Terima atau tolak

1139 Kata
Emma masih berada di dalam ruang perawatan Mira yang merupakan kakak perempuan Baina. Dia memang menemani Baina tetapi pikirannya berada di dalam kamar yang ada di depan. Dia sibuk berpikir bagaimana bisa om ganteng belum juga sadar dan bila sadar apakah keadaannya akan sama? Dia bukan seorang ahli medis melainkan hanya seorang pelajar SMA dan prestasinya-pun hanya berada di rangking 5 besar sehingga dia yakin kalau dirinya memang tidak mengerti apa-apa yang menyangkut dunia medis. Baina yang baru selesai membantu kakaknya berganti pakaian operasi memperhatikan Emma yang lebih banyak diam daripada biasanya. “Aku lihat kamu sejak tadi lebih banyak diam, sebenarnya kamu mikirin apaan sih, Ma. Heran aku lihat kamu yang kaya begini. Rindu sama orang tua? Kan, kamu bisa menyusul mereka kalau kamu gak betah di tinggal sendiri,” kata Baina saat duduk di depan Emma. Emma tersenyum mendengar ucapan Baina yang menurutnya tidak biasa. Baina memang lebih pendiam darinya tetapi dia bukan gadis remaja yang terbiasa bicara seperti itu. “Aku biasa-biasa aja. Biarkan orang tuaku menikmati liburan mereka sebelum kembali pada kesibukannya. Alhamdulillah mulai pekan depan kegiatan di rumah sudah mulai penuh,” jawab Emma. “Terus kenapa kamu banyak bengong? Hati-hati nanti kesambet,” kata Baina tertawa. Mereka masih sibuk saling goda ketika ponsel Emma yang sejak tadi dia pandangi menerima pesan masuk. Dari nomor yang tidak dikenal. “Aku adalah ayah dari Abyan, lelaki yang kau juluki Om Ganteng. Apa aku bisa meneleponmu?” Pesan sebagai kalimat pembuka sebelum melakukan tindakan menghubungi langsung selalu Emma lakukan apabila dia yakin kalau lawan bicaranya tidak memiliki nomornya. Menghindari di rejeck pada telepon pertama. Dan Emma tersenyum karena ayah dari Om Ganteng itu melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan. “Silahkan, Pak,” balas Emma melalui pesan. Dia tidak tahu harus memanggil apa karena pada anaknya saja dia memanggil Om Ganteng bagaimana dengan orang tuanya? Panggilan yang aman tentu saja dengan sebutan ‘Pak’. Emma menunggu teleponnya berbunyi dari nomor yang barusan kirim pesan tetapi dirinya sempat terkejut karena bukan saat ponselnya berbunyi bukan melalui telepon biasa melainkan hubungan melalui video. Wajah Emma terlihat begitu gugup saat dia melihat pemilik nomor yang saat ini melakukan hubungan pembicaraan melalui video dengannya. Dia belum pernah melihat wajah yang begitu berwibawa dan sangat menarik sehingga tanpa sadar dia menghubungkan dengan wajah Om Ganteng yang memang sangat menarik. “Emma?” suara Sam terdengar menyapa Nuri yang sejak tadi hanya diam dengan mulut sedikit terbuka. “Iya, Pak,” jawab Nuri gugup. Matanya melirik Baina yang memandang ingin tahu. Tapi Emma hanya menggelengkan kepala memberi isyarat kalau dia baik-baik saja. “Kau bersama dengan temanmu?” tanya Sam kembali. “Iya, Pak. Maaf, ada apa ya bapak telepon saya. Apalagi melalui video call seperti ini,” tanya Emma tidak nyaman. “Aku hanya ingin mengenalmu dan melihat wajahmu langsung. Kau sudah menyelamatkan Abyan, putraku satu-satunya pada saat tidak ada identitas yang menyertainya,” jawab Sam. “Oh, saya kira bapak sudah tahu dari polisi karena mereka sudah berhasil mendapatkan informasi dari Karla. Sebenarnya kemarin saya sudah cerita sama polisi kalau Om Ganteng itu adalah temannya Karla. Jadi mereka bisa mencari informasi tersebut melalui dirinya,” kata Emma menjelaskan. “Karla? Bagaimana kau bisa tahu kalau Karla adalah teman Abyan dan bagaimana bisa kau memastikan kalau Karla bisa memberi informasi siapa Abyan?” tanya Sam dengan kening berkerut. Samudera adalah lelaki yang sangat berpengalaman dan sangat pandai menyembunyikan ekspresi maupun emosinya sehingga Emma tidak menyadari ada aura kemarahan yang hanya menunggu waktu untuk meledak ke permukaan. “Maaf, sebelumnya kami bertemu di salah satu restoran dan di sana Karla dan Om Ganteng bertengkar. Saya hanya berpatokan itu saja kalau mereka memiliki hubungan yang special,” jawab Emma. “Pertengkaran yang berakhir dengan Emma yang menerima ciuman dari Om Ganteng,” celetuk Baina dari seberang tempat tidur Mira. Emma tidak tahu apa warna wajahnya saat ini ketika celetukan Baina terdengar oleh Sam. Namun, dia sangat jelas melihat senyum geli di bibir lelaki yang sebelumnya sangat menakutkan baginya. Sam memang sangat ganteng di usianya yang sudah tidak muda lagi, tetapi bagi Emma justru sangat menakutkan. “Apakah kau menolong Abyan karena kau sudah diciumnya dan bermaksud meminta pertanggung jawaban darinya?” tanya Sam yang lebih mirip dengan godaan. “Eh, engga, Pak. Tapi saya memang sangat marah. Om ganteng kecewa sama Karla, tapi kenapa malah melampiaskan kemarahannya sama saya,” gumam Emma tidak terima. “Kalau begitu, bagaimana kalau kau, aku serahkan untuk menjaganya? Aku belum tahu bagaimana kondisi Abyan, tetapi kau adalah orang yang selalu ada pada saat dia mengalami perubahan,” kata Sam mengejutkan. “Saya…saya yang menjaganya? Tapi mana mungkin? Saya bukan suster apalagi dokter jadi tidak mungkin saya bisa memenuhi permintaan Bapak,” ucap Emma lagi. Dia menggelengkan kepalanya tanpa sadar. Sekali lagi dia adalah seorang pelajar dan bukan orang yang bekerja dan mengerti medis, jadi bagaimana dia bisa memenuhi permintaan Sam. “Aku akan memberikan imbalan padamu dengan jumlah yang cukup besar asalkan kau bersedia menjaganya,” desak Sam. Emma bukan gadis mata duitan sehingga tidak pernah terlintas kalau biaya menjadi salah satu pertimbangannya. “Emma, saat ini kami tidak bisa datang dan melihat langsung perkembangan Abyan karena banyaknya orang yang mencoba mencari tahu siapa yang akan kami kunjungi. Saat ini perhatian mereka hanya tertuju pada pasien yang masih berada di ruang ICU tanpa tahu kalau Abyan berada di tempat yang lain. Jadi…sampai saat ini kau yang bisa melihatnya langsung. Aku harap kau tidak keberatan.” “Apakah…maksud saya, apa bapak sudah tahu siapa yang bertanggung jawab dengan musibah yang menimpanya? Dan mengapa mereka menunggu seolah mencari tahu keberadaannya? Bukankah bapak meminta polisi untuk mengatasi mereka karena mengganggu kenyamanan pasien dan keluarganya?” Pertanyaan Emma menjadi bukti kalau gadis itu memberikan perhatian pada Abyan sehingga Sam yakin dengan keputusannya. Semalam begitu menyadari perkembangan Abyan setelah informasi yang diberikan oleh Emma, dokter sudah menjelaskan padanya kalau ada kemungkinan Abyan akan menderita gangguan pada otaknya, tapi dokter belum bisa memastikan separah apa karena Abyan belum sadarkan diri. Sam dan Elza bersama dengan anak dan menantunya sudah sepakat apabila Abyan menderita amnesia atau gangguan pada ingatannya, mereka akan membawanya ke luar negeri, namun semuanya berubah ketika melihat perkembangan yang terjadi pada siang ini. Emma ada di ruang perawatan Abyan dan menjadi orang yang selalu ada saat kesehatan Abyan mengalami perubahan. Sam berpikir kalau Emma akan menjaga Abyan bila keadaan putranya baik-baik saja dan berharap dia kembali normal bersama dengan Emma. “Kau tidak perlu khawatir. Kami sudah melakukan penyelidikan siapa yang sudah nekad membuat Abyan celaka. Seperti yang aku katakan tadi, kau bersedia membantunya, kan?” Emma tidak tahu mengapa lelaki yang memiliki wajah sangat menarik dan mengaku sebagai ayahnya om ganteng mendesaknya agar menerima permintaannya. Dan Emma memang tidak memiliki pilihan lagi selain setuju. Emma adalah penolong pertama jadi, mengapa dia juta tidak menjadi penolong pada tahap akhirnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN