Dua pasang mata yang berasal dari laki-laki dan perempuan memperhatikan kedatangan Samudera yang berjalan paling depan bersama dengan Abyan yang berjalan di belakangnya bersama dengan beberapa pengawal.
Kehadiran Samudera yang selalu menarik perhatian para pengunjung hotel membuat dia tidak terlalu peduli dengan pandangan tamu yang berada di loby termasuk dengan pandangan tajam dan penuh perhatian yang sangat berbeda dari 2 orang yang sedang berbincang.
“Mengapa dia tidak datang? Aku tidak mengharapkan Edgar yang datang. Dia bukan lawan yang aku harapkan,” ucap lelaki dengan matanya yang berwarna kehijauan.
“Aku tidak mengira nyalimu sangat kecil, Karl. Dia hanya lelaki tua yang kekuatannya tidak seberapa,” ejek wanita yang ada di sebelahnya.
“Kau salah Julia. Kau tidak mengenal siapa Edgar. Dia adalah lelaki yang tidak mudah dihadapi dengan cara terbuka. Kau ingin menghadapinya? Dengan senang hati aku akan menontonnya, tetapi jangan salahkan aku bila kau merasakan sakit yang tidak mungkin bisa kau lupakan,” sahut lelaki yang dipanggil Karl.
“Benrkah? Apa yang bisa dia lakukan terhadap wanita? Hanya lelaki yang tidak punya kehormatan yang bisa menjatuhkan tangan pada perempuan,” cibir Julia.
“Lakukanlah! Aku akan menunggumu,” ucap Karl menantang Julia.
Dia baru mengenal Julia sebulan, tepatnya setelah Feliks memberitahunya bahwa dia mempunyai rekan kerja yang akan membantunya mengatasi Ben (Panggilan Abyan di Rusia).
Karla tidak menduga rekan kerja yang dikatakan oleh Feliks ternyata seorang wanita yang memiliki emosi tinggi dan juga ceroboh. Apakah dia bisa bekerja sama dengan wanita seperti itu? Jawabannya sangat mudah apalagi dengan ucapan Julia yang meremehkan Edgar Pravitel.
“Kau ingin aku membuktikan ucapanku sekarang,” tanya Julia dengan matanya yang tajam.
“Melakukan penyerangan pada hari pertama dia baru datang, bukan type-ku. Kau mungkin orang yang tidak memiliki aturan, jadi silahkan lakukan sementara aku akan pergi. Aku bukan orang bodoh yang memberikan diriku diketahui lawan lebih dulu,” kata Karl bangun dari kursinya.
Dia akan mengamati Julia dari jauh. Kalau Julia melakukan seperti yang dia katakan, Karl tidak akan bekerja sama dengannya. Dia perlu rekan kerja yang bisa berpikir dan tenang.
Mata Julia menatap Karla yang baru pergi. Dia perlu waktu untuk melakukan pendekatan pada Samudera yang berjalan bersama dengan para pengawalnya. Walaupun bukan lawan yang dia harapkan, setidaknya bisa membuat Ben bisa segera datang dan memperlihatkan dirinya.
Selembar foto yang diberikan Feliks padanya hanya memperlihatkan sosok lelaki yang bermata tajam jauh dari kata ramah. Wajahnya yang sebagian tertutup oleh rambut yang tumbuh lebah di wajahnya membuat Julia tidak bisa mengenalinya.
Dengan langkah kaki gemulai, Julia melangkah maju seolah menyongsong Sam yang berjalan masuk. Tidak ada keraguan yang terlihat diwajahnya pada saat dia bertindak seolah terantuk oleh karpet yang menyebabkan isi gelasnya mengenai wajah Sam.
“Siael!!!”
Suara teriakan menggema di loby dari mulut Julia. Dia tidak mengira tindakan yang sudah dia perhitungkan dengan cermat justru berbalik menimpanya.
Teriakan kesakitan yang berasal dari mulut Julia menggudah rasa ingin tahu para tamu yang ada di loby tidak terkecuali dengan Sam, Abyan dan para pengawalnya.
Namun, Sam bukan lelaki yang dengan mudah memberikan perhatian pada orang yang dengan jelas sudah mencoba membuatnya celaka.
Sikap dingin dan kejam Sam membuat sebagian orang yang berusaha mendekat hanya berdiri mengamati saat Sam berjongkok di samping pengawalnya yang sudah mengamankan Julia.
“SIapa yang menyuruhmu!” kata Sam yang lebih mirip dengan perintah daripada pertanyaan.
“Brengsak. Aku tidak tahu maksudmu. Aku akan menuntutmu karena sudah berniat jahat padaku,” ancam Julia marah.
“Bagus. Kau mengingatkan diriku kalau kau adalah penjahan yang tidak bisa membaca keadaan. Atau kau memang lebih memilih ditangani oleh polisi daripada denganku?”
“Kau salah memilih lawan. Kalau kau berpikir di polisi kau bisa mengarang cerita, aku akan menunggumu untuk memberikan balasan yang mungkin tidak akan bisa kau lupakan,” ancam Sam.
Dalam hati Julia dia mengutuk kebodohannya. Tujuannya mendekati Sam dengan membawa air keras adalah untuk melukai wajah atau tubuh Sam, tetapi siapa yang bisa menduga, begitu kakinya terantuk dan tangannya berniat menyiramkan isi gelasnya ke tubuh Sam, lelaki itu justru menarik tangannya dan menjadikan dirinya sebagai tameng.
Cairan yang dia persiapkan untuk Sam justru dengan sempurna menyiram sebagian wajah dan juga pundaknya yang terbuka. Rasanya yang sangat sakit dan juga perih sudah dia ekspresikan dengan sempurna untuk memberi tahu pada tamu kalau dia adalah korban.
Sayang, seperti yang diucapkan Sam, dia salah mengenali lawan dan tidak bisa membaca keadaan. Apa yang salah dan apakah semua yang diucapkan oleh Karl adalah benar adanya?
Sam bukan lelaki yang mudah kompromi apalagi dengan lawan yang sudah memiliki niat membuatnya celaka. Tidak perduli dengan wanita karena dia sendiri sudah merasakan bagaimana buah dari perbuatannya.
“Bawa dia ke klinik dan pastikan dia tidak akan mendapatkan perawatan kecuali dia memberikan informasi.” Perintah Sam.
“Baik. Tuan.”
Dengan cepat 2 orang pengawal Sam membawa Julia ke klinik yang entah ada dimana. Karl yang memperhatikan dari jauh hanya tersenyum sinis lalu mengirim pesan pada Feliks. Lelaki bodoh yang tidak memiliki nyali terlalu besar dengan menantang keluarga Pravitel.
‘Kau terlalu berani menantang Pravitel secara terbuka. Sebagai orang yang lebih pengalaman, bertindaklah dalam gelap’.
Pesan untuk Feliks sudah Karl kirim, kini saatnya dia menikmati waktu berliburnya di hotel berbintang 5 dengan nyaman. Dia akan menunggu dan mengamati Edgar Pravitel yang pasti akan mendapatkan informasi penting dari mulut Julia.
Karla akan aman karena nama Karl hanya diketahui oleh mereka yang memiliki kerjaan yang sama dengannya sementara di kalangan para pengusaha, dia adalah Yegor Salovick. Siapa yang berani mencurigainya selain Edgar, lelaki yang sudah berulang kali menguji keberaniannya.
Karl yang tidak lain adalah Yegor adalah pengusaha yang selalu mengikuti Edgar Pravitel di setiap bisnisnya. Dia sangat iri dengan keberhasilan Edgar, bukan hanya di Rusia asal dirinya tetapi juga di negara tropis yang ditinggali dengan istrinya yang cantik.
Tidak ada yang tahu kalau Yegor sangat dendam pada Edgar karena dia berhasil menguasai pertambangan batu mulia yang ada di negara yang terkenal dengan iklim tudornya. Sudah berulang kali dia mencoba mengganggu bisnis Pravitel yang semuanya berakhir dalam kegagalan.
Informasi kalau Edgar meninggalkan bisnisnya di Rusia dan menyerahkan pada putra bungsunya membuat Yegor memiliki kesempatan lagi untuk menguasainya terutama setelah Feliks menghubuninya atas nama Karl.
Yegor bukan baru pertama bertemu dan berhadapan dengan putra Adgar yang bernama Ben, tetapi dia sudah berulang kali menawarkan kerja sama melakukan perdagangan lewat pasar gela, namun semua berakhir sia-sia hingga Yegor berharap, setelah Ben berhasil dia kuasai, maka Ben akan membantu perdagangan yang tidak semua orang akan pilih untuk melakukannya.
Bagi Yegor, Feliks adalah jalan yang membuatnya mudah mendapatkan peluang menguasai pasar yang sebelumnya dikuasai oleh keluarga Pravitel.
Namun, semuanya menjadi sia-sia untuk sementara karena Julia sudah membuat langkah yang keliru dan dia harus mencari cara lain untuk mendapatkan ide yang baik dan juga lancar, setidaknya aman pada saat dia mencoba melakukan rakit senjata yang tebalnya sangat lumayan.