Bukan orang biasa

1556 Kata
Lumpuh dalam tekanan anak buah Sam, Julia tidak bisa melakukan apa-apa selain menahan sakit di wajahnya. Dia terlalu bodoh dan ceroboh dengan melakukan serangan terbuka. Tidak terpikir di otak Julia, Edgar bisa mengetahui langkahnya dengan baik. Dalam perhitungannya air keras tersebut akan mengenai wajah Edgar tetapi yang terjadi adalah Edgar justru melindungi wajahnya dengan cara menarik tubuh Julia. “Bagaimana bisa Edgar bergerak begitu cepat? Tidak ada penjelasan yang bisa membuat aku percaya dengan semua tindakannya selain akibat yang aku rasakan. Bukti di wajahku sudah cukup menjelaskan bahwa aku adalah wanita yang tidak bisa berpikir cepat.” Batin Julia. “Apa yang akan dilakukan oleh Edgar dan anak buahnya. Aku tidak yakin dia akan berdiam diri saja,” Julia kembali membatin.  Saat ini dia berada di tengah ruangan dengan kedua tangan yang terikat keatas dengan kaki yang menjejak kursi. Seandainya dia berontak, dia tidak yakin dirinya bisa bertahan dengan sikap menggantung sementara wajahnya begitu gatal, perih dan panas meskipun anak buahnya Edgar sudah menyiramkan air ke wajahnya. Ternyata masih ada sisi iba di dalam hati mereka. “Hey! Apakah aku tidak bisa mendapatkan pengobatan!” Teriakan Julia tidak berarti apa pun bagi dua orang lelaki yang berdiri tidak jauh darinya begitu juga dengan setiap makian yang keluar dari mulutnya sejak dia dibawa ke tempat yang katanya klinik. “Apakah telinga kalian rusak hingga teriakanku tidak bisa didengar kalian?” Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian 3 orang yang berada di dalam ruangan. “Tuan Borya,” sapa kedua lelaki yang sejak tadi mengawasi Julia dengan sikap hormat. “Bagaimana dia?” tanya lelaki yang disapa Borya. “Kami belum melakukan apa-apa menunggu Tuan lebih dulu,” jawab salah satunya. Langkah kaki Borya mendekati Julia dengan tatapan bengis menandakan dirinya bukan lelaki yang bisa memberikan belas kasihan. “Aku tahu siapa dirimu bahkan aku tahu siapa yang kau lindungi. Sekarang aku ingin tahu apa kau masih bisa melindungi dirimu sendiri?” Pertanyaan Borya adalah ancaman tersirat yang sangat mudah dipahami. Tetapi Julia bukan wanita yang baru kemarin menerima pekerjaan yang membuatnya berada di dalam bahaya dan dia tidak pernah takut menghadapinya. Borya. Sebuah nama yang menjadi petunjuk seorang yang memiliki kekejaman paling luar biasa. Dari cerita yang pernah didengar Julia, Borya tidak pernah meninggalkan sasarannya dalam keadaan yang layak. Selalu ada cara bagi Boyra membuat dirinya dikenali dan dilacak keberadaannya. Setiap orang yang memiliki profesi yang sama sepertinya selalu menjadikan Borya sebagai patokan sebuah keberhasilan. Borya bukan seperti yang lainnya, dia selalu bekerja dalam gelap dan juga setiap tindakannya dilakukan dengan bersih dan tidak menimbulkan jejak. Tapi mengapa dia ada di sini? Apakah dia adalah orang suruhan Edgar Pravitel? “Semua orang tahu siapa dirimu, Borya, tetapi kau salah kalau berpikir aku takut denganmu,” desis Julia. Suara tawa Borya terdengar kencang mendengar ucapan Julia. Dengan sikapnya yang tiba-tiba lebih santai, Borya melepaskan topi dan kaca mata hitamnya sehingga wajahnya terlihat jelas di mata Julia. “Kau lihat, Julia, apakah wajahku ini menakutkan? Kalau kau bilang menakutkan, kau bukan wanita normal,” ucap Borya. Seandainya Julia tidak dalam keadaan terikat dan tergantung, dia pasti berlari menghampiri Borya dengan sikap memuja. Julia tidak pernah melihat dan bertemu dengan Borya. Yang dia ketahui dan dengar sepanjang kariernya sebagai pembunuh bayaran, Borya adalah lelaki paling kejam berdarah dingin yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran di antara semua orang yang memiliki profesi yang sama. Tidak ada kata ampun bila Borya sudah turun tangan. Bagaimana bisa seorang pembunuh bayaran paling kejam seperti Borya memiliki wajah paling menarik. Mengapa Borya tidak berprofesi sebagai bintang film atau model saja? Julia yakin bayaran yang dia terima lebih besar sekaligus tidak akan membahayakan jiwanya. “Kau belum menjawab pertanyaanku, apakah setelah melihat wajahku, orang akan takut?” tanya Borya kembali memakai topi dan kaca mata hitamnya. “Aku tidak peduli. Sekarang katakan apa yang kau inginkan. Jangan pernah berpikir aku akan mengikuti perintahmu karena kau bukan tuan-ku,” ucap Julia setelah sadar dari terkejutnya. Suara tawa kembali terdengar dari mulut Borya. Dia tidak memiliki keinginan memaksa wanita bodoh yang tinggal menunggu nasibnya saja. Julia memejamkan matanya. Suara tawa Borya bukan kerena dia geli atau gembira tetapi karena dia menertawakan keadaan dirinya yang mengalami nasib apes. “Bukan aku yang menginginkannya tapi orang yang sudah membayarku. Aku yakin kau tahu siapa dia.” “Dan kau pikir aku takut dengannya? Aku bukan wanita yang akan lari terbirit-b***t untuk mengemis minta ampun padany. Kalian mau mengancam keluargaku, aku tidak memilikinya jadi kau tidak bisa memaksaku, Borya.” Gerakan bibir Borya terlihat mengetat saat Julia bicara. Apa dia pikir semua orang mudah dibohongi? “Mereka yang membayarmu hanya tahu kau sebagai Julia, tetapi tuan-ku sudah tahu siapa dirimu bahkan dalam waktu yang sangat singkat Doroteya.” Ucapan Borya begitu jelas di telinga Julia begitu juga di telinga kedua lelaki yang sejak tadi mengawasi Julia. Wajah Julia yang terkena air keras sudah memperlihatkan hasilnya dengan sempurna. Borya harus angkat jempol dengan kekuatan wanita yang terikat di depannya. Bagaimana bisa Julia sekuat itu? Apa yang sudah ditanamkan orang yang membayarnya hingga dia tidak merasakan sakit? Borya tahu kalau kedua anak buah Edgar sudah menyiram wajah Julia dengan air mengalir sebelum dia dibawa ke ruangan ini sehingga luka tersebut tidak terlalu parah tetapi tetap saja, akibat yang timbul tidak bisa diabaikan begitu saja. “Apa peduliku. Aku tidak peduli tuan-mu mengenalku sebagai siapa, bagiku tidak berarti.” Ucap Julia kembali. “Julia…kenapa kau sangat bodoh? Karl atau siapa pun dia sudah mengatakan siapa dirimu. Kau sama sekali tidak berarti. Kau hanya pengalih perhatian saja dan tuanku-pun tidak memiliki keinginan untuk memaksamu. Kau sama sekali tidak berarti, tetapi sangat menyenangkan bila kau dibiarkan dengan luka yang membusuk. Jadi, nikmati semua hasil pekerjaanmu.” Setiap kata yang keluar dari mulut Borya terdengar jelas di telingan Julia. Wajahnya bingung memperlihatkan kalau bukan seperti itu yang ada di dalam pikirannya. “Kau tidak akan memaksaku,” teriak Julia saat Borya melangkah menjauh. “Untuk apa? Kau hanya pesuruh yang tidak bisa diandalkan. Kau hanya pesuruh yang tidak tahu apa-apa. Bagi kami kau hanya nyamuk yang bisa disingkirkan dengan mudah.” “Kalau kau berpikir dirimu cukup penting dengan mengetahui segalanya, kau salah. Kau tidak memiliki apa pun yang bisa kau berikan pada kami.” Setiap kalimat yang diucapkan Borya seperti hinaan dan ejekan yang membuat Julia terdiam. Apakah ucapan Borya adalah caranya membuat dia bicara? Mengapa Borya tidak melakukan dengan kekerasan? Setiap pertanyaan di benak Julia tidak mendapatkan jawaban apabila dia hanya berdiam diri saja sementara Borya sudah kembali melangkah dan siap membuka pintu. “Kalian ikut keluar dan pastikan semua tali yang mengikat tubuhnya tidak kendur. Sebelum kalian keluar, singkirkan kursi tersebut!” perintah Borya pada kedua lelaki yang mengawasi Julia.” Borya sudah menunjukkan siapa dirinya, tinggal keputusan Julia apakah dia akan bicara tanpa Borya melakukan  tindakan atau tidak. “Bajengan. Lepaskan aku dan kita bertarung dengan adil!” teriak Julia saat anak buah Borya menyingkirkan kursi yang menjadi pijakannya. “Untuk apa? Aku tidak sudi bertarung denganmu. Kau wanita yang akan segera merasakan bagaimama kulit di wajahmu membusuk hingga tidak ada seorangpun yang mau membayarmu lagi.” Kekeh Borya. “Apa yang akan aku terima bila aku mengatakan siapa yang sudah membayarku,” tanya Julia sebelum Borya menutup pintu. “Kau akan mendapatkan wajah cantikmu lagi,” jawab Borya tanpa berbalik sebelum pintu dia tutup dengan keras. Sikap tidak peduli Borya membuat Julia terkejut. Dia seolah bermimpi bisa bertemu dengan Borya lelaki yang sebelumnya dia anggap tidak ada. Borya sudah memberinya kejutan yang sangat nyata, lalu apa yang akan dia lakukan? Dan dia harus bicara dengan siapa? Semua pertanyaan Julia terjawab tidak berapa lama kemudian. Pintu yang sudah tertutup sejak Borya pergi kini terbuka kembali, Borya tidak datang sendiri melainkan bersama dengan lelaki yang telah membuatnya menjadi wanita paling siel. Edgar berjalan di depan Borya dan seorang lelaki yang memiliki wajah tidak kalah tampannya dengan Borya. Julia memandang mereka dengan penilaian yang tidak adil. Mengapa orang yang bekerja pada Edgar Pravitel harus memiliki wajah tampan yang menipu? Julia yakin setiap musuh yang menantang Edgar tidak akan mengetahui kalau para lelaki berwajah tampan adalah para pengawalnya dengan kemampuan di atas rata-rata. “Katakan!” Suara dalam dan tegas terdengar menakutkan bagi Julia hingga dia mengangkat wajahnya. Julia mengutuk dirinya yang sudah sangat bodoh. Bukan karena dia mengabaikan peringatan dari Karl tetapi juga karena dia tidak percaya bisa menantang Edgar Pravitel. “Yegor Salovic yang membayarku. Dia menginginkan putramu, Ben.” “Bajengan.  Dan kau pikir aku percaya? Katakan dengan jelas atau kau membusuk di sini!” Seperti menelan batu karang, Julia begitu sulit bernafas. Dia tidak tahu mengapa dirinya tiba-tiba kesulitan bicara. Apa yang sudah dilakukan anak buah Edgar pada saat memberinya minuman? “Aku tidak memaksamu percaya tetapi Feliks mengatakan kalau dia dan Yegor bekerja sama untuk membuat Ben sebagai target mengalahkan-mu.” “Mengalahkan diriku melalui Ben? Dan kau yakin bisa melakukannya?” tanya Edgar tertawa. Mata Julia seakan tidak berkedip. Dalam kehidupan normal mungkin dia tidak akan mendengar suara tawa dari para lelaki di depannya. Mereka yang baru pertama dia temui adalah lelaki dengan reputasi paling berbahaya yang pernah Julia ketahui. Apakah dia bisa keluar dan selamat dari tindakan Edgar? “Mengapa tidak. Aku dan Karl sudah melihat kelemahan dari pertahanan Ben. Dia terlalu percaya diri dengan kemandiriannya. Jadi, jangan salahkan kami kalau Ben adalah target paling terbuka dan juga sasaran empuk.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN