Pengakuan tidak jelas

1305 Kata
Di rumah sakit, Emma memutuskan untuk pulang setelah dokter dan perawat berkali-kali menyuruhnya istirahat, tetapi Emma dengan sifat keras kepalanya mengatakan kalau dia tidak akan pulang malah meminta perawat agar mengijinkan dia berada di samping Abyan. Lelaki yang sampai sekarang dia tidak tahu siapa namanya selain nama yang dia sematkan yaitu, Om ganteng. “Emma. Pulanglah! Percayakan pada kami keselamatan temanmu, itu,” kata dokter. “Gak, Dok. Bagaimana saya bisa membiarkan dia sendirian kalau tadi saja ada dokter gadungan yang mencoba masuk ke sini,” tolak Emma. “Tapi ini rumah sakit, Emma dan keadaan pasien belum memungkinkan dipindahkan ke ruang perawatan. Pasien masih perlu dipantau keadaannya,” kata dokter. “Kalau begitu ijinkan saya tetap di sini sampai pasien bisa dipindahkan,” jawab Emma keras kepala. “Kalau begitu saya tidak punya alasan lagi selain menghubungi ayahmu. Saya  yakin ayah dan ibumu langsung kembali dan menarikmu pulang. Percayalah, pasien tidak akan kemana-mana dan nanti juga ada pihak keamanan yang akan berjaga-jaga. Temanmu akan aman di sini.” “Sungguh?” “Sungguh. Kau sejak siang sudah berada di sini dan kau lihat sekarang sudah jam berapa. Besok, sepulang sekolah kau bisa kembali ke sini lagi.” Emma tidak langsung menjawab. Dia lebih memilih bangun dan melihat keadaan Abyan yang belum juga sadar. “Dokter janji tidak akan membiarkan Abyan pergi dan akan mengatakan setiap perkembangannya?” “Tentu. Malam ini dia akan berada di ruang pemulihan dan tidak akan ada seorangpun yang menyadari keberadaannya.” “Baiklah. Saya pulang dulu dan besok pagi saya langsung kesini.” “Kau tidak sekolah?” “Masih libur,” jawab Emma. “Baiklah. Kau boleh datang besok, Sekarang pulang dan istirahat!” Perintah dokter Syarif begitu tegas sehingga Emma tidak bisa menolak lagi. Sepeninggal Emma, Dokter Syarif yang tidak lain pemilik klinik tersebut segera mengadakan perubahan data terhadap pasien. Dia memberikan nama yang berbeda dan status yang berbeda. Entah mengapa dia merasa malam ini akan terjadi tindakan yang tidak diinginkan oleh semua orang. Saat ini polisi baru saja pergi sehingga tidak ada yang mengetahui bahwa dia dan beberapa perawat memindahkan Abyan ke ruangan lain yang lebih aman dan tidak akan pernah dipikirkan oleh siapa pun. “Ingat, jangan pernah ada yang bersuara tentang perubahan ini. Semua demi keselamatan pasien,” kata Dokter Syarif setelah semuanya selesai. “Bagaimana dengan polisi?” tanya seorang perawat. “Biarkan pak polisi berjaga-jaga. Kita akan menunggu sampai pasien sadar sebelum mengatakan perubahan tersebut,” jawab Dokter Syarif. Hanya satu jam setelah perubahan tersebut, beberapa orang datang untuk melihat keadaan pasien yang baru saja di operasi. Wajah kelima orang tersebut adalah wajah-wajah asing yang begitu dingin dan kejam sehingga perawat langsung menyerahkan pada dokter Syarif begitu mereka bertanya tentang pasien yang dibawa oleh gadis remaja. “Selamat malam. Kami ingin tahu bagaimana keadaan pasien. Kami adalah keluarganya,” kata mereka dalam bahasa Inggris yang terpatah-patah. “Selamat malam. Maafkan kami. Kami belum bisa memberikan informasi apa pun selama polisi belum memberikan pemberitahuan,” jawab Dokter Syarif. “Apakah kasus ini sudah ditangani oleh polisi?” tanya orang asing tersebut. “Benar.  Kami tidak bisa memberi pertolongan tanpa ada jaminan dari polisi. Tapi, bagaimana Tuan tahu kalau pasien tersebut adalah keluarga Tuan?” “Kami kehilangan anggota keluarga kami dan kami yakin dia adalah anggota keluarga kami karena dia tidak memiliki identitas apa pun,” jawab orang asing yang lain hingga kerutan terlihat jelas di dahi Dokter Syarif. Tidak ada yang mengatakan tentang korban yang tidak memiliki identitas, tapi mengapa orang tersebut bisa mengetahuinya. Apakah mereka adalah pelakunya? Bagian yang terpenting adalah mengapa begitu cepat keberadaan korban bisa diketahui? Dokter Syarif tidak bisa bertindak ceroboh. Dia yakin kelima orang asing yang ada di depannya adalah bukan orang sembarangan. Mereka bisa mendapatkan informasi begitu cepat, pasti sangat luar biasa. “Kalau begitu saya hanya bisa mengatakan kalau kami hanya bisa menunggu kabar dari polisi,” jawab Dokter Syarif lagi. “Kalau kami boleh tahu, bagaimana keadaan pasiennya. Apakah keadaannya sudah membaik?” tanya orang asing yang lain. “Sampai sekarang belum sadar. Kami sudah berusaha memberikan pertolongan tetapi saat ini hanya bisa menunggu dan kami juga tidak tahu kapan penantian tersebut berakhir,” jawab Dokter Syarif menjelaskan. “Boleh kami melihatnya? Kami hanya ingin memastikan bahwa dia adalah anggota keluarga kami,” kata orang asing yang usianya lebih tua dibandingkan yang lain. Dokter tidak langsung menjawab. Dia menatap kelima orang yang berdiri di depannya. Ada sikap curiga tetapi dia juga tidak bisa bertindak ceroboh dengan melarang mereka untuk melihatnya. “Baiklah. Mari saya antar. Semoga polisi yang berjaga sudah datang dan bisa memberikan penjelasan pada Tuan tentang siapa korban yang kami rawat. Bagaimana pun kami memang tidak menemukan informasi apa pun,” beritahu dokter sambil berjalan menuju ruang icu. Dari balik kaca, mereka melihat keadaan pasien yang sebelumnya sudah diganti oleh pasien lain. “Apakah kami boleh melihatnya?” tanya orang asing yang lebih tua. “Kami mohon maaf. Keadaannya sekarang hanya dokter dan perawat yang bisa masuk sementara keluarga atau polisi belum di perbolehkan,” jawab dokter. “Apakah saya boleh melihat wajahnya? Dari sini kami tidak bisa melihat dengan jelas,” kata orang asing itu lagi dengan nada mendesak. Dokter Syarif memanggil seorang perawat lalu memintanya untuk merekam wajah pasien sesuai dengan permintaan orang asing tersebut. Dokter Syarif berusaha bertindak tenang seolah-olah semua itu memang yang sebenarnya. Setelah merekam gambar wajah pasien, perawat keluar dengan membawa ponsel orang asing tersebut. “ini adalah wajah pasien yang kami tangani hari ini,” kata Dokter Syarif memperlihatkan hasil gambar yang dibuat perawat. “Bukan dia. Apakah ada pasien lain yang dibawa oleh seorang wanita?” tanya orang asing tersebut kecewa. “Sayangnya hanya dia. Seorang gadis yang tidak mau diketahui namanya hanya membawa pasien itu.” “Baiklah. Kami permisi karena pasien tersebut bukan anggota keluarga kami. Kami sangat berharap dokter dapat membantu kami bila menemukan pasien yang berwajah indo,” ujar salah satu dari mereka sementara yang lainnya langsung pergi setelah memastikan kalau pasien yang berada di ruang ICU bukan orang yang mereka cari. “Siapa sebenarnya mereka dan mengapa mereka begitu penasaran. Untunglah aku sudah melakukan janjiku pada Emma,” ujar Dokter Syarif dalam hati. Belum lagi Dokter Syarif beranjak dari tempatnya berdiri di depan ruangan ICU, dua orang perwira polisi datang bersama…lagi-lagi dengan pria asing. Dokter Syarif memperhatikan wajah kedua orang asing tersebut. Yang lebih tua, dia seperti pernah melihat wajahnya walaupun dia tidak tahu dimana pernah bertemu sementara yang satu lagi, dia melihatnya seperti lelaki yang sebelumnya walaupun lelaki yang sekarang memiliki wajah yang lebih tampan dan tubuh kekar. “Selamat malam, Dokter Syarif. Saya tadi bertanya pada perawat di depan dan dia mengatakan kalau dokter ada di sini sedang mengantar tamu. Apakah pasien itu yang dibawa oleh gadis remaja siang ini,” tanya perwira polisi berbadan tegap dan usianya sudah cukup matang. “Maafkan saya. Apakah saya boleh tahu siapa bapak-bapak ini?” tanya Dokter Syarif ingin tahu. “Maafkan saya. Nama saya Indra, AKBP Indra Prawira dan kedua orang yang berada di sebelah saya adalah Tuan Samudera Pravitel, mertua saya dan di sebelahnya lagi adalah adik ipar saya, Borya,” beritahu Indra ramah. Beda. Kedatangan tamu kali ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Mereka dengan jelas mengenalkan diri tetapi Dokter Syarif juga belum bisa mengatakan yang sebenarnya terutama saat dia melihat ke arah lelaki bernama Borya, dari sudut matanya dia melihat salah satu lelaki yang sebelumnya berdiri mengamati. “Mengapa mereka masih ada di sini, apakah mereka tidak percaya?” batin Dokter Syarif. Perubahan ekspresi Dokter Syarif sangat jelas terbaca oleh Borya dan Sam sehingga mereka melihat arah pandangan Dokter Syarif secara halus dan tidak menarik perhatian. Orang yang berada di dalam kegelapan mulai menyadari kalau dirinya sudah ketahuan sehingga dengan cepat meninggalkan tempatnya, dan Borya segera berlari mengejar siapa pun lelaki yang sudah mengamati mereka secara diam-diam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN