pak Herman segera bergerak cepat, menjewer satu per satu murid yang mendekat dan menyuruh mereka kembali ke tempat duduk masing-masing. Perkenalan pun dilanjutkan dengan Rabiattul, yang duduk di sebelah Kinan. “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan, nama saya Rabiattul Adaira Zizah, umur 17 tahun. Aku anak pertama dari… berapa ya, aku lupa. Pokoknya aku suka cowok yang punya perut kotak-kotak, jadi kalau kesel bisa dijadikan samsak. Terima kasih.” Siswa lain, Hikmah, yang duduk di barisan belakang, tidak mau kalah. “Kenalin, nama gue Hikmah Arlanda. Gue suka nonton K-Pop dan bisa cover dance. Selain itu, gue juga bisa tari jaipong, tari adat, balet, dan tari dangdut. Gue 17 tahun, masih fresh from the oven. Ada yang mau nanya?” Seorang siswa laki-laki di pojok depan mengangkat tangannya. “Lo itu bisa ngedance atau nari?” Hikmah langsung berdiri dengan penuh percaya diri. “Dua-duanya! Gue juga bisa nyanyi.” Setelah menarik napas panjang, Hikmah mulai menyanyi, namun suaranya yang sumbang membuat teman-temannya buru-buru menutup telinga. “Berhenti! Berhenti, woy! Gendang telinga gue mau pecah!” “Hikmah udah, nanti suara lo di ganti jadi toa buat pengumuman sekolah!” Hikmah berdecak, lalu berhenti menyanyi. Melipat kedua tangan dengan kesal. “Ganggu aja deh.” “Kita semua sampai bosan nunggu lo nyanyi, Hikmah!” seru salah satu teman ceweknya. Akhirnya, setelah beberapa murid lain memperkenalkan diri, giliran Yula yang tampil dengan senyum manisnya. “Nama gue Yula Ananta Pramoedya, umur gue 16 tahun. Gue suka oppa-oppa Korea, dan kalau ada yang mau nonton drama Korea, silakan ke gue, tapi satu episode seratus ribu!” “Murah banget, Yula” “Ihh suka-suka gue, nanti gue jual mahal di bilang mengambil hak teman.” “Gue suka yang mahal, kalau murah gitu nggak yakin” “Yaudah sih kalau nggak yakin, nggak ada yang nyuruh lo buat beli” “Iya, emang nggak mau gue.” Yula berdecak, merasa geram dengan temannya itu yang menurutnya sangat sombong. “Udah, Yula. Biarin aja, yang sombong nggak di kasih daging kurban nanti.” ucap Hikmah menenangkan Yula. “Baiklah, anak-anak, saya sekarang adalah wali kelas kalian. Karena kita sudah sepakat akan mengangkat Wando sebagai ketua kelas, Rubby sebagai wakilnya, Adel sebagai bendahara dan Rabiattul sebagai sekertaris. Apa ada yang mau protes?” ujar Pak Herman. “Tidak ada, Pak!” Pak Herman tersenyum tipis. “Baiklah, cukup perkenalan untuk hari ini. Karena bel sudah berbunyi, kalian boleh pulang.” Saat Pak Herman hendak keluar, suara Kinan kembali terdengar. “Pak, hati-hati di jalan. Kalau Bapak tersesat, tinggal nyanyi ‘Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, aku tanpa Kinan, butiran debuy...” ujar Kinan sambil tersenyum lebar. Pak Herman menghela napas, menggelengkan kepala sambil berlalu, disambut tawa riuh seluruh kelas. “Receh lo Kin! Nggak di tanggepin sama Pak Herman.” “Ini baru permulaan, apa sih yang nggak bisa gue dapetin. Pak Herman tunggu gue, bakal gue pelet dengan cinta.” “Kinan, nyebut kamu tuh. Nggak boleh pelet memelet, dosa besar!“ “Apa sih, ukhti Rabiattul. Mending diem deh daripada gue pelet juga.“ Rabiattul mengelus dadanya, lalu duduk dengan diam sembari di tenangkan Yula.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Tentang Cinta Kita

read
200.1K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.8K
bc

DENTA

read
18.0K
bc

Head Over Heels

read
16.5K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
286.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
218.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook