“Hmm … aduuuh….” Kinanti lelah berjuang menghindari Dimas. Sisa kesadarannya masih mengatakan kepada dirinya bahwa ini tidak benar. Tapi pusing yang mendera kepalanya lebih menyakitkan daripada sebelumnya. Dia mengerang kesakitan dan mengangkat tangannya ke dahinya. Dimas tidak ingin membiarkannya bergerak, dia eratkan gendongannya. Dimas tahu semakin Kinanti bergerak, semakin pusing yang dia rasakan. Kinanti menyerah, dia benamkan kepalanya ke pelukan Dimas agar rasa pusing di kepalanya mereda. Tentu saja sikap dan kata-kata yang terucap dari keduanya terlihat dan terdengar oleh semua orang yang ada di ruangan. Bagaimana mereka bisa percaya hubungan pertemanan keduanya dalam situasi seperti ini? Apalagi pelukan Dimas terlihat seperti pelukan terhadap seorang putri yang sangat intim, den