13. Dunia Lain

648 Kata
Berbeda dengan kedua kelompok lainnya. Jika kelompok Pak David sama sekali tidak melihat Shevia dan Nata, kelompok Pak Renal dikecoh sana-sini dengan suara minta tolong seperti suara Shevia dan Nata. Berbeda pula dengan kelompok Pak Dani yang sedari tadi jalannya hanya berputar-putar dan tak sampai-sampai. "Sudah keempat kalinya kita ketemu sama sumur tua ini. Harusnya kalau kita lanjut jalan ke sana itu kita bakalan tembus ke lorong. Tapi kenapa ini malah mutar-mutar di sini terus!" gedek Wekas, semua orang juga tidak tahu kenapa mereka malah berputar-putar tak jelas. "Kita pasti dibuat bingung oleh mereka, kita harus bisa lawan mereka." Agnee sudah mulai ketakutan. "Caranya bagaimana, Ag? Tahu sendiri kan kalau di sini ilalang semua." "Hasduk, kalian bisa gunakan itu." Pak Dani akhirnya menemukan ide. "Hasduk?" "Iya, setiap lima puluh langkah nanti kita tancapkan ranting yang dikasih hasduk ke tanah." "Ide yang bagus, Pak. Dengan begitu kalau kita berputar lagi, kita ganti jalur. Bagaimana?" sambung Tian. "Iya, itu bisa dipakai juga. Sekarang kita jalan terus." Wekas kembali memimpin. Pak Dani sebagai pembimbing berdiri di paling belakang untuk berjaga-jaga. Sudah lima puluh langkah mereka berjalan, Wekas melepas hasduknya dan menalikannya di sebuah ranting seperti bendera kemudian menancapkan ke tanah. "Nata! Shevia!" "Kalian di mana?!" "Kita mencari kalian berdua!" "Kalian jangan macam-macam ya!" dalam situasi genting seperti ini, Arif masih bisa saja bercanda. "Shevia!" "Nata!" *** Nata terus berlari sambil menggenggam erat tangan Shevia supaya tidak terlepas. Shevia sudah tidak berani melihat ke arah mereka sama sekali. Saat tadi Shevia menjerit, mereka memperlihatkan wujud asli mereka. Adit menjadi hantu tanpa kepala, Dama menjadi genderuwo, Lify menjadi sundel bolong dan Tiara menjadi kuntilanak yang menjulurkan lidahnya keluar disertai darah. Bahkan makanan yang tadi dimakan Shevia dan Nata itu pun berubah menjadi potongan jari manusia, bola mata, otak, jantung, jari kaki, telinga dan hati. Itulah wujud asli dari mereka. Perut Shevia mual sendiri mengingat tadi dirinya sangat lahap memakan makanan yang dia kira jajan pasar. Ternyata yang dia makan tadi adalah bagian dari organ manusia. "Kalian tidak bisa lari." Sekarang yang mengejar bukan hanya keempat sosok tadi. Tapi banyak, ada pocong, wewe gombel, hantu anak-anak, dan berbagai macam kuntilanak yang aneh-aneh bentuknya. "Nat, gue takut." Shevia sudah menangis. "Syut... Kita bisa keluar dari sini, She." Nata terus berusaha mencari cara untuk keluar. "Nata!" "Shevia!" "Kita mencari kalian!" "Kalian di mana?!" Suara itu terus saja menggema di sana-sini. Nata yakin, itu adalah teman-temannya yang mencarinya.  "Hahaha... Kalian tidak akan bisa lepas!" ujar salah satu kuntilanak yang berbaju merah, dia suka terbang ke sana ke sini menakuti yang melintas. "Kita harus terus berlari, She. Gue yakin mereka mencari kita." Shevia menguatkan tubuhnya supaya tidak lemah. Jika dia pingsan, kasihan Nata yang melawan makhluk itu sendirian sambil menggendong dirinya. "Nata!" jerit Shevia ketika kakinya terseret oleh hantu tanpa kepala tadi. Hantu itu menarik menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya membawa potongan kepalanya. "She!" Nata sekuat tenaga menarik Shevia. Tenaga hantu tanpa kepala itu sangat besar. "Nat, tolong gue!" Shevia antara takut dan jijik. Tangan hantu tanpa kepala itu penuh dengan darah. "Lepaskan!" Nata berusaha menarik Shevia sekali hentak. Tapi Nata kembali berpikir, nanti Shevia yang akan kesakitan sendiri. "Nat hiks... Hiks..." Shevia menangis karena saking takutnya. "She, lo harus kuat. Gue bakal menyelamatkan lo. Ahk...!" Nata kaget karena dirinya ganti ditarik oleh genderuwo yang sangat besar. Shevia tiba-tiba pingsan tak sadarkan diri. Nata semakin panik, tenaga genderuwo yang memeganginya juga sangat kuat. "Shevia...!" *** Akhirnya kelompok Pak Dani bisa melewati kebun dan sumur tua itu. Meski mereka harus mengalami tujuh kali berputar di jalur yang sama. Sekarang mereka sudah bertemu dengan kelompok Pak David yang masih ada di lorong. Mereka mencari sampai gedung lama, tapi kelompok Pak Renal belum juga kelihatan. "Bagaimana kalau kita susul saja mereka ke sana, Pak?" usul Pak Dani. "Tapi Nata dan Shevia belum ketemu, Pak." "Kita cari lagi bareng-bareng nanti." "Ya sudah, kita ke sana mencari tim Pak Renal dulu." kedua kelompok yang sekarang menjadi satu kelompok itu kini berjalan menuju gudang untuk mencari kelompok Pak Renal. Samar-samar mereka mendengar suara Dama dan yang lainnya menyerukan nama Shevia dan Nata. Mereka ada di dekat gudang, semua orang langsung menyusul ke sana. "Pak Renal!" seru Pak David ketika melihat rekan kerjanya. *** Next...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN