Beberapa waktu berlalu. Rara sedang asik membalas chat dari Agni. Dia komplen karena rencana perjodohan antara Rara dan kakaknya hanya jalan di tempat.
Agni Anggraini
Ra, ayuuuk dong ntar kita makan malam bareng ya berempat. Aku, Rendra, kamu sama Mas Banyu. Double date gitu Ra...
Me
Duuh Nie... sibuk banget nih. Aku hrs review proposal anak2 dl. Target th ini naik 15%. Klo proposal gak bener, gak bs dijual ama bag marketing, trs kamu yg mau kasih bonus kami2?
Sebenarnya alasan utama karena Rara sungkan pada Banyu. Entahlah, selalu ada rasa takut kalau dekat dia. Aroma parfum dan sorot mata tajamnya membuat bulu kuduk Rara merinding, mengingatkannya akan peristiwa itu.
Padahal mungkin dia sedikit tertarik padanya. Banyu ganteng, fisik sempurna, mapan, kalem dan single. Beda dengan Agni yang berkulit putih, Banyu berkulit agak kecoklatan karena sinar matahari, mungkin efek sering avonturir. Tapi malah menambah kesan laki banget dengan kulitnya itu. Walau Rara yakin kulit aslinya seputih Agni.
Beda banget kalau bertemu sama Indra, beberapa kali Indra ikut Agni dan Banyu bertemu Rara karena Rara bilang ke Agni tidak mau kalau cuma ketemu kakaknya sendirian . Indra baik, ramah, supel, humoris dan juga tampan. Maksudnya semua yang ada di Banyu juga ada di Indra, hanya saja Indra lebih supel. Dan sepertinya dia banyak mematahkan hati gadis-gadis. Pacarnya banyak dan sering gonta-ganti kata Agni. Kulit Indra kuning bersih. Membuat Rara kadang minder kalau harus berdekatan dengannya. Kenapa yang cowok malah lebih berkulit kuning bersih sedang Rara malah emmm... coklat eksotis kalau versi Agni.
Agni Anggraini
Iiih kamu mah alasan aja. Pokoknya nanti aku mampir kantor. Sendiri kok. Nih mumpung lagi asesmen klien di luar jd bs mampir kantormu. Kita butuh bicara banyak Ra.
Me
Tentang apa sih Nie? Penting bgt ya?
Agni Anggraini
Tentang kita. Eeh bukan ding
Tentang kamu dan Mas Banyu. Prospek kalian ke depannya. Udah bbrp bulan kok gak ada kemajuan. Sebel aku
Me
Okeee nona cantik.. after office hours yaa. Just u & me, jgn ajak mas Banyu dl. Di coffee shop lt 1 ya
Akhirnya Rara mengalah mengiyakan permintaan Agni. Biar cepat bisa fokus ke pekerjaan lagi.
"Raaaaa... emeeeesh aku sama kamu. Kok sama sekali gak ada kemajuan sih sama Mas Banyu." Kata Agni sambil mencubit pipi Rara layaknya gemas ke bayi berpipi tembem. Laaah pipi Rara tirus gini kok dicubit kan malah sakit adanya.
"Iiih Nie.., sakit tahuuu. Emang harusnya ada apaan antara aku ama Mas Banyu sih?" Tanya Rara iseng.
"Aaah kamu tuh Ra.. bener-bener deh. Aku tuh setujunya Mas Banyu ama kamu, bukan ama yang lain. Apalagi ama cewek-cewek centil yang cuma tertarik ama fisik dan nama Mas Banyu aja! Gak rela aku." Agni merajuk.
"Nie.." suara Rara berubah serius.
"Kamu sudah infokan ke Mas Banyu tentangku? Maksudku aku yang selengkapnya? Masa laluku?"
"Iyaa udah Ra. Malahan Mas Banyu yang pertama kali tanya-tanya tentang kamu. Gak biasanya loh Ra, dia penasaran ama cewek. Awalnya aku sempet curiga malah." Jawab Agni sambil menyesap green tea.
"Curiga? Kenapa?"
"Iya. Waktu itu seingatku Mas Banyu penasaran banget ama kejadian yang menimpa kamu tiga tahun lalu" Agni memandang Rara, sepertinya menjadi ragu untuk lanjut bercerita.
"Terus??"
"Ya aku cerita apa adanya yang aku tahu. Aku juga cerita tentang Melati. Eeh dia nanya-nanya di mana makam Melati. Mmm... ngomong-ngomong aku baru ngeh kalau waktu itu Mas Banyu sempet rada pucat mukanya waktu aku bilang kalau kamu sempat hamil tapi keguguran."
"Terus?" Tanya Rara yang mulai tertarik dengan reaksi Banyu.
"Terus melulu iih. Aku gak akan lanjut cerita kalau kamu juga gak niat ama kakakku, Ra."
Rara tersenyum simpul.
"Terus terang aku tertarik sama Mas mu. Cewek mana sih yang gak tertarik? Mas mu ganteng. Fisik sempurna. Mapan. Single. Hanya saja...." Kugantungkan kalimatku, ragu untuk melanjutkan.
"Hanya saja kenapa Ra?" Agni heran.
"Aku takut."
"Eeeh.. takut?"
"Iyaa, aku takut sama Mas Banyu."
"Kenapa takut?" Dan jiwa ke-psikolog-an Agni muncul. Dia mendekat ke arah Rara. Agar pembicaraan menjadi lebih privat. Agni tahu Rara menjadi introvert semenjak kejadian itu.
"Dari semenjak pertama kali ketemu Mas Banyu di Pisa Kafe, aku sudah takut. Entahlah, aku sendiri juga tak tahu kenapa aku bisa menjadi takut seperti itu kalau berdekatan dengan Mas Banyu. Makanya aku merasa kurang nyaman kalau pergi cuma berdua."
"Thats's why you always ask me or Indra to come!" Serunya.
"Iya Nie. Biar aku ada temen."
"Tapi Mas Banyu bukan penjahat Ra. Kenapa mesti takut sih?"
Rara mengedikkan bahuku tanda tak tahu.
"Apa yang membuatmu takut sama Mas Banyu? Jadi dia bisa merubah ketakutanmu itu, Ra."
"Mata tajamnya dan aroma parfum Mas Banyu. Terutama kedua hal itu Nie. Mengingatkanku pada pemerkosaku. Aroma parfumnya sama." Aku menunduk.
"Ra... Kalau gitu biar gak takut lagi aku akan minta Mas Banyu untuk ganti parfum."
Langsung saja Rara menjitak pelan kepala Agni. Dia tersenyum penuh pengertian.
"Coba jalani dulu Ra. Kamu tahu, Mas Banyu sampai sekarang menutup hati untuk cewek. Dia juga sama, pernah tersakiti. Yang kutahu Mas Banyu cinta banget sama cewek itu. Cinta pertama Mas Banyu."
"Terus?"
"Kamu gak ada perkataan lain selain terus ya?"
"Emmm enggak.."
"Gini.. Namanya Vanka. Ivanka Rosemary. Cantiiiiik banget. Rebutan cowok-cowok. Profesinya model dan perupa. Mas Banyu yang masih muda waktu itu sampai kehilangan akal sehat kalau sudah menyangkut gadis itu."
"Nama yang cantik Nie. Dibanding dia aku pasti gak ada apa-apanya."
"Tidak.. namanya memang cantik. Tapi kelakuannya nol. Gara-gara dia Mas Banyu berubah seratus delapan puluh derajat. Buat apa cantik tapi jahat." Emosi Agni muncul. Heran kok dia sekarang sering emosi ya?
"Kamu jauh lebih baik dari pada dia, Ra. Dengarkan ceritaku, kamu harus tahu tentang Mas Banyu."
Dan mulailah cerita Agni tentang masa lalu Mas Banyu, terutama tentang Vanka. Mendengar cerita Agni, Rara semakin merasa resah. Jika banyak gadis cantik yang bahkan tidak dilirik kakaknya, lah apalagi dia. Apalah dia ini. Rara merasa tidak punya kelebihan apa pun dibanding mereka.
Rara jadi meragu, benarkah keputusan Agni untuk menjodohkan mereka?
Bagaimana kalau hanya akan saling menyakiti saja?
Bagaimana kalau nantinya dia akan terluka lagi?
Belum cukupkah dia kehilangan kesucian karena diperkosa?
Belum cukupkah dia kehilangan janin?
Belum cukupkah dia kehilangan cinta Tama?
Dan kalau dia harus tersakiti karena Banyu, apakah dia masih sanggup bertahan? Masih bisa bertahan?
Rara meragu.