80:ARGA-PENYUSUP

1473 Kata

“Abang kalau ngantuk tidur aja,” ujar Papa. Beliau duduk tepat di samping gue, menatap tablet yang diletakkan di atas nakas sementara satu tangannya memijit-mijit lengan gue. “Abang bosan, Pa,” jawab gue, jujur. Papa menoleh, keningnya dikerutkan. “Belum aman kalau mau jalan-jalan, boy,” tanggap beliau. “Iya sih,” gumam gue, terdengar seperti merajuk. “Berarti ngga ada yang nyari Ichan ya, Pa?” tanya gue kemudian. “Bukan ngga nyari. Ya tetap nyari, tapi ngga grabak-grubuk. Kalau kelihatan banget kita nyari dia, bisa-bisa dia ngerasa terancam dan akhirnya kabur benaran,” jelas Papa. Jadi, sedengar gue, beberapa orang menyebar di sekitar rumah sakit. Tapi ngga kayak model detektif yang lagi nyari penjahat gitu. Ini malah kaya turis atau warga lokal aja, keluar masuk toko pun fasilitas b

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN