Galau

1242 Kata
Selama dalam perjalanan dari rumah hingga mendekati HSP, Borya sudah menyadari bahwa Zeny seringkali memandangi dirinya dari belakang. Entah apa yang dipikirkan oleh Zeny sampai dia mulai bersuara kembali. Kali ini menyoal masalah pribadinya. “Boleh aku tahu alasannya kenapa kau belum menikah?” “Jadi alasan kau melihatku dari tadi hanya untuk bertanya seperti itu?” “Kau tidak suka?” tanya Zeny seperti bukan dirinya yang bertanya. Senyum dingin Borya tidak terlihat dari kursi belakang. Borya bukan lelaki biasa. Perkawinan bukan bagian yang tepat apabila pekerjaannya sendiri masih sebagai Assassin. Dia tidak mau membuat keluarganya menderita. “Banyak alasan dan aku tidak mungkin mengatakannya padamu,” jawab Borya setelah diam sesaat. “Kalau begitu 1 saja,” sahut Zeny. “Aku tidak mau keluargaku khawatir dan dalam bahaya karena pekerjaanku.” “Tapi sekarang kau tidak seperti dulu dan….” “Dan kita sudah sampai. Aku sudah menjawab pertanyaanmu dan jawabanku tetap sama,” jawab Borya menutup sesi tanya jawab hingga wajah Zeny muram. Sudah cukup lama Borya mengenal Zeny dan dia tahu wajah muram anak majikannya karena dia tidak mendapatkan yang dia inginkan. Setidaknya Zeny harus mengerti bahwa tidak semua keinginan bisa dia dapatkan dan dipuaskan. Hotel Samudera Pravotel pada hari itu begitu ramai. Abyan dan Zeny tidak tanggung-tanggung membuat acara. Promosi dan pemberitahuan melalui media iklan yang dimiliki jaringan usaha Pravitel sudah dilakukan secara total. Banyak perusahaan yang memberikan dukungan sehingga para peserta merasakan dirinya seperti bertanding di tingkat nasional bukan hanya dilingkungan mereka bekerja. Acara dibuka oleh Zeny sebagai pimpinan panitya acara. Dalam sambutannya Zeny menjelaskan bahwa yang memiliki ide pencarian bakat sedang ada pekerjaan di luar sehingga sementara diwakilkan pada asistennya yaitu Ilham sementara untuk acaranya sendiri akan dibagi dalam beberapa penilaian. Para peserta tetap harus mengikuti seleksi karena HSP menginginkan model terbaik dan siap untuk melakukan pekerjaan walaupun kemungkinan mereka harus bekeja tengan malam. Penjelasan Zeny tentang Abyan sedikit banyak mengurangi penasaran sebagian peserta dan pegawai HSP walaupun masih saja ada yang kurang puas dengan penjelasan yang diberikan oleh Zeny. Seolah-olah tidak beredarnya Abyan karena dirinya yang dipecat karena Zeny ingin menguasai dan mendapatkan kepercayaan dari pimpinan tertinggi atas keberhasilan yang semula diprakarsai oleh Abyan. Mereka sepertinya lupa kalau Zeny adalah putri pemilik HSP. Karla baru saja menyelesaikan tugasnya dan tengah memperhatikan peserta yang lainnya, tetapi pikirannya sendiri sedang melayang-layang, memikirkan Abyan yang sudah membuatya jatuh bangun karena tidak bisa melupakannya.  “Kenapa Abyan tidak pernah ada lagi di sini? Apakah dia sudah dipecat seperti David? Kalau memang seperti itu, kasihan sekali dia. Dia yang membuat dan mengusulkan acara seperti ini tetapi orang lain yang meraih kesuksesan,” gumam Karla. Sebagian besar pegawai HSP tidak ada yang tahu dimana Abyan.  Hari yang tidak terlupakan oleh Karla adalah pada saat dia mambuat kemeja Abyan basah dan hari itu adalah terakhir mereka bertemu. “Saat itu Abyan berjalan dengan terburu-buru dan aku tidak tahu sebesar apa kemarahan Abyan padaku karena dia bahkan seperti tidak menganggapi ucapanku,” katanya lagi. Sejak dibukanya acara sampai 3 hari berlalu, kabar Abyan belum lagi di dengar oleh para karyawan yang sudah memuja dan memuji wajah dan bentuk tubuhnya yang begitu menggoda dan menarik. “Karla, menurutmu kau bisa masuk ke 5 besar, tidak?” suara dari Tiara rekan kerjanya di bagian waitres menyentuh pendengarannya. “Hasil keputusannya aku tidak tahu. Tapi sebagai peserta, aku yakin semuanya mau masuk dan terpilih. Memangnya kau tidak mau?” tanya Karla. “Tentu saja. Kau tahu kalau aku dulu pernah menjuarai model tingkat SMA, jadi sudah pasti aku lebih tahu bagaimana menjadi model yang bisa membawa nama HSP semakin terkenal,” jawab Tiara. “Oh.” Karla tidak mau menimpali ucapan dari Tiara yang mengandung kesombongan tingkat tinggi. Apa dia tidak lihat kalau banyak yang lebih bagus darinya? “Perhatian semuanya! Untuk penilaian hari ini sudah cukup dan akan dilajutkan kembali esok lusa. Pada hari minggu akan diumumkan siapa saja yang bisa lolos ke 5 besar dan apa saja yang harus disiapkan oleh peserta.” Suara Ilham terdengar memberikan informasi penting bagi semua peserta yang sudah sampai di 10 besar. Suara Ilhan yang keras membuat perhatian semua orang tertuju padanya sehingga menimbulkan keheningan. “Ijin, Pak, apakah hari minggu itu semua di umumkan?” terdengar suara dari arah sebelah kanan Karla. Entah siapa yang sudah bicara. “Benar. Semuanya diumumkan pada hari minggu sesuai dengan batasan umur. Khusus pegawai HSP maupun untuk umum,” jawab Ilham. Tidak ada pertanyaan lagi karena mereka sudah begitu jelas mendengarnya. Karla baru saja keluar dari ruangan ketika dia mendengar perbincangan dari 3 orang remaja. Dua orang diantaranya adalah yang pernah menemuinya, dulu. “Aku tidak lihat Bu Zeny hari ini. Menurutmu dia kemana?” tanya Baina pada Emma. “Mana aku tahu. Kenapa kau bertanya tentang Bu Zeny?” tanya Emma. Sesuai dengan ucapannya, Emma tidak ikut pencarian bakat dan dia baru tiba tepat sebelum nama Baina dipanggil. “Gak apa-apa. Aku hanya mau bilang kalau aku sudah berhasil sampai sejauh ini. Menang kalah urusan belakang, yang penting aku sudah membuktikan kalau aku cukup percaya diri dengan mengikuti kontes ini,” sahut Baina bangga. “Baguslah. Kau tahu hari ini sudah selesai dan para peserta diberi waktu untuk istirahat sampai hari minggu. Jadi mau pulang sekarang atau nanti?” ucap Emma mulai memakai tas ranselnya kembali. “Sekarang aja. Tapi kita cari makanan dulu ya, lapar berat, nih,” kata Tisya yang ikut menemani Baina sebelum Emma datang. “Ayo-lah,” ajak Emma dan Baina bersamaan. Mereka berjalan keluar tanpa menyadari ada yang memperhatikan dan mendengar pembicaraan mereka. “Apa mereka mau menggunakan pengaruh Bu Zeny untuk menang? Aku tidak percaya kalau Bu Zeny bisa memberikan gadis itu tempat agar lolos,” ucap Karla dalam hati. Sifat iri dan dengki Karla sangat tidak masuk akal. Zeny bukan orang yang berada di balik penilaian. Dan selama ini Zeny tidak pernah terlihat dan hanya muncul sekali pada pembukaan saja. Sementara Hisyam yang merupakan orang kepercayaan Abyan lebih banyak menyendiri tanpa mendekat sama sekali pada peserta. Hari-hari berlalu hingga pengumuan siapa peserta yang masuk 5 besar sudah di temukan dan nama Karla ada di bagian yang terpilih untuk peserta khusus karyawan sementara Baina berada di golongan umum. “Ternyata kau memang hebat,” puji Emma yang tetap setia menemani Baina. “Tentu saja. Kau mau menunggu aku sampai selesai pengarahan yang diberikan Pak Hisyam, kan?” kata Baina pada Emma. “Pak Hisyam itu siapa?” tanya Emma. “Entahlah,” jawab Baina membuat Emma memberikan sentuhan sayang pada kepalanya. “Aduh. Gila. Gak bisa kalau gak njitak kepala aku ya,” gerutu Baina kesal. “Engga. Tapi lama, gak? Maksud aku, kamu bilang langsung pulang setelah lihat pengumuman, nyatanya masih ada acara lain lagi,” keluh Emma. “Bentar aja, Emma. Aku yakin pasti gak akan lama,” ucap Baina yang ditanggapi dengan anggukan kepala Emma. “Terima kasih, ya,” kata Baina dengan mengedipkan mata. “Ganjen,” cicit Emma tertawa. Walaupun wajah dan tubuh Emma sangat mendukung bila dia menjadi model, tetapi Emma sama sekali tidak memiliki minat ke arah tersebut. Dia lebih suka bermain dengan gerakan dan kelincahan serta keluwesan tangannya membentuk gambar hingga dia tidak pernah peduli bahwa banyak peluang yang menantinya bila dia berminat pada hobi yang lain. Emma dan Baina sudah keluar meninggalkan tempat pengumuman dan memilih mencari café untuk mendapatkan makanan sementara ada mobil lain yang berhenti di depan parkiran lobby dan dia adalah Abyan yang menumpang taxi dari bandara untuk tiba di HSP.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN