Klinik

1027 Kata
klinik Bibi lihat soni tidak ? Saya mau pinjam mobil untuk mengantar ibu ke klinik. Tanya indra kepada bibinya yang sedang duduk menemani ibunya. Soni saya lihat di belakang rumah.. itu di rumah om farhan.. cepat kamu cari dia indra, minta antarkan dia ke klinik. kata bibi indra serius mengatakan. Tanpa ragu seger indra menjawab. Iya.. tunggu disini sebentar ya bibi, saya ke sana dulu.. jawab indra, bibi indra mengangguk, dan langsung saja indra membalikkan tubuh berjalan cepat menuju ke belakang rumah. Sangat tergesa - gesa indra menuju ke rumah om farhan. Tanpa ragu ia segera masuk kerumah om farhan menuju ke ruang tv. Indra kini berdiri di ruang tv, ia melihat soni tengah santai, duduk meletakkan kaki kanan diatas paha kaki kiri sambil merokok dan nonton tv. Ia mengamati wajah soni, dan dia melihat meja kecil di sisi kiri dari soni duduk. spontan indra menjadi marah ingin sekali dia menghajarnya, terlihat jelas ia melihat handphone yang biasa dia pakai di atas meja. tapi indra mengurungkan niatnya. Indra langsung saja berdiri di depannya, dan berkata. Binatang kau soni.. ucap indra geram, lalu soni tampak terpancing dan langsung saja dia berdiri bertatap muka dengan indra. Apa maksud kamu ngomong begitu indra ? Kata soni terlihat terpancing. Dari tadi saya cari kamu, saya telpon tidak kamu angkat, saya chat tidak kamu balas, kamu seharusnya berpikir luas, dan kenapa selalu tidak menghargai saya dan keluarga saya. Kamu harus berubah soni, saya juga baru sekali ini ingin meminta bantuan sama kamu, saya hanya perlu meminjam mobil saya untuk antar ibu ke klinik, mau tahu kamu keadaan ibu saya sekarang bagaimana ? Lihat dia di rumah dia pingsan dan kamu menyepelekan. Ucap geram indra sambil mengepalkan tangan kanannya, ingin sekali dia meninju wajahnya namun dia tahan. Terlihat raut wajah soni melemah, tampak dia sangat bersalah. Lalu dia berkata. bukan begitu maksud saya indra.. saya ini sedang tidak enak badan, baru sembuh dari sakit, dan juga tidak bisa bawa mobil indra. Jawab soni sedikit merasa tidak enak dengan soni, terlihat dari wajahnya merasa bersalah. Indra tidak bodoh dan dia tahu kalau soni orangnya memang seperti itu, dalam pikiran indra berkata. Benar - benar pandai mengalihkan pikiran orang lain soni, badan sehat bugar mengangkat beras 50 kg saja masih sanggup, ini hanya menyetir mobil jarak 300 meter tidak sanggup ? benar - benar soni minta di tinju. lalu indra kembali berkata. Yasudah ! kalau kamu tidak mau mengantar ibu saya ke klinik tidak apa - apa, tapi awas ! kalau terjadi apa - apa sama ibuku, saya bunuh kamu. Ucap indra sangat geram terhadapnya, soni cuma terdiam, dan indra segera membalikkan tubuh lalu bergegas pergi menuju rumah untuk melihat kembali keadaan ibunya. 5 menit kemudian, indra baru saja sampai di depan pintu rumah, datanglah paman indra bernama hadi mengendarai mobil pinjaman yang entah dari mana dia pinjam. Indra merasa senang, meski seorang paman yang lebih tua 10 tahun dari umur indra, paman indra lebih suka dipanggil kak hadi. Segera kak hadi keluar dari mobil dan mendekati indra yang berdiri di depan pintu. Kak.. kata indra menyapa. Di mana ibu ? Tanya kak hadi. Terlihat dia memasukan kedua tangan di saku celana pendek yang dipakainya. Ada di kamar kak.. jawab indra. Yasudah ayo kita bawa ibu ke klinik. Ucap kak indra. tanpa pikir panjang indra dan kak indra bersama - sama masuk ke dalam kamar ibu indra yang masih tergeletak lemas, namun dia sudah tersadar sambil menahan sakit. Perlahan mereka berserta saudara lainnya memapah ibu indra menuju ke arah mobil. Segera mereka semua masuk ke dalam mobil dan bergegas mobil meluncur ke klinik terdekat. Ingin indra mengantarkan ibu ke rumah sakit, namun dia tahu keuangannya sudah sangat tipis untuk membawanya berobat di sana. Dan klinik itu juga sama saja untuk pelayanan dan obat yang digunakan sekelas rumah sakit. Di tengah perjalanan semua orang di dalam mobil menjadi tersadar, ternyata kak hadi salah jalan, dia pikir klinik yang dituju masih berada di daerah sebelumnya yang kak hadi tahu, atau berlokasi di daerah yang dulu. Untuk klinik itu sendiri sudah berpindah di lokasi yang baru, yang tidak jauh dari lokasi yang dulu. Namun berbeda arah. lalu mobil pun belok dan kembali ditempat semula. Di dalam mobil indra memegangi ibunya yang masih setengah sadar. dan tak berapa lama mereka semua sampai di depan klinik. mulai ibu indra ditangani para perawat yang menjemput dengan membawa ranjang dorong khusus pasien. Ibu indra segera di tangani oleh dokter yang bernama suki. Atau biasa orang - orang memanggilnya pak suki. dan pak suki sendiri yg memeriksa dengan beberapa perawat wanita di ruang pasien. Indra dan semua saudaranya menunggu di ruang tunggu, tampak indra sedikit bingung dengan kejadian yang menimpa ibunya, beberapa menit kemudian pak suki keluar dari ruang ibunya yang tergeletak lemas, ia perlahan datang menghampiri indra dan berkata. " kamu anak ibu itu ya ? Kata pak suki sambil menoleh ke belakang di ruangan ibunya dirawat. iya saya anaknya pak.. jawab indra sopan berdiri di depan pak suki. Jadi begini, nama kamu siapa ? Tanya pak suki, lalu indra menjawab. Saya indra pak.. jawab indra bernada sopan di depan pak suki. O.. begini indra, saya hanya mem-beri-tahu, kalau ibumu memiliki penyakit vertigo, saya sarankan saja, sebaiknya ibumu menginap malam ini di klinik, jika keadaan ibumu membaik ibumu boleh pulang.. ucap serius pak suki mengatakan itu, tanpa keberatan indra menjawab. Iya, terimakasih pak, tidak apa - apa ibu saya menginap malam ini, saya akan jaga ibu pak.. jawab indra sangat senang, dan indra pun beranggapan kalau ibunya sudah membaik. Hanya butuh istirahat. Ya-sudah, sekarang kamu ke apotik temui perawat mira, ini resep obatnya. Kasih ke dia, untuk sekarang saya mau periksa pasien lain, semoga lekas sembuh ibumu. iya terimakasih pak suki, jawab indra lembut. Sama - sama.. jawab pak suki, lalu segera ia beranjak pergi untuk memeriksa pasien selanjutnya. Tanpa ragu indra bergegas pergi menuju apotik untuk menemui perawat mira ke ruangannya. Indra berjalan dari lorong yang cukup kecil berukuran dua meter dari dia berdiri, untuk keluarga lainnya pun menunggu ibu indra yang masih berada di depan ruang tunggu. perlahan dia mencari dan akhirnya bertemu sebuah pintu yang di depan pintu itu terdapat tulisan ruang apotek. namun dia tidak melihat ada seseorang tanpa ragu dia segera mendekat ke pintu. perlahan dia mengangkat tangan kanannya dan segera mengetuk pintu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN