16. 10 Detik

904 Kata
"Waktu memang tidak selalu bisa menyembuhkan kesedihan, tapi waktu mengajarkan kita bahwa hidup akan tetap berjalan meski harus mengalami kehilangan.  Ada yang bilang kalau Tuhan akan memberimu kebahagiaan... tapi Tuhan akan membuatmu kuat lebih dulu." -Unknown- . Dan wajah Kinan justru menjadi pias. Dia sempat terdiam selama beberapa saat seolah sedang memikirkan sesuatu yang cukup berat menurut pandangan Faris. "Maaf...," ucap Kinan tiba-tiba. Faris tentu saja tidak mengerti, kenapa Kinan malah mendadak meminta maaf padanya setelah mendengar cerita soal istrinya? "Maaf? Memangnya kenapa?" tanya Faris kemudian. Terdengar helaan napas cukup berat dari bibir Kinan. "Maaf karena saat itu ayah Azha yang menjadi salah satu pilot pesawat itu,” ungkap Kinan yang masih belum direspon oleh Faris. Pria itu bahkan sepertinya tengah terkejut dan tidak bisa mencerna maksud Kinan. Kinan memosisikan dirinya menghadap Faris dan menatap penuh penyesalan sekaligus bersama pada pria ini. “Ayah Azha adalah kapten angkatan udara yang juga akan membantu tugas perdana menteri saat itu.... Sekali lagi saya meminta maaf karena sudah membuat keluargamu bersedih atas insiden itu," jelas Kinan dengan suara yang dia buat setegar mungkin. Selalu seperti ini ketika dia bertemu dengan keluarga yang menjadi korban insiden kecelakaan pesawat itu. Walaupun nyatanya Adrian memang tidak bersalah—bahkan negara sudah mengonfirmasi itu—tapi Kinan merasa bertangggung jawab untuk tetap menyampaikan maaf. Sementara itu Faris akhirnya perlahan bisa mengerti penjelasan dari Kinan. Tapi dia masih tidak menyangka kalau benar dugaannya kalau kala itu dia melihat foto ayah Azha mirip dengan foto dari seorang pilot yang menajdi satu-satunya korban dalam kecelakaan pesawat. Korban karena telah menyelamatkan banyak nyawa. Dan melihat bagaimana Kinan seolah merasa bersalah atas kecelakaan itu, membuat Faris ikut terpukul juga. Dia mengerti perasaan Kinan pasti seolah masih terbebani akan bayang-bayang tangisan keluarga korban kecelakaan yang semuanya selamat kala itu selain Adrian sendiri. "Tidak... jangan berkata seperti itu, Kinan. Saya sama sekali tidak menyalahkan awak pesawat termasuk suamimu,” ujar Faris dengan tegas. Dia tidak mau Kinan merasa seperti ini. “Saya tahu yang dilakukan suami kamu sudah sangatlah patut untuk diacungi jempol. Penghargaan apapun tidak cukup untuk menghargai nyawanya yang berkorban untuk semua orang di pesawat itu. Percayalah... tidak ada yang menyalahkan suami kamu. Saya pernah bertemu keluarga korban yang selamat, bahkan dengan korban kecelakaan itu sendiri... mereka justru kerap ingin bertemu kamu untuk mengucapkan terima kasih. Tapi mereka memilih untuk tidak melakukannya karena tidak ingin kamu merasa sedih kembali," sambung Faris panjang lebar. Dia sebenarnya juga masih tak percaya bila ayah Azha ternyata adalah seorang kapten yang memimpin pesawat yang dinaiki istrinya 4 tahun silam. Dia terlalu sibuk dengan Dinda dan kesedihannya sendiri setelah insiden itu  berlalu. Faris tidak mencari tahu banyak akan orang lain, hanya ikut bersyukur ketika mengetahui kalau  semua orang selamat kecuali Adrian. Faris menoleh pada Kinan yang tengah menundukkan kepalanya dalam.  "Saya yakin  kata bersabar sudah sering kamu dengar, apalagi kata ‘relakan saja’... maka dari itu saya hanya ingin mengatakan, ini sudah 4 tahun yang lalu. Waktu memang tidak selalu bisa menyembuhkan kesedihan, tapi waktu mengajarkan kita bahwa hidup akan tetap berjalan meski harus mengalami kehilangan. Ada yang bilang kalau Tuhan akan memberimu kebahagiaan... tapi Tuhan akan membuatmu kuat lebih dulu.” Kinan mengangkat kepalanya setelah mendengar kalimat penghiburan dari Faris secara tidak langsung. Hatinya menjadi lebih lega usai itu. “Lagi pula... kematian istri saya itu bukan karena faktor kecelakaan pesawat. Sama sekali bukan... Bahkan istri saya dinyatakan sebagai korban selamat saat itu karena berhasil terjun dari pesawat itu sebelum pesawat itu menabrak pegunungan,” tutur Faris ketika selama beberapa saat hanya angin yang mengisi kekosongan di antara mereka. Kinan membuka matanya lebaar lalu menoleh pada Faris. Dia masih belum mengerti, karena kalau istri Faris  menjadi korban yang selamat kala itu, lalu mengapa sekarang Faris menjadi orang tua tunggal untuk Dinda? "Ibu Dinda atau istri saya, selamat tanpa luka yang berarti, hanya lecet-lecet setelah penerjunan itu. Namun sehari setelahnya, istri saya terkena serangan jantung yang sudah lama diidapnya ketika sampai di rumah sakit. Itulah yang menjadi faktor utamanya,” ungkap Faris yang membuat Kinan semakin membulatkan matanya. Namun Faris menanggapi santai reaksi dari Kinan. “Jadi berhenti untuk merasa bersalah pada kami. Karena kami baik-baik saja... justru kamu lah yang paling merasa kehilangan," tutur Faris diringi senyum untuk meyakinkan Kinan dengan penuturannya yang memang benar adanya. Kinan menganggukkan kepalanya mengerti. Tapi hatinya memang masih belum lega sepenuhnya. "Namun saya harus tetap meminta maaf, bukan?" tanya Kinan. Lebih tepatnya bertanya untuk mengonfirmasi pendapatnya pada Faris. Faris menghela nafasnya ketika Kinan terus saja bersikeras dengan rasa bersalahnya. "Baiklah, saya terima maaf kamu. Dan berhenti meminta maaf, saya pikir Dinda juga tak menyukainya. Dia itu sangat suka pada dokternya ini,” kata Faris sambil mengingat wajah riang putrinya tiap bertemu dengan Kinan. Mata Kinan bersinar antusias ketika membahas putri dari Faris ini. "Oh, bernarkah?" tanya Kinan dengan nada yang berubah ceria kembali. Seolah kesedihannya telah sirna. Kekehan tercipta di bibir Faris. "Dia bahkan tidak berhenti mengoceh tentang kamu jika kami sedang duduk bersama. Dinda bercerita sangat detail tentang apa saja yang dilakukannya bersama kamu waktu itu," jawab Faris. "Hahaha... tapi putrimu itu memang sangat menggemaskan. Saya pikir kamu harus menyampaikan padanya kalau saya juga menyukainya," ucap Kinan dengan senyum yang sangat cerah. Sampai-sampai karena senyum itu, Faris yang melihat langsung menjadi sempat tidak sadar kalau terdiam lebih dari 10 detik. Alhasil wajah Kinan menjadi memerah, lalu keadaan di antara mereka menjadi canggung. . /// Takdir Kedua | Gorjesso /// .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN