Pertanyaan dan jawaban

1340 Kata
Samudera dan kedua menantunya baru saja berjalan meninggalkan Dokter Syarif sendirian. Mereka berjalan lurus menuju tempat beberapa orang sedang duduk seperti menunggu. Beruntung mereka sudah mendapatkan informasi siapa mereka yang duduk tersebut sehingga Sam langsung buka suara dengan suaranya yang keras agar mereka mendengarnya. “Aku ingin kalian cari terus informasi keberadaan Benua. Dan singkirkan siapa pun yang terlibat dalam hilangnya Benua. Ingat, siapa pun bahkan keluarga terjauhnya sekalipun. Buat mereka menyesal karena sudah menantangku!” Sekali lagi, Sam mengungkapkan kemarahannya yang sampai saat ini belum mendapatkan pelampiasan sementara dari beberapa orang yang sebelumnya duduk santai mulai menyingkir. Mereka sepertinya percaya bahwa Sam tidak dapat menemukan putranya sama seperti Yegor yang tidak bisa menemukan saingan bisnisnya. Mereka kecewa karena lelaki yang sebelumnya dikira Abyan ternyata hanya penjahat yang apes hingga terkena senpi dari polisi. Tidak ada yang tahu bahwa Dokter Syarif sudah menipu mereka habis-habisan. Tidak ada lagi yang mereka bicarakan karena mereka larut dalam pikiran masing-masing hingga mereka tiba di rumah. “Bagaimana, apakah papi sudah menemukan Abyan?” tanya Elza begitu dia melihat Sam turun dari mobil. Hanya anggukan kepala yang diberikan oleh Sam saat dia memeluk tubuh Elza. Entah siapa yang sudah memberitahunya. Dia lupa mengatakan pada kedua putrinya bahwa perginya Abyan harus disembunyikan dari Elza. “Sudah. Tetapi kita tidak bisa menemukannya. Papi….” “Kenapa tidak bisa? Mami harus tahu keadaan Abyan. Dan kenapa Papi tidak membawanya pulang sekalian?” tukas Elza tidak sabar. “Duduklah. Kita bicarakan di dalam,” ucap Sam sambil merangkul Elza. Di depan mereka, Tania dan Zeny berdiri menunggu setiap kata yang keluar dari mulut Sam. Ada perasaan bersalah karena mereka sudah bicara pada ibu mereka yang selalu tidak rela kalau Abyan tinggal berjauhan dengan mereka. “Papi katakan yang sebenarnya. Mami tidak mau kalau papi bicara hanya untuk membuat mami tenang sementara keadaan Abyan jauh dari kata baik,” ucap Elza begitu melihat Sam seperti hendak mengarang cerita. “Baiklah. Kami sudah menemukan Abyan dan dia sudah dalam perawatan dokter. Papi percaya di bawah pengobatan Dr Syarif, Abyan bisa kembali sehat.” “Dokter Syarif? Siapa dia dan mengapa Abyan harus diobati? Pih, bisa langsung saja, kan, gak perlu berbelit-belit!” Elza selalu tidak sabaran dan terkadang galak apabila keadaan anak-anaknya dalam bahaya. Tidak peduli walaupun ketiga anaknya tidak lagi berusia belasan tahun. Beberapa kali Sam harus menarik nafas dan mengeluarkannya secara perlahan-lahan sampai dia mulai bicara tentang keadaan Abyan. “Dan siapa yang bertanggung jawab?” tanya Elza. “Papi belum tahu siapa yang bertanggung jawab. Perhatian papi bersama Indra dan Borya adalah mencari keberadaan Abyan. Walaupun yang tahu adalah Abyan sendiri, tapi kami akan berusaha untuk mencari tahu,” jawab Sam. Berbeda saat bicara dengan Indra dan Borya yang penuh kemarahan, bersama dengan Elza, Sam berusaha memberi pengertian dan penjelasan dengan tenang tanpa ada emosi yang mempengaruhi. “Lalu, bagaimana bisa Abyan ada di rumah sakit dan siapa yang sudah menemukannya?” tanya Tania yang sejak tadi berdiam diri. “Beruntung ada yang menemukan Abyan walaupun dia melakukan kesalahan dengan tidak menghubungi polisi langsung, tetapi tindakannya cukup beresiko saat membawa Abyan ke klinik tempat dokter pribadinya bekerja,” jawab Sam. “Kenapa papi bilang kesalahan dan beresiko?” tanya Zeny. “Kesalahan karena diseharusnya menghubungi polisi sehingga jejak yang mungkin ditinggalkan pelaku tidak rusak. Beresiko karena dia bisa membahayakan nyawa Abyan karena dia bukan tenaga medis yang bisa melakukan kesalahan apabila mengangkat pasien yang terluka,” jawab Sam tegas. “Tapi….” “Tapi keputusannya juga berhasil menyelamatkan Abyan. Dari tempat dia menemukan Abyan dengan jarak rumah sakit dan kantor polisi, maka banyak waktu yang terbuang dan sia-sia,” Elza, Tania dan Zeny terdiam. Mereka sibuk berpikir kemungkinan terburuk apabila penolong Abyan tidak mengambil keputusan cepat. “Tapi, bagaimana papi tahu kalau Abyan terluka? Maksud aku bagaimana papi tahu dimana Abyan?” tanya Zeny kembali. “Dari Indra. Indra menghubungi polisi untuk menanyakan apakah ada laporan korban yang terluka tanpa identitas, dan kami mendapatkan informasi bahwa siang tadi, seorang gadis remaja melaporkan kalau dia membawa seorang lelaki tanpa identitas ke klini. Jadi kami langsung mengeceknya.” “Tapi bagaimana papi bisa memastikan kalau korban tersebut Abyan sementara tidak ada identitas yang menyertainya?” “Sebutan si om ganteng,” jawab Sam. “Maksud papi yang menemukan Abyan adalah Emma? Sekarang aku percaya kalau Abyan dan Emma berjodoh. Tidak peduli perbedaan usia mereka, Emma adalah gadis yang akan menjadi jodohnya Abyan,” kata Zeny bersemangat. Tidak semuanya mengenal Emma dan mereka yang tidak tahu memandang ingin tahu dan penasaran yang tinggi. Salah satunya adalah Elza. Dia tidak percaya mengapa Zeny harus mengatakan kalau jodohnya Abyan adalah Emma sementara dia tahu saat ini wanita yang mendampingi Abyan adalah Karla. “Apakah ada yang bersedia memberi penjelasan pada mami siapa Emma?” tanya Elza menarik perhatian mereka semua yang ada di ruang keluarga. “Emma adalah gadis yang pulang bareng Abyan dari Rusia 2 tahun lalu. Mereka tidak pernah bertemu lagi, tetapi aku dan Zeny beberapa kali bertemu dengannya. Kami menyukainya dan bermaksud mengajak dia menjadi model,” kata Tania menjelaskan. “Sayangnya, Emma menolak tawaran kami dan dia lebih memilih menjadi pendamping temannya yang mengikuti pencarian bakat waktu itu,” kata Zeny melanjutkan ucapan Tania. “Kenapa dia tidak tertarik? Tunggu, dia adalah anak ingusen yang wangi parfumnya tertinggal di baju Abyan?” tanya Elza mulai mengingat siapa gadis yang dibicarakan oleh suami dan kedua anaknya. “Betul, Mami. Namanya Emma. Aku juga tidak tahu bagaimana Emma masih mengingat wajah Abyan tetapi dia memang pernah membuat gambar Abyan waktu di pesawat dan Abyan juga sudah melihat gambar tersebut,” kata Zeny menjelaskan. “Dengan kata lain kalian tertarik dan bermaksud mendekatkan Abyan dengannya. Lalu kenapa usaha kalian berhenti?” tanya Elza kembali. Saat ini perhatian Elza dapat dialihkan pada masalah Emma. Sam berharap dia bisa menjelaskan keadaan Abyan setelah Elza bisa mengenal Emma dengan lebih baik. “Saat itu Emma baru berusia 15 tahun dan Abyan sendiri menganggapnya bocah usil yang bawel. Walaupun kami berusaha mendekatkan mereka, aku menghargai bahwa Emma memerlukan waktu untuk menikmati masa remajanya,” kata Zeny lagi. “Jadi Emma yang sudah menemukan Abyan, tapi bagaimana dia terluka dan kenapa papi tidak membawanya ke rumah sakit yang lebih baik. Bukankah papi bilang Abyan hanya dibawa ke klinik?” Akhirnya bahasan kembali ke Abyan dan Sam yakin istrinya akan menerima penjelasan serta alasan mengapa dia tetap membiarkan Abyan berada di klinik yang dipimpin oleh Dokter Syarif. Bagaimana pun klinik tersebut adalah klinik swasta yang memiliki fasilitas paling lengkap dan lebih pantas di sebut dengan rumas sakit swasta. Dengan suara yang mudah dipahami, Sam mulai menjelaskan keadaan Abyan sampai dia tinggalkan dan juga hasil pembicaraan dengan dokter yang menangani tanpa mengatakan kalau ada beberapa pihak yang berusaha mendapatkan informasi tentang keberadaan Abyan. “Jadi di kamar tersebut ada kamera yang bisa kita lihat untuk mengetahui kondisi Abyan tanpa kita harus datang? Bagaimana kalau mami ingin melihatnya langsung?” Helaan nafas yang keluar dari mulut Sam membuat Elza penasaran dan memandang suaminya. “Apa yang papi sembunyikan hingga mami tidak boleh tahu,” kata Elza. “Kita tidak bisa datang menemuinya sebelum Abyan sadar. Kita harus melakukannya agar tidak menimbulkan kecurigaan dari pihak yang tidak berkepentingan,” jawab Sam. “Bukankah kita bisa memberikan keamanan padanya?” tanya Tania setelah hanya mendengar saja. “Bisa. Tetapi sangat menarik perhatian. Ingat, apa bila ada pihak yang tidak suka, segala cara bisa mereka lakukan dan papi percaya dengan pemikiran dokter tersebut,” kata Sam. Lalu dia mulai mengeluarkan ponselnya untuk dilihat oleh anggota keluarganya. “Keadaan Abyan saat ini tidak bisa dikunjungi sehingga dokter memberikan ini pada papi. Seperti yang sudah papi katakan tadi,” beritahu Sam. Yang pertama melihatnya tentu saja Elza dan dia menjerit pelan setelah melihat keadaan Abyan, putra bungsunya. “Apakah kita tidak bisa melihatnya melalui layar yang lebih besar?” tanya Elza yang tidak puas hanya melihatnya melalui ponsel. Sam melihat Borya yang langsung mengangguk memastikan bahwa ucapan Elza bisa dilakukan. Mereka hanya perlu menginstalnya ke layar tv atau laptop mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN