Percaya

921 Kata

Aku menatap wajah Anjar yang sudah muncul keringat dingin dengan napas yang sesak. Aku tau, saat ini Anjar bisa merasakan sakit seperti yang aku rasakan, bisa merasakan luka seperti yang aku rasakan dan bisa merasakan perih seperti yang aku rasakan. Dengan langkah lambat ia berjalan ke arah ku. Baru kali ini aku melihat wajah Anjar tampak sangat cemas. Aku tahu apa yang ia takut kan. Ia takut aku marah dan sakit hati padanya serta membencinya. Tapi itu semua tidak akan aku lakukan karena saat Anjar berjalan ke arahku, tanpa sengaja aku melihat Maya menarik bibir kirinya seolah sangat senang dengan apa yang terjadi. Tidak, ini pasti hanya permainan Maya. Jika Anjar memang menginginkannya, ia pasti sudah melakukannya sejak dulu. Tapi selama ini, mata dan arah pandangannya hanya tertuju

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN