Chapter 4

933 Kata
Evelyn menarik Shiva untuk mengikutinya, gadis ini tidak membiarkan Shiva sendiri dan beruntungnya Shiva satu kelas dengannya hingga tidak sulit untuk menjaganya. “Mau kemana?” “Temani aku ekskul” Shiva melepaskan tarikan Evelyn lalu menggeleng, “Kamu harus ikut Shiva. Aku ga mau kamu sendirian. Lagian kakak kamu juga ekskul. Udah kamu diem dan ikuti langkahku.” Shiva hanya bisa pasrah, ini hari jum’at dan jadwal untuk mereka yang mengikuti ekstrakurikuler. Shiva belum mengikuti apapun karena kakaknya tidak memberitahu dia jika mengikuti ekstrakurikuer itu wajib. Kedua gadis itu memasuki aula dengan suara berisik pukulan dan seruan dari mereka. Shiva menatap mereka yang berlatih bela diri dengan kagum, ini baru pertama kalinya dia menyaksikannya secara langsung. Evelyn tersenyum melihat Shiva terlihat tertarik. “Kamu tunggu aku di sini ya, ga akan lama kok. Kamu bisa liat kehebatan kami” ujar Evelyn menyombongkan grupnya. Shiva hanya bisa mengangguk, “Kalo haus ambil aja di tas aku” “Iya” Evelyn mengacak rambutnya gemas dan bergabung dengan mereka. Shiva sungguh menikmati latihan mereka, terkadang dia tersenyum geli melihat seorang anggota yang terlihat tidak bisa dan Evelyn memarahinya habis-habisan. “Dia nggak akan ngerti kalo kamu ngajarinnya gini.” Shiva memperhatikan lelaki yang baru saja masuk, matanya melirik Shiva sesaat lalu menatap Evelyn yang terlihat kaget. “Jul!” “Hmm.” sahutnya jutek. “Kamu udah balik?! Gimana petandingannya?” Lelaki itu mengangkat jari telunjuknya. “Kamu juara utama?!” Dia mengangguk dan terlihat Evelyn sangat senang mendengarnya. Evelyn menangkap temannya ini melirik Shiva yang memang memperhatikan mereka. “Kenapa?” Tanya Evelyn menggodanya. Dia menggeleng dan akan pergi, Evelyn menarik tangannya mendekati Shiva. “Mau kemana?!” serunya. Shiva mengernyitkan keningnya melihat dua orang ini mendekati tempatnya, “Shiva” panggil Evelyn menyuruhnya untuk berdiri. “Dia temenku, Julian. Dan Jul, dia adik si kembar” Evelyn melihat Julian yang tidak bisa mengalihkan pandangannya, “Kenalan” ujar Evelyn menepuk bahunya menyadarkan lelaki itu. Julian mengulurkan tangannya dan Shiva menerima uluran tangan itu, keduanya mengatakan nama masing-masing dengan singkat. “Aih! Nggak seru!” seru Evelyn menarik Shiva dan Julian duduk berdampingan. “Kamu temenin dia, biar aku yang jadi tutor” “Jangan galak-galak Ev” “Iya. Ajak ngobrol!” Julian menghela nafasnya lalu melirik Shiva yang sudah asik dengan dunianya memperhatikan mereka kembali berlatih. “Kamu tertarik?” Shiva menengok dan tersenyum, “Kayaknya seru” Julian terdiam melihat senyuman Shiva, dia mengenali gadis ini karena dia pernah bermain ke rumah si kembar. “Mau gabung?” “Gabung?” Julian mengangguk, “ya, kita selalu terbuka buat nerima anggota baru. Kamu mau gabung?” Shiva terdiam lalu mengangkat bahunya, “Aku nggak yakin mereka mengizinkanku gabung bareng kalian” Julian mengangguk mengerti, “Aku ngerti.” Shiva menengok kearahnya, “Kakak udah berapa tahun belajar ini?” “Kakak? Aku nggak suka panggilan itu.” “Lalu?” “Panggil aku Ian” “Ian? Bukan Jul kayak kak Ev?” Julian menggeleng, “Panggil Ian.” “O…ke” “Aku udah dari kecil belajar ini. Percaya atau nggak aku nggak punya orang tua” “Kamu yatim piatu?” Julian menggeleng, “Aku nggak punya” Shiva tertawa pelan, “nggak mungkin lah, haha--” Shiva menghentikan tawanya melihat wajah Julian yang datar menatapnya tajam, “Maaf” “Aku nggak kenal orangtuaku. Aku diasuh oleh nenekku. Nenek adalah segalanya bagiku” Shiva menatap Julian tidak enak, “nggak seharusnya kamu cerita ini denganku kan? Ini masalah pribadimu” Julian mengangkat bahunya, “Aku hanya ingin cerita denganmu aja.” Julian memberikan senyumannya lalu mengulurkan tangannya, “Mulai sekarang kamu milikku.” “Ha?” Julian menarik tangan Shiva dan digenggamnya, “Kau milikku.” Shiva menatap tautan tangannya, melihat pergerakan tangan Julian yang menulis sesuatu di pergelangan tangannya dengan tinta pulpen. “Kau sedang apa?” “Kau milikku Shiva” “Apa maksudmu?” “Mulai sekarang kamu nggam perlu takut Shiva, aku akan di sampingmu dan menjagamu.” Shiva hanya diam tidak mengerti ucapan Julian, tangannya ditarik dan melihat tulisan apa yang Julian buat. “Diamond?” “Kau sangat berharga bagi kami” “Kami?” “Keluarga kamu dan juga aku” Shiva menganggukan kepalanya mengerti, “Apa aku pernah melihatmu?” Julian menggeleng, “Aku mengenalmu, gadis kecil yang ceria” Shiva mengernyitkan keningnya, “Aku teman kakakmu, tentu aku tau dirimu Shiva.” “Oh” Keduanya terdiam dengan fikiran masing-masing, Shiva yang tidak terbiasa membuka pembicaraan hanya bisa diam dan kembali dengan dunianya. “Kak Ev punya pacar?” Tanya Shiva akhirnya membuka keheningan. "nggak” “Oh ya?” Julian mengangguk, “Kenapa ga kamu aja yang jadi pacarnya?” Julian mengernyit, “Apa maksudmu?” “Aku rasa kalian cocok” “Aku nggak suka ucapanmu.” Ucap Julian dingin menatap Shiva tajam. Shiva menatap kedua mata Julian dalam hingga Julian mengalihkan matanya, Shiva mengernyit bingung. Julian tidak suka melihatnya? “Jangan menatapku seperti itu” “Kenapa?” Julian kembali menatap Shiva, “Kamu buat aku gugup” “Kenapa?” Julian menghela nafas melihat Shiva tidak juga mengerti ucapannya, “Abaikan” “Oke” “Oke?!” Shiva mengangguk, “Aku menuruti ucapanmu” Julian terdiam, “Jangan menatap orang lain seperti itu” “Kenapa?” “Jangan mengulang pertanyaan itu Shiva” “Kenapa?” “Shiva!” Shiva tertawa pelan mendengarnya, “Aku sangat penasaran” “Kamu jahil ya” “Ya, itu kata kakakku” Julian mengacak rambutnya gemas, “Aku menyukaimu” Shiva mengerjap mendengar penuturan Julian, “Jangan tanya kenapa lagi” sela Julian saat Shiva akan membuka mulutnya. Seperti tebakannya Shiva akan menanyakan hal itu hingga dia menunjukan cengirannya, “Kok tau” Julian mendengus, mereka yang sedang istirahat memusatkan matanya melihat pasangan yang sedang mengobrol itu. “Kak, itu pacar kak Jul?” Tanya salah satu gadis. Evelyn menggeleng, “Belum” “Masih dalam proses dong” “Iya. Kenapa? Kalian patah hati?” tanya Evelyn mendengar keluhan mereka mendengar hubungan yang akan dijalankan keduanya. “Kakak nggak bohong kan?” “Sejak kapan aku berbohong?” Mereka menghela nafas sedih, “Kak Jul nggak pernah deket sama cewe. Kenapa sekarang dia mau deketin cewe itu kak?” Evelyn menatap kedua orang itu, bibirnya melengkungkan senyuman, “Karena itu dia, gadis yang selalu dinantikannya” “Bukannya dia adik si kembar?” Evelyn mengangguk, “Kalian udah tau itu?” Mereka mengangguk, “Berita itu menyebar cepat.” “Dia cantik” celetuk salah satu lelaki diantara mereka. Evelyn meliriknya tajam, “pikirkan dulu gerakanmu yang kurang bagus!” Suara tawa terdengar melihat lelaki itu mendapatkan semburan Evelyn.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN