21. Kok Bisa, Sih?!

1367 Kata

DEVAN masih ngambek.  Anak itu makan dengan tenangnya, walaupun sedari tadi, ayah dan bundanya duduk di samping kanan kirinya, merusuh dengan bertanya macam-macam.  "Dev, makannya pelan-pelan, dong!" ujar bundanya.  Devan cuek. Ia tetap makan dengan lahap. Matanya tidak jauh dari piring, dan isinya.  "Mau tambah gak? Bunda ambilin ya?" Devan menjauhkan piringnya, dan menutupi dengan tangan. Menandakan kalau ia sedang tidak mau diganggu.  Keduanya mendesah.  Astaga ... ini salah mereka, sih. Sudah tau, anak mereka itu, manja. Seharusnya mereka tidak berpura-pura acuh seperti tadi, kalau tidak mau hal ini terjadi.  Devan membawa piring yang tadi ia pakai ke wastafel. Berniat menyucinya.  Bunda Dinda membuntut di belakang. Dengan tenang, Devan menyalakan keran, dan mulai membasuh pi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN