"Boss, ini kiriman dokumen dari Dokter Bram." ujar Roy sambil menyerahkan amplop coklat pada Nathan.
"Mari kita lihat, apa saja yang mereka lakukan padaku tujug tahun belakangan ini." sahut Nathan sambil mengeluarkan kerta putih itu dan mulai membacanya.
Setelah meninggalkan Rumah Sakit malam itu, Nathan kembali menghubungi Dokter Bram. Ia meminta semua dokumen riwayat pengobatannya sejak pertama pasca kecelakaan itu.
Ia sangat yakin ada yang tidak beres dalam pengobatannya yang selalu di tangani oleh Arnold dan Celline.
Terlihat dengan jelas, urat-urat leher Nathan menegang. Lalu ia meremas kertas itu dan melemparnya ke tong sampah disamping meja kerjanya.
"Sialan! Beraninya kau mempermainkanku. Dasar jalang! " Nathan berkata dengan geram.
"Tunda semua rapat dan pertemuan klien hari ini! Aku ingin pulang dan beristirahat." perintah Nathan pada Roy.
"Baik, Boss." sahut Roy.
Ia tau suasana hati boss-nya sedang tidak baik saat ini. Lebih baik patuh saja. Meski siang ini ada rapat penting dengan klien dari Korea, Roy memilih untuk tetap mengikuti perintah bossnya.
Dia sangat tau bagaimana kalau perintah Boss-nya itu dibantah pada saat emosi seperti ini.
Lalu Roy menghubungi staf yang bertugas untuk rapat. Membiarkan mereka mengurus pengunduran rapat dengan klien dari Korea siang ini.
Setibanya di rumah.
Nathan membuka jas dan langsung berbaring diatas ranjang king size miliknya.
Baru saja terlelap. Nathan merasa seperti ada seseorang yang ikut berbaring disampingnya. Lalu saat ia membuka matanya, ia melihat Celline hanya dengan dres pendek diatas lutut dan bagian d**a terbuka tersenyum manja padanya.
"Sayang. Aku menginginkanmu! " katanya manja sambil membuka satu persatu kancing kemeja putih yang dikenakan Nathan.
Entah kenapa tiba-tiba saja Nathan melihat Celline sebagai Rachel. Ia mulai menindih tubuh seksi Celline. Melumat habis bibirnya.
Lama lidahnya bermain-main didalam sana. Tangannya telah melalang buana kebawah. Meraba setiap jengkal tubuh Celline. Sampai lah tangannya pada bagian intim Celline.
Basah...
Ternyata ia telah siap untuk di masuki oleh kejantanannya. Nathan ingin segera melepaskan gejolak gairahnya yang tertunda di toilet tempo hari bersama Rachel, karena dalam pandangannya saat ini yang bercinta dengannya adalah Rachel.
Tak ingin berlama lama, Nathan langsung merobek dress kuning yg dikenakan Celline.
Sehingga kini terlihat tubuh Celline yang putih dan mulus tanpa sehelai benang pun. Lalu ia mulai mengarahkan kejantanannya ke dalam bagian intim Celline. Menggesek-geseknya di sana, membuat Celline mabuk kepayang.
"Cepat lah, sayang, masuki aku! Aku sudah lama menginginkanmu bersemangat seperti ini." ujar celline memohon dan tak sabar, meski ia sendiri heran dengan sikap Nathan siang ini.
Setelah tiga tahun menjadi tunangannya, Nathan baru dua kali menyentuhnya.
Itu pun Celline harus membuatnya mabuk terlebih dahulu. Jadi momen seperti saat ini, tentu tak ingin di sia sia kan oleh Celline.
"Oh ternyata jalangku sudah tak sabar. baik lah, bersiap lah kau untuk tidak bisa turun dari ranjang setelah ini." ungkap Nathan lagi sambil memasukkan kejantanannya yang berukuran lumayan besar ke lubang kenikmatan Celline dengan sekali gerakan cepat dan kuat.
"Aah.. Saakiiitt! Pelan-pelan sayang." keluh Celline yang terkejut mendapat serangan mendadak dari Nathan.
"Jangan harap aku akan bermain dengan lembut padamu kali ini." jawab Nathan penuh arti.
"Sayang, kau sangat nakal." Celline semakin menggoda Nathan.
Nathan memulai permainannya.
Dengan sangat cepat ia menggerakkan pinggulnya maju mundur. Menghentak hentakkan dengan sangat kasar, membuat Celline menahan sakit di sela-sela rasa nikmatnya.
Setelah beberapa menit bermain, tiba-tiba tubuh Celline menegang, bagian intimnya mengeluarkan cairan bening yang kedua kalinya. Sementara Nathan akan mencapai pelepasan pertamanya.
Dengan sekali hentakkan yang kuat, akhirnya keluar sudah cairan kental itu di dalam rahim Celline. Membuat Celline menyeringai puas.
Nathan masih terbaring tanpa busana diatas ranjangnya. Ia hanya menutupi bagian intimnya dengan sebuah selimut.
Ia tak habis pikir, bisa-bisanya ia bercinta dengan gila dan liar seperti itu bersama Celline, tapi yang ada dalam pandangannya adalah Rachel.
Ada apa dengannya? Bagaimana sebenarnya hubungan asmaranya dengan Rachel dalam kehidupannya dulu? Berbagai macam pertanyaan berkecamuk dalam otaknya.
"Sayang, kau hebat sekali tadi! Aku sampai tak percaya kalau kau adalah Nathan ku." kata Celline yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan diri.
"Jadi maksudmu, selama ini kau meragukan kemampuanku." tanya Nathan acuh tak acuh.
"Bu-bukan begitu maksudku. Tentu kau sangat kuat dan hebat dalam hal bercinta sayang. Aku berharap ini awal yamg baik untuk hubungan kita ke depannya. Dan secepatnya kita bisa melangsungkan pernikahan yang sudah tertunda dua tahun ini." Bujuk Celline, yang seketika langsung membuat Nathan kesal.
"Sudah lah! aku sedang tidak berminat membahas pernikahan. Kau pergi lah!"
"Lupakan saja kejadian tadi! Anggap saja aku sedang mabuk." balas nathan lagi.
Tapi justru kata-kata itu memancing Celline untuk mulai berdrama.
"Aku sudah menenamimu selama tujuh tahun. Aku yang selalu ada untukmu. Tapi sampai kapan aku harus terus bersabar?" Teriaknya histeris lalu mulai mengeluarkan air mata buaya.
"Kalau kau sudah tak tahan lagi untuk menunggu, lebih baik kau batalkan saja pertunangan ini! Lagipula selama ini aku tidak merasa ada perasaan istimewa setiap kali bersamamu. Apakah benar dulu kau kekasih yang sangat berharga bagiku? Yang sangat aku cintai?" Tanya Nathan curiga.
"Ten-tentu saja.. aku kekasihmu sebelum dan sesudah kecelakaan itu, aku selalu di sampingmu selama dua tahun masa-masa kritismu." Celline mulai mengeluarkan air mata buayanya.
"Haha.. benar kah? Kenapa aku merasa tidak seperti itu? Baru-baru ini aku bertemu seorang gadis bernama Rachel. Sepertinya dulu aku mempunyai hubungan yang tidak biasa dengannya. Atau mungkin kau juga mengenalnya ?" Selidik Nathan membuat jantung Celline berdegup kencang.
"Siii-siapa maksudmu? A-aku mana mungkin mengenalnya. Bagaimana mungkin aku sudi mengenal wanita miskin seperti dia!" jawab Celline terbata-bata, dan tanpa sadar ia telah memberi celah untuk Nathan bertanya lebih lanjut.
"Miskin katamu? Dari mana kau tau kehidupan pribadinya? Bahkan aku sama sekali tidak menyebutkan apa-apa tentang kehidupan dan keluarganya." serbu Nathan.
Sadar kalau dia telah salah bicara,Celline langsung mencari alasan lain lagi.
"Aku hanya asal bicara saja, biasanya yang akan menempel padamu hanyalah jalang-jalang miskin. Sedikit kau beri perhatian, mereka seolah telah memiliki dirimu seutuhnya." Sahut Celline lagi.
"Kau lah jalang yang selalu menempel padaku bertahun-tahun, padahal aku tidak memberimu sedikit pun harapan. Ingat lah, pertunangan ini terjadi hanya karna kau menyelamatkan hidupku malam itu! Pernikahan? Jangan meminta terlalu banyak padaku." Nathan berkata sambil bangkit dan berjalan menuju kamar mandinya.
Ia masih belum mau membongkar kebusukan Celline. Ia ingin mengumpulkan lebih banyak bukti lagi. Agar bisa menjatuhkan Celline dengan sekali pukulan.
Sementara Celline berdiri terpaku memikirkan kembali kata-kata Nathan tadi. Kata-kata yang tajam dan menyakitkan.
Tapi sesungguhnya, bukan kata-kata untuknya itu yang menjadi beban pikiran Celline saat ini.
"Rachel? Mungkin kah dia mencari Nathan sampai ke kota ini? Apakah benar dia orang yang sama ? Tidak mungkin. Itu tidak boleh terjadi, aku sudah berjuang sejauh ini untuk mendapatkan Nathan. Langkahku sedikit lagi, tidak ada yang boleh merebut Nathan dariku. Aku harus segera mencari tau tentang wanita yang baru-baru ini di temui Nathan." Ujarnya lirih sambil berjalan pergi meninggalkan rumah mewah Nathan