17. Prang!

1224 Kata
Di salah satu kafe terlihat sangat ramai. Mungkin karena weekend dan cuaca cerah, tidak mendung seperti biasanya. Banyak remaja keluyuran di luar rumah sekedar hangout dengan teman satu sekolahnya untuk membicarakan kecengan atau sekedar minum minuman Thailand kemudian dijadikan story di akun media sosial mereka. Tak beda jauh dengan siswa-siswi sekolah Angkasa yang kemarin baru saja melaksanakan jurit malam di sekolah tapi gagal karena insiden tak diinginkan terjadi. Mereka ada Adit, Lify, Wekas, Agnee, Nata, Shevia, Dama, Tiara dan Angel. Mereka sengaja janjian di sebuah kafe untuk mengobrol-ngobrol belaka. "Tidak menyangka gue, kalau semua itu akan terjadi." Wekas mendesah. Mereka juga tak percaya kalau hal mistis seperti kemarin terjadi dengan nyata. Apalagi saat Shevia dan Nata terjebak di dunia lain, mereka benar-benar hampir tak percaya tapi itu semua nyata. Bukan rekayasa atau setingan supaya dilihat sebagai senior yang baik oleh juniornya. "Gue lebih tidak menyangka karena gue bisa masuk ke dimensi lain." Shevia masih memikirkan tentang kejadian waktu itu. "Tapi gue salut sama Nata loh She, dia ngotot buat menyelamatkan lo dari makhluk halus itu." Agnee melirik Nata yang asik bermain rubrik sedari tadi. Nata sama sekali tak berminat ikut nimbrung dalam pembicaraan mereka. Biarkan mereka berbicara sesukanya. "Sok-sokan saja itu tidak peduli, padahal peduli banget sama She." cibir Lify. "Beruntung banget sih lo, She dapat cowok sebaik Nata. Perhatian dan sayang banget sama lo." goda Tiara. "Iya dong, gue bangga punya dia." Shevia menggamit lengan Nata dan bersandar ke bahu kekasihnya itu yang tak berpindah menatap rubriknya. "Gue jadi envy." Angel menopang dagunya menatap Nata dan Shevia. "Makanya punya pacar hu..." Adit melempari Angel dengan kentang goreng hidangan mereka. "Ish... Rese banget sih lo." Angel membalikkan kentang lemparan Adit tadi ke pelemparnya. "Mana ada yang mau sama cewek modelan Angel? Gaya kayak cabe-cabean loakan begitu." cibir Dama. Mereka semua tertawa mendengar perkataan Dama barusan. Kecuali Nata dan Angel, sudah jelas kalau Nata susah tertawa. Sedangkan Angel mencebikkan bibirnya mendengar penghinaan Dama padanya. "Ish... Awas ya kalo entar lo jadi suka sama gue, tidak bakal gue terima lo jadi cowok gue." dengus Angel yang meluapkan kekesalannya dengan makan kentang goreng. Lagi-lagi mereka tertawa, tapi kali ini karena tingkah Angel yang lucu. Kadang kala mereka beruntung karena ada Angel sebagai teman mereka. Gadis itu yang paling modis dan nyentrik tapi dia juga yang selalu jadi bahan bullying anak-anak OSIS. Meski pun Angel anak manja, suka mem-bully orang, suka seenaknya dan seperti bad girl. Tapi dia tak pernah menganggap teman satu angkatannya musuh meski mereka suka mem-bully dirinya. Kecuali kalau ada yang sengaja mencari gara-gara dengannya. "Tenang Ngel, Dama tidak bakal nyembah-nyembah lo. Karena Dama tidak mungkin jatuh cinta sama lo, kan sudah ada gue cinta sejatinya." ledek Tiara sambil menjulurkan lidahnya mengarah ke Angel. Semuanya kembali tertawa, benar-benar Angel membawa bahagia. "Ish... Iya gue lupa kalo Dama punya lo. Sorry, khilaf bentar." lagi-lagi Angel mencebikkan bibirnya. "Eh tapi Lif, beneran kemarin lo kesurupan?" Shevia menatap Lify serius. "Kata mereka sih iya gue kesurupan. Tapi gue tidak sadar dan tidak ingat apa-apa." Makanan pesanan mereka datang lagi. Mereka lebih suka seperti ini, memesan beberapa makanan untuk dimakan bersama kemudian pesan lagi jika sudah habis. Kali ini yang datang adalah pizza ukuran jumbo. "Dayang-dayang lo mana, Ngel? Kok tidak datang-datang?" Wekas menatap Angel yang asik memainkan kukunya. "Iya nih, tidak tahu gue mereka di mana. Sudah gue teleponin dari tadi katanya di jalan tapi tidak sampai-sampai." Angel lebih memilih meminum es pesanannya tadi. "Lupa kali mereka punya janji sama lo, secara kan mereka lemot." Angel memutar bola matanya malas, merasa garing dengan candaan Wekas. Agnee memilih memakan pizza yang tersedia dari tadi. Baru Shevia yang makan sambil menyuapi Nata. So sweet sekali pasangan itu. "Eh... Tapi kalian penasaran tidak sih sama sosok Melati?" Tiara menatap semua teman-temannya serius. Tiara ingat dengan sosok Melati yang merasuki Inggrit waktu itu sampai berulang kali. "Penasaran bagaimana maksud lo, Ra?" Agnee, orang pertama yang tertarik dalam pembicaraan yang dibuka Tiara. "Ya kan secara acara itu bubar karena Melati mengancam kita bakal bikin kesurupan massal kalau kita tidak menuruti apa perintah dia." Tiara menatap semua teman-temannya. Wajah mereka berubah tegang, kecuali Nata. "Tapi benar juga apa kata Tiara, karena dia kan acara jadi gagal." Adit membenarkan perkataan Tiara. Kenapa dirinya baru terpikirkan sekarang. "Gue jadi penasaran siapa Melati itu dan apa hubungannya dia sama lorong penghubung gedung baru ke gedung lama." Lify mengangguk-anggukkan kepalanya. Tiba-tiba Lify begitu penasaran dengan sosok Melati yang waktu itu masuk ke tubuh Inggrit berulang kali. "Kita cari tahu bareng-bareng." Adit pun ikut penasaran. "Ya, kita harus tahu apa hubungan Melati sama lorong itu." "Gue yakin banget kalau Melati memang ada sebelum sekolah itu jadi." Dama memandang semua sahabatnya. "Kenapa lo bisa seyakin itu, Dam?" Wekas dan Dama saling bertatapan. "Mungkin saja Kas, gue juga tidak tahu sebenarnya kayak bagaimana." Dama mengedikkan bahunya. "Pokoknya kita harus selidiki ini lebih lanjut." Agnee berubah menjadi bersemangat. "Tapi apa Melati ada di sini ya dengar apa yang kita omongkan?" Angel menatap teman-temannya satu persatu. Prang! "Hua..." teriak mereka bebarengan minus Nata. Semuanya mengusap d**a mereka kaget dengan apa yang mereka dengar. "Maaf Mbak, Mas, karena keteledoran saya sudah membuat kalian kaget." seorang waiters meminta maaf pada meja yang ditempati bocah-bocah tadi. "Aish... Mbak ini sudah bikin saya jantungan tahu enggak!" Angel benar-benar kaget. "Iya Mbak, maafkan saya." terlihat jelas wajah waiters tadi ketakutan karena sudah melakukan kesalahan. "Ya sudah sana ke belakang." usir Angel karena masih kesal. "Gue kaget bangkai, gue kira itu ulah Melati." Adit mengusap-usap dadanya yang hampir copot. "Jangan gegabah buat mencari tahu siapa Melati." Semuanya memandang Nata, mereka tak percaya kalau Nata baru saja membuka suara. Pangeran es mengeluarkan suara emasnya. Berarti benar, meski pun Nata acuh dan cuek itu bukan berarti Nata tidak mendengarkan. Nyatanya Nata menyahut tentang apa yang sedang mereka obrolkan. *** Semua yang tadi kumpul makan-makan di kafe memutuskan untuk pulang. Kecuali Adit dan Lify, mereka berdua memilih menghabiskan waktu weekend dengan menonton dan jalan-jalan berdua. Setidaknya Adit butuh refreshing sejenak sebelum besok mendapat kata-kata mutiara dari kepala sekolah karena gagalnya acara jurit malam kemarin. "Lo jahat banget sih sama gue. Sudah tahu kemarin kita mengalami hal mistis, barusan malah nonton beli tiketnya horror." dengus Lify, dia tadi sempat marah pada Adit karena lelaki itu membohonginya. Tadi Lify mau ikut beli tiket dan mau memilih sendiri film apa yang mau dia tonton. Tapi Adit malah membeli sendiri dengan alibi menyuruh Lify membelikan minuman untuknya karena haus melanda. Tidak lucu sekali alasan Adit. "Hahaha... Ya maaf deh, gue sengaja mengajak lo nonton horror. Kan lumayan dapat pelukan bolak-balik." cengir Adit. Lify memukul-mukul lengan Adit, gemas dan kesal pada kekasihnya itu. Tapi Lify tidak terlalu kesal lagi karena Adit sudah merayunya dengan gulali warna pink. "Mau ke mana lagi?" tawar Adit. "Iya deh yang uang bulanannya baru saja ditransfer, berani mengajak main ke mana saja." cibir Lify. Dia selalu ingat tanggal berapa orang tua Adit mentransfer uang bulanan untuk Adit. "Hehehe... Yang aku pakai itu uang sisa bulan kemarin kok Lif, bukan uang bulan ini." Adit mengusap-usap ubun-ubun Lify. Selalu seperti ini, jantung Lify berdetak tak karuan setiap kali Adit mengusap-usap ubun-ubunnya bagai anak kecil. Sampai sejauh ini, tidak ada yang berubah dari mereka selain usia yang semakin bertambah. Harapan gadis itu, semoga selalu seperti ini sampai nanti. “Iya deh percaya, yang rajin nabung...” kekeh gadis itu membuat Adit ikut terkekeh. *** Next...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN