Matahari mulai terbangun dari peraduannya, memancarkan sinarnya yang menghapus titik-titik embun di dedaunan, menghangatkan tubuh dari udara dingin, dan membakar semangat baru di hari yang baru. Dunia terlihat cerah dan tampak bersemangat pagi ini. Sama dengan hati Anjar dan Cantika yang telah terpuaskan hasratnya dan terbayarkan hutang gairahnya. Senyum keduanya menghiasi rumah megah berwarna putih dengan motif Emas yang terus memancarkan cahaya gemerlap. Sebenarnya ada sesuatu yang hendak disampaikan oleh mama saat sarapan pagi ini. Namun, senyum dan tawa Anjar serta Cantika, berhasil mengalah keinginan tersebut. "Anjar." "Iya, Ma?" "Apa kamu pulang telat hari ini?" "Enggak sih, Ma. Rencananya malah pulang sore karena Anjar kan masih punya surat izin istirahat sampai minggu besok."