Abimanyu menatap pantulan dirinya di cermin, ia memengacak rambutnya frustasi. Ia tidak habis pikir dengan dirinya sendiri, duduk bersama seorang perempuan berjam-jam bahkan sampai mengantar Chayra ke penginapan gadis itu, padahal selama bertahun-tahun ia sudah kebal melakukan semua sikap dinginnya untuk membuat wanita yang mendekatinya melangkah mundur. Abimanyu menggeram marah, ia meninju cermin yang ada di depannya. Membuat tangannya berlumuran darah, Abimanyu tidak merasakan sakit sama sekali di jari-jari tangannya karena hatinya lebih sakit. Tega sekali ia mengkhianati istrinya yang mencintainya, Abimanyu mencuci tangannya yang bedarah dengan air keran. Wajahnya pucat karena batin dengan pikirannya sedang saling bertolak belakang. Abimanyu mencabut pecahan kaca yang masih menempel