Adorable 1
Suara alarm dari ponsel begitu nyaring terdengar, seolah membuat gendang telinga pecah. Bayangkan saja, wanita ini malah dengan sengaja menaruh ponselnya tepat di samping telinganya, meskipun ia tahu jika ini sangat berbahaya.
Dara Maisy, wanita dengan rambut berantakan dan wajah yang terlihat amat kusut itu kini bangkit dari ranjangnya sambil terus menggaruk-garuk kepala.
"Oh astaga!! Gara-gara drama Korea itu bikin aku begadang sampai jam empat pagi, uh ... ini menyebalkan!!" gerutu Dara seraya mengambil handuk dari balik pintu kamar. Ia berjalan terhuyung-huyung menuju kamar mandi.
"Drama lagi yang membuat kamu seperti zombie?" suara sang mama seolah menjadi penyambutan akan hari senin cerahnya ini.
Tanpa menjawab pertanyaan sang mama yang sudah dipastikan tepat 100 persen Dara bergegas untuk mandi, sedangkan mama masih berkutat menyusun sarapan.
Jam sudah menunjukan pukul 07.15 kini Dara tengah duduk manis bersama Mama, serta Alvin adiknya yang masih duduk di bangku SMA.
"Besok Mama sama Alvin pulang, kasian Papa kamu kalo ditinggal lama-lama sendirian" ucap Mama buka suara disela-sela sarapannya.
"Yah, kok kita udah pulang lagi Ma? Alvin masih betah di sini" timpal Alvin seperti anak kecil, sungguh tidak pantas dilakukan oleh anak laki-laki seusianya yang sudah tumbuh jambang.
Dara tersenyum, ia mencolek dagu adik laki-lakinya ini. "Uh, adikku tersayang betah ya di rumah Kakak? Emh ... sudah berapa banyak uang yang Kakakmu ini keluarkan demi menyewa PS4 itu Hah?" nada bicara Dara kini ditinggikan.
Alvin mengerucutkan bibirnya, "Sekali-kali Kak, elah ... sensi amat nih jomblo" cibir Alvin kembali memasukan sesendok penuh Nasi Goreng kedalam mulutnya.
"Wah ... berani sekali kamu" ujar Dara kesal, ia mendekati Alvin lalu menjewer kupingnya, membuat suara erangan Alvin.
"Ya ampun!! Kalian berdua ini, cepat selesaikan sarapannya! Dara berangkat kerja buruan, nanti kamu terlambat ... Alvin bantu Mama rapikan meja makan" perintah Mama yang segera dipatuhi kedua anak manja ini.
***
Seperti biasa Dara berjalan menuju halte bis yang letaknya tak jauh dari posisi komplek perumahan nya. Dengan mengenakan kemeja berwarna pastel, celana hitam dan scraf bermotif bunga-bunga kecil mempercantik tampilannya saat ini.
Sesampainya di halte, Dara melihat kembali jam yang melingkar di tangannya. "Emh ... tiga puluh menit cukup untuk sampai di kantor" gumamnya pelan. Ia berdiri bersama orang-orang yang menunggu datangnya bis Damri.
Sepuluh menit berlalu, hingga akhirnya bis yang ia tunggu akhirnya tiba. Dengan kekuatan penuh ia mengejar bis dan berusaha masuk ke dalamnya. Berhasil, Dara akan selalu puas dengan kecepatannya menaiki dan menyalip penumpang lainnya.
Bis yang mulai penuh sesak ini mulai berjalan melewati sesaknya Ibu Kota Jawa Barat ini. Namun kini perasaan Dara jadi tidak enak, karena jam sudah menunjukan 07.50 dimana sepuluh menit lagi jam masuk kantor akan tiba.
Bis berhenti, Dara berlari dengan sekuat tenaga menuju kantornya. Disambut sapaan hangat satpam di depan gerbang membuat Dara semakin bersemangat untuk berlari hingga akhirnya,
"Terima kasih"
Suara mesin finger print itu membuat Dara lega, pasalnya ia tidak terlambat karena jika terlambat semenit saja bisa kehilangan uang makan, tentu Dara tidak menginginkan hal ini terjadi.
"Pagi Bu Dara" sapa Rara, resepsionis kantor PT. Lintang dimana Dara bekerja. "Sempurna Bu Dara jam delapan nol nol" ucap Rara mengacungkan kedua ibu jarinya.
Dara mendelik kesal, pasalnya ia selalu saja dalam posisi seperti ini di hari Senin dan Dara selalu menyalahkan Drama Korea yang ditontonnya semalam suntuk.
"Saya langsung ke ruangan ya" pamit Dara berjalan sempoyongan menuju lift. "Huftt ... ini namanya olahraga gratis" gumamnya pelan.
"Pagi Bu Dara!!" sapa para karyawan di lantai tiga menyambut kedatangan sang senior admistrasi.
"Shutt ... shuttt ... kembali bekerja!! Rasanya kaki mau copot ini" ucap Dara lalu menuju meja kerjanya.
"Bu Dara, hari ini ada karyawan baru untuk penempatan di Jogjakarta. Seperti biasa, Bu Dara yang training ya ..." Firly mengedipkan sebelah matanya sambil menyimpan dokumen di atas meja kerja Dara.
"Iya ... laporan penjualan biskuit sudah kamu kerjakan?" tanya Dara pada Firly seraya menyalakan komputernya.
Firly tersenyum, "Siap 86 Bu" jawabnya.
"Siang ini belum beres, nih!!" ancam Dara mengepalkan tangan kanannya.
"Uhh ... serem ..." goda para karyawan sambil tertawa.
***
Dara sudah bekerja selama tiga tahun di PT. Lintang yang merupakan perusahan makanan yang cukup terkenal dan penyebarannya sudah merata di Indonesia. Ia cukup pintar untuk menghandle semua pekerjaannya.
Maka tidak perlu diragukan lagi jika karyawan yang diajarkan Dara dipastikan akan mampu melewati hari-hari sulitnya ketika melihat angka dan rumus pada layar komputer.
"Nah, iya ini kamu sorot sambil tekan Ctl ... pinter, iya seperti itu" ujar Dara mengajari karyawan baru untuk penempatan di Jogjakarta.
"Kerja mulu, udah jam dua belas ... ayo makan, tuh anak orang jangan dibikin panas dingin gitu" cibir Tasya mencolek pundak Dara.
Dara melihat jam tangannya, "Wah, gak kerasa udah jam dua belas lagi? Kamu istirahat dulu ... nanti kita lanjutkan" perintah Dara.
Dara dan Tasya berbeda divisi, namun mereka begitu dekat karena bekerja di tahun yang sama di kantor ini.
"Kamu tahu? Katanya Ernes mau resign ya?" tanya Tasya pada Dara saat mereka berjalan beriringan menuju kantin.
"Oh ya? Aku belum denger soal itu ... yah, nasib aku lagi dong buat training administrasi keuangan baru" keluh Dara menghela napas panjang.
"Hahahha ... nikmatin aja, siapa suruh kerja lama banget disini" goda Tasya begitu puas. "Eh siapa tau nanti pegawai barunya ganteng? Bisa kamu pepet ..."
Dara mendecakkan bibirnya, "Berdoalah setiap hari jika ingin itu terjadi" timpal Dara kemudian berjalan mendahului Tasya.
***
Bersambung ...