Nathan dan Rachel sedang menikmati secangkir capucino dingin di sebuah caffe didalam mall.
Sambil terus mengawasi Key yang tengah asyik bermain.
Awalnya agak canggung. Tapi dengan sedikit gugup, akhirnya Rachel memulai pembicaraan.
"Jadi, apa maksudmu menemuiku? Melihat bagaimana kejadian tadi, aku jadi berfikir bahwa pertemuan tempo hari juga bukan lah suatu kebetulan." tanya Rachel panjang lebar.
"Aku memang tidak mengenalmu saat ini, tapi mungkin dulu aku mengenalmu." jawab Nathan sambil menyesap sedikit minumannya. Hanya sekedar membasahi kerongkongan. Karna jujur saja, dia juga sangat gugup saat ini. Ia tak habis pikir, saat ini bisa ada disini bersama wanita yang tak ia kenal.
"Apa maksudmu? Katakan langsung dengan jelas, jangan membuatku menerka-nerka kemana arah pembicaraanmu itu." Rachel masih saja berbicara dengan nada ketus.
"Aku tidak tau secara pasti. Tapi aku mengalami kecelakaan mobil tujuh tahun lalu, yang mengakibatkan aku mengalami koma selama dua tahun. Setelah dua tahun berjuang dengan alat-alat medis, akhirnya aku sadar. Aku diberi kesempatan hidup. Tapi aku tidak diberi kesempatan untuk mengingat masa laluku, bahkan aku tak bisa mengingat siapa namaku." Nathan berkata sambil merenung panjang.
Rachel awal nya sangat terkejut "ini kah alasan dia tak datang menemuiku malam itu? Benarkah yang dia katakan saat ini? Apakah aku harus mempercayainya?" Bermacam pertanyaan muncul di benak Rachel, namun akhirnya tidak satupun yg keluar dari mulut kecilnya itu.
"Sampai aku bertemu denganmu beberapa hari lalu. Aku melihat foto gadis kecil didalam dompetmu. Meski belum pernah bertemu, bahkan aku sendiri tidak tau kalian siapa. Tapi aku merasakan kehangatan hanya dengan memandang matanya pada foto itu. Aku merasa tidak asing padamu. Tapi aku juga tidak bisa mengingat apakah dulu kita saling mengenal atau tidak." lanjut Nathan panjang lebar menjelaskan.
"Lalu kemarin aku juga secara tidak sengaja mendengar percakapan tunanganku dan Dokter pribadiku. Sepertinya ada rahasia besar yang mereka sembunyikan dariku. Aku sedang bersiap membongkar semua kebohongan mereka. Aku yakin, wanita yang kini menjadi tunanganku itu bukan lah wanita yang dulu aku cintai. Karna sampai saat ini aku tidak bisa merasakan jantungku berdebar setiap bersamanya. Semua biasa saja." sambungnya lagi.
Rachel hanya diam mendengarkan sambil sesekali melirik ke arah Key. "Hah, ternyata dia sudah memiliki tunangan dan aku selama ini masih berharap untuk sebuah penjelasan ?" Bathin Rachel.
"Dan karna itu aku mulai mencari informasi tentangmu, dan aku menemukan sesuatu yang luar biasa... " Tiba-tiba dia berhenti berbicara.
"Hal apa itu? " Tanya Rachel mulai tertarik.
"Kau dulu adalah kekasihku, pada malam sebelum kecelakaan itu terjadi, aku memergokimu sedang b******u dengan seorang pria tua. Itu lah sebabnya aku langsung pergi ke bar dan minum alkohol dalam jumlah yang banyak. Kemudian aku pulang, mengemudi dalam keadaan mabuk. Tiba-tiba saja dipertengahan jalan tidak fokus melihat bahwa ada sebuah truck melaju kencang di depanku, dan akhirnya kecelakaan itu tak bisa di hindari. Hanya sampai disitu informasi yang bisa aku dapatkan untuk saat ini. Jadi aku disini menuntut penjelasan darimu". selidik Nathan dengan mata tajam.
"Whaaattt?? Informasi apa-apaan itu? Siapa yang mengeluarkan informasi palsu dan menjijikkan seperti itu? Aku berselingkuh dan b******u dengan pria tua ? Sungguh itu adalah hal yang sangat menjijikkan, bahkan hanya dengan membayangkannya saja aku merasa mual." sahut Rachel, tapi hanya dalam hatinya.
"Bagaimana ? Apakah ada sesuatu yang ingin kau jelaskan padaku?" Desak Nathan lagi.
"Tidak ada!"
"Jika seperti itu informasi yang kau terima, anggap lah memang seperti itu yang terjadi dulu. Jadi kedepannya, kuharap kau tidak pernah mengganggu kehidupanku lagi." pinta Rachel meski hatinya begitu sakit untuk mengeluarkan kata-kata itu.
"Apakah benar begitu ? Tidak kah kau berusaha untuk membela diri didepan ku? Lalu apakah tidak ada rasa penyesalan di hatimu karena dulu telah mengkhianatiku ? Bahkan di saat-saat kritisku pun, tak sekali pun kudengar kau datang menjengukku." kata-kata Nathan seakan menuntut jawaban yang lebih .
"Haah, percuma saja aku menjelaskan. Toh itu sudah lama sekali. Aku bahkan sudah melupakan kejadian itu"
"Seperti yang kau lihat sekarang, aku menjalani hidup yang bahagia dengan putriku." jawab Rachel berusaha untuk terlihat tegar.
"Dasar kau wanita yang sangat licik! Apakah lelaki itu lebih kaya dariku?" Tanya Nathan lagi.
"Ya, tentu saja dia lebih kaya darimu. Dia memiliki segalanya yang saat itu kau tidak mampu berikan padaku. Aku bahkan sangat terkejut kini kau bisa jadi sekaya dan sesukses ini. Hal yang dulu tak pernah aku bayangkan bisa kau dapatkan." bohong Rachel lagi sambil mencoba menahan agar butiran bening itu tidak menetes dari mata coklatnya nan indah.
"Hahaha.. Ternyata kau cukup matrealistis! Seharusnya aku memang tidak perlu bertemu denganmu tempo hari dan juga hari ini. Kau memang seharusnya ku kubur jauh-jauh dengan masa laluku yang tak seharusnya ku cari tahu. Sialan." umpat Nathan sambil berdiri lalu pergi meninggalkan tempatnya duduk.
Nathan pergi dengan wajah marah, kesal dan juga kecewa.
Semua campur aduk. Jawaban yang diberi Rachel diluar dugaannya. Tapi kenapa dia seperti tak rela jika semua yang dikatakan Rachel adalah hal yang sebenarnya terjadi dulu.
Sementara itu Rachel berlari ke arah toilet, menahan sakit dihatinya karena mendengar umpatan Nathan barusan. Ia masuk ke salah satu bilik toilet lalu mengunci pintu dan langsung meluapkan tangisnya.
Sungguh sakit sekali rasanya harus mengeluarkan kata demi kata yang tak pernah ia lakukan sama sekali.
Dia hanya berharap dengan begitu Nathan akan memebencinya, lalu melupakan dia dan Key. Karna sekarang ia telah memiliki seorang tunangan. Rachel tak ingin menjadi orang ketiga di antara mereka.
Ia berharap Nathan tak mau menemui mereka lagi. Sehingga Rachel bisa menjalani hidup seperti biasanya bersama putrinya, Key.
"Mungkin ini yang terbaik untukmu dan untukku. Aku sudah terbiasa dengan rasa sakit ini. Jadi aku akan mencoba untuk kuat sekali lagi demi Key." ucap nya pelan.
Sementara itu Nathan yang belum pergi terlalu jauh, melupakan sesuatu untuk di tanyakan pada Rachel.
Saat ia kembali kemeja tempat mereka duduk tadi, ia tak menemukan sosok Rachel disitu.
Tapi ia melihat Key masih asyik bermain didalam wahana. Insting jeniusnya langsung menebak kemana arah Rachel pergi.
Dengan santai Nathan justru masuk ke toilet khusus wanita tanpa rasa malu dan tanpa sengaja mendengar kata-kata terakhir yang Rachel ucapkan dari bilik toilet.
Saat Rachel membuka kunci pintu dan bersiap akan keluar, Nathan langsung membekap mulutnya dengan tangan dan mendorong tubuhnya kembali kedalam bilik toilet.
Terlihat dengan jelas expresi kaget dari mata Rachel.
"Aku tau, ada yang tidak beres dari jawabanmu. Ada sesuatu yang kau coba sembunyikan dariku. Kau mencoba untuk membohongiku? Apakah kalian semua pikir aku semudah itu untuk kalian bohongi terus menerus?" Nathan berkata sambil menatap dalam pada mata Rachel yang merah.
"Sepertinya dia baru saja menangis." bathin Nathan
Entah mengapa naluri Nathan sebagai laki-laki merasa tertantang merasakan deru nafas Rachel yang turun naik karena bekapan tangannya dimulut Rachel.
Hal yang bahkan tak pernah bisa ia rasakan setiap kali bersama dengan Celline, tunangannya itu. Padahal Celline slalu mengexpose tubuh seksinya didepan Nathan. Perlahan-lahan Nathan melepaskan bekapan tangannya dari mulut Rachel.
Lalu ia dengan berani mengecup bibir merah Rachel yang mungil itu. Seakan tidak cukup puas Nathan mendorong tubuh Rachel kedinding dan memegang kedua tangannya.
Ia mulai terus mengecup bibir Rachel. Mengulum bibir atas dan bawahnya bergantian. Seperti lelaki yang sangat haus cumbuan, ia terus mencumbui Rachel.
"Hhmmpp." desah Rachel sambil terus memberontak. Tapi tentu kekuatannya tak sebanding dengan Nathan.
"Sepertinya tubuhmu sangat menginginkan ini berlanjut." seringai Nathan.
"Brengsek.. bajingan.. lepaskan akuu! hhmmmpp." lagi-lagi Nathan mencumbu paksa bibir Rachel.
Entah mengapa Nathan seperti menemukan sesuatu yang selama ini di rindukannya. Perlahan Rachel pun berhenti memberontak. Karna jujur dari hatinya yang terdalam, ia juga sangat merindukan sentuhan ini. Pikiran dan hatinya sangat ingin menolak, tapi tubuhnya tidak.
Nathan memainkan lidahnya didalam rongga mulut Rachel.
Lumatan demi lumatan itu terus balas membalas. Tangan Nathan pun perlahan membuka satu persatu kancing kemeja biru yang dikenakan Rachel, sambil terus mencumbui wanita yang ia yakin pasti pernah berharga dimasa lalunya.
Saat tangannya sudah bermain lincah di antara dua gunung kembar itu, tiba-tiba saja sebuah tamparan mendarat di pipinya. Membuat otot-ototnya yang tadi sempat menegang kini reflek kembali normal.
"Dasar kau b******n. Kau pikir siapa dirimu? Apa hakmu atas diriku ? Jika kau pikir dulu aku jalang yang tega mengkhianatimu, maka cukup itu aku yang dulu saja, tidak untuk sekarang! Sebaiknya kau jangan pernah menemuiku lagi!" ucap Rachel tanpa henti sambil terus memasang kancing bajunya yang sudah terbuka sebagian. Lalu ia membuka pintu, berlalu pergi.
Meninggalkan Nathan yang terpaku sendiri di bilik toilet.
Rachel memanggil Key yang tengah asik bermain, membujuknya untuk selesai bermain hari ini. Ia ingin segera pulang. Membersihkan dirinya yang hampir saja di sentuh sepenuhnya oleh b******n itu.
Ditempatnya berdiri, Nathan masih termangu mencerna setiap kata yang di ucapkan Rachel.
"Baik, kita lihat saja nanti! Sejauh apa kau sanggup menghindariku." gumamnya lalu keluar dari toilet wanita.
Tak sedikit pun menghiraukan tatapan heran orang-orang yang lewat di depan toilet wanita itu padanya.