BAB - LIMA BELAS

1316 Kata
Wanita bertubuh kekar dan tinggi itupun menghampiri Sora lalu membalikkan tubuhnya dengan kasar. Sebuah pukulan nyaris mendarat namun berhasil terhentikan setelah mendengar teriakan lantang berasal dari kerumunan. Dibalik tubuh penonton lain, muncul dua orang pria berbadan lebih kekar dan tinggi. Yian dan Yoona tak berhenti menggelengkan kepala panik sekaligus terkejut melihat begitu banyak orang yang sangat berbahaya disini. "Kau! bocah di pasar ikan!" Kedua pria itu menunjuk Sora yang mengerjap-kerjapkan matanya bingung. Sora terlihat tenang saja berdiri berhadapan dengan mereka. "Urusan kita belum selesai. Kau tahu!" lanjutnya mengancam. "Kau mengenalnya?" tanya Yian dan Yoona bersamaan. Sora menoleh dengan raut wajah yang mengerut karena menyadari suasana semakin memburuk. "Yeh..mereka pengawal rentenir yang pernah kuhajar beberapa waktu lalu.” Semuanya berseru, membuat kedua pria besar semakin menggeram lalu dengan cepat menghampiri Sora. Para penonton lain berbalik penasaran dengannya. Tanpa pikir panjang, Sora dan yang lainnya memilih kabur sebelum diserbu. Mereka berlari menerjang kerumunan orang yang ingin masuk ke beberapa kamar. Kedua pria besar tergopoh-gopoh mengejar diikuti beberapa pengikutnya. Lorong yang begitu sempit membuat mereka sedikit kesulitan untuk keluar. Shelly dan Pate berada tepat di ujung pintu masuk. Sora sempat berteriak untuk menghalau mereka. Namun Shelly terlalu acuh sehingga ia memilih untuk menghalangi dengan bermaksud menjeggal kaki Sora agar tertangkap. Mengetahui hal itu Sora menendang kaki Shelly hingga membuatnya nyaris Split dengan menggunakan rok ketat dan pendeknya itu. Tak terima, Shelly menahan kaki kiri Sora kemudian memutar pergelangan lututnya. Refleks, Sora mengangkat kakinya tinggi , memutarkan badan sekaligus mengarahkan lutut kanannya menuju kepala Shelly. Genggaman Shelly langsung terlepas. Ia memilih melindungi wajahnya. Sora menahan tendangan dengan duduk bersimpuh di lantai. Belum sempat Sora mengatur napas, dari belakang Pate mengarahkan kakinya yang besar menuju punggung. Dengan cepat Yian menahan Pate menggunakan teknik dasar taekwondo Ap Chagi-nya dengan mendorong Pate hingga ke sisi tembok kanan. Shelly melepas perlindungan wajahnya dan berhadap-hadapan langsung dengan Sora . Wajahnya memucat bersamaan dengan bibir merahnya yang tak sadar telah membulat melihat seseorang yang ia kenali berada tepat di hadapannya. Sora tak ada waktu untuk melanjutkan perkelahian antar wanita ini. Ia bangkit kemudian langsung menarik Yian dan Yoona agar cepat pergi dari gedung tersebut. Shelly menyusul kemudian sambil berteriak histeris karena beberapa pria yang berasal dari kamar arena berbondong-bondong ingin keluar gedung untuk mengejar mereka. Teriakkannya membuat semuanya berhenti dan terdiam. "Kau melihatnya Pate? itu Jean!" hebohnya dan nyaris terdengar seperti putus asa. Pate mengangguk dan dia langsung bertindak cepat untuk menyusul menggunakan mobil Chevrolet hitam yang terparkir di depan gang. Tapi Sora dan yang lainnya telah berhasil selamat setelah mereka menaiki bus yang melintas. Yian terduduk lemas begitu juga dengan Yoona yang masih memukul-mukulkan pipinya seolah meyakinkan diri bahwa ini bukan mimpi. Sora langsung menatapnya menuduh hingga membuat Yoona bergidik melihat tatapan menyeramkan itu lagi. "A...apa? kenapa lagi?" ucapnya terbata-bata. Yian mendengus sambil memperhatikan kedua wanita di depannya. Sora hanya menggelengkan kepala sekali kemudian duduk sambil memejamkan mata. Yoona mencibir pelan kemudian menoleh ke arah jalanan malam kota Seoul. Waktu begitu cepat berlalu, mereka semua duduk terlelap menikmati perjalanan mereka menuju rumah. *** 2 tahun yang lalu Lantai kayu berderit menahan laju kaki seseorang yang tergesa-gesa menuju kamar besar berdindingkan kertas berornamen oriental khas jepang itu. Pintu kayu bergeser dan menampakkan penghuninya. Terlihat seorang Geisha dengan ahli memainkan kecapi menghibur pelaanggan yang terduduk lesu di hadapannya. Pria tua berpenampilan pelayan itu masuk sambil membawa sebuah ponsel. Ia duduk berlutut ke hadapan tuannya sambil memasang wajah khawatir yang entah karena alasan apa. Musik berhenti atas perintahnya. Pria berumur 60-an itu menegapkan tubuhnya mengamati setiap inci tulisan yang berada di ponsel tersebut. Raut wajah lesunya kini berwarna, bercampur dengan kegelisahan setelah memahami isinya. - Aku masih hidup. Tolong selamatkan aku - "Kau yakin ini darinya?" Suaranya tercekat. Mulai terharu dengan berita yang selama ini dia tunggu. Pelayan tua itu mengangguk sekali sambil tetap menunduk patuh. Pria tua Jepang itu langsung berdiri, memberi kode pada Geisha untuk membantunya mengenakan jas yang sempat ia tanggalkan. "Obe-san! cepat panggil semua orang." "Baik tuan." flashback end *** Kris membuka pintu dengan sangat perlahan. Ia mengamati sejenak isi ruangan sekaligus penghuninya yang tampak sunyi senyap. Shelly duduk di depan laptop sambil menggigiti kuku terawatnya. Pemandangan yang tidak biasa, pasalnya Shelly duduk seperti seorang pekerja kantoran. Kris mendekat sambil mendesis. "Kau sudah datang? lihat ini!" Perintahnya yang langsung bergeser membiarkan Kris ikut menikmati sajian dalam layar laptop di hadapannya. "Itu Jean! Dia datang ke sini." Kris menelan ludah melihat sebuah rekaman CCTV yang mempertontonkan aksi Shelly menghadang Jean di pintu masuk. Ekspresi Kris sudah sangat jelas, bahwa itu benar adalah Jean. "Apa Black tahu tentang ini?" Shelly menggeleng sesekali menyapukan dahinya, "Belum. Kalau dia tau Jean terlepas dari tanganku, apa aku masih bisa hidup sampai sekarang?" Entah kenapa Kris merasa lega mendengarnya. Kris kembali menatap layar sambil menyipitkan matanya tertarik akan sesuatu yang lain. Pate menyadarinya, "Kau melihat sesuatu?" Meski sedikit terkejut , Kris langsung menggeleng cepat, "Tidak. Tidak ada." Pate mempercayainya begitu saja sambil mengangguk-anggukan kepalanya sambil melirik Shelly yang tampak frustasi dengan kejadian ini. *** Kris berdiri pada sudut pohon yang menutupinya dari gerbang sekolah. Beberapa murid mulai memeluk tubuh mereka sambil berlari berjinjit masuk ke dalam gedung karena udara yang semakin dingin. Demi mendapatkan informasi, Kris rela datang lebih awal untuk menangkap seseorang yang ia lihat di CCTV. Yah, Han Yi An. Dia bersama Jean kemarin, pikirnya. Puas menunggu, akhirnya Kris melihat Yian yang tengah berjalan sendirian menuju sekolah. Dengan sigap, Kris menghadangnya dengan sesekali menghembuskan napas lega. Terlihat asap dari napasnya tersembul ke udara, menandakan dinginnya hari ini. Yian memiringkan kepalanya bingung karena rivalnya tiba-tiba menghadang langkahnya. "Masih pagi, ada perlu apa mencariku?" Semua murid yang mengetahui hubungan buruk keduanya mulai berbisik-bisik. Tapi tidak berlangsung lama setelah Kris melirik mereka melalui ekor matanya, "Bisa aku bicara berdua denganmu ditempat lain?" Yian tertawa mengejek, "Aku tidak biasa membolos. Jam pertamaku —" "Kenapa kau bisa berada di King of s*x kemarin?" potongnya. Yian membulatkan matanya, balas menantang tatapan serius dari Kris di depannya. "Lapangan basket," pintanya kemudian. Kris menurut dan keduanya berjalan menuju lapangan basket. Sora baru saja sampai. Sambil berhati-hati, Sora memperhatikan sekitar terlebih dahulu. Setelah dirasa aman karena tidak ada Yoona , ia pun berlari kecil untuk segera melaju ke kelasnya. Di tengah jalan Sora mendapat hadangan dari Do Hyun. Sedikit menghela napas, Sora membungkuk untuk memberi salam kemudian membalikkan badannya dengan malas. Do Hyun mengangkat hoddie Sora menariknya agar tidak kabur, tapi dengan cepat Sora berputar kembali ke hadapan kemudian mundur selangkah hingga membuat tangan Do Hyun tertarik yang akhirnya melepaskan hoddie jaket Sora begitu saja. "Kaauu!" geramnya. Sora berlari cepat sebelum mendengar gerutu Do Hyun yang gagal menangkapnya. Aksi kejar-kejaran pun terjadi hingga ke dalam gedung. "Bagaimana kau tahu aku ada di sana?" Yian akhirnya buka suara karena penasaran. Kris mempersingkat waktu dengan menanyakan pertanyaan inti. "Di CCTV. Kau bersama seseorang kan?" Keduanya bertatapan sengit mencoba sedikit mungkin untuk bertanya dan menjawab. Suara teriakan Do Hyun memecah keheningan keduanya. Hingga mereka berdua mencari sumber suara yang berasal dari lantai dua. "Yah, memangnya kenapa?" Yian kembali melanjutkan. Belum sempat Kris menjawab seseorang terjun tepat diantara mereka berdua. Do Hyun berteriak histeris melihat apa yang dilakukan Sora. Melompat dari lantai 2 dengan mudahnya, apa itu terlihat normal? "Hei!! Apa kau mau mati huh?" teriak Do Hyun dari atas. Melihat ketuanya berdiri tepat di bawah , ia membungkam mulutnya dan memilih berbalik. Yian mendelik melihat aksi nekat yang dilakukan Sora lagi, yang di jawab dengan cengiran tanpa dosa dari bibir manisnya. Melihat gadis di hadapannya melompat dari ketinggian ditambah dengan wajah yang tidak asing baginya, membuat Kris membatu. Di terkamnya kedua lengan Sora dengan keras sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya. Yi An menghampiri bermaksud melepaskan cengkramannya , tapi itu membuat Kris semakin menatap Sora lekat-lekat hingga nyaris membuat matanya berkaca-kaca. "Jean!! Ini kau kan?" histerisnya. Sora menatap Kris bingung, sesekali melirik Yian di sampingnya yang seolah bersiaga untuk melindunginya itu. Sora memiringkan kepalanya mengamati Kris dari dekat, "Kau ini siapa?" Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN