10. Pokoknya Dokter Kinan!

1348 Kata
Pagi datang dengan kabut yang masih setia melingkupi, dingin tapi menyegarkan, itulah yang terasa. Bagaimana ternyata waktu bergulir begitu cepat tanpa berhenti untuk mengeluh lelah sekali saja. Merehatkan sejenak dari runyamnya dunia yang terasa semakin menusuk tubuh dengan rutinitasnya setiap pagi hingga malam. Entah sudah seperti apa bumi ini sekarang, semakin tua dan semakin menderita. Bisakah diperbaiki oleh manusia? Hanya sebuah pengantar menuju dunia baru, sebuah perkenalan dan penjelasan tentang dunia yang makin rumit akan berbagai masalah yang semakin kompleks saja. Manusianya pun seolah tertempa dan merasa biasa saja menerimanya. Toh, hanya dengan semua kerumitan itu mereka bisa hidup. Tak punya masalah, itu namanya bukan hidup. Kita harus berpikir untuk mencari solusi dan jalan keluarnya sampai waktu berhenti untuk kita. Dan Dinda, gadis ini baru saja mempunyai masalah yang setiap bulannya datang ini. Perutnya selalu melilit dan terasa sangat sakit jika tamu yang setiap bulannya ini memberi aba-aba untuk muncul. Ah.. ia bisa merasakan semua ini selama semingguan dibuat menderita karenanya. Dan Faris, ayah dari gadis ini, selalu kalang kabut jika sudah melihat kondisi putrinya yang tidak mampu dia sembuhkan dengan kemampuannya sendiri. "Masih sakit, Sayang?" tanya Faris cemas pada Dinda. Ia mengusap kepala putrinya dengan wajah yang tak bisa dimungkiri jika sekarang ia tengah khawatir setengah mati. Dinda hanya terus merintih dan mengeluh sakit. Ia tak bisa menjawab apapun saat ini dari semua pertanyaan ayahnya. Di dalam hatinya kini ia tengah sibuk mengutuk pada tamunya. "kita kerumah sakit, ya?" usul Faris dia sudah tidak tahan lagi melihat Dinda menderita. Tapi tentu saja ia langsung mendapat tatapan mengerikan dari putrinya itu. "Nggak mau! Lebih baik aku terus terus kesakitan dari pada harus ke tempat mengerikan itu lagi! Aku nggak mau disuntik dan minum obat!" tolak Dinda keras. Seketika bayangan akan jarum suntik melayang-layang di benaknya, membuatnya bergidik. Lalu cokelat dan permen yang dia makan seolah berubah menjadi butiran obat. Oh Tidak! Pekik Dinda dalam hati. Faris mengehela napas pasrah. "Lalu papa harus gimana, Sayang?" tanyanya meminta pendapat Dinda. “Papa akan lakukan apapun yang mungin bisa bantu kamu,” tambahnya. Dan itu berhasil menarik perhatian putrinya ini. Dinda langsung mengerling senang. “Apapun?” tanyanya memastikan. “Apapun, Sayang,” jawab Faris seraya menganggukkan kepalanya. "Panggil dokter Kinan,” cetus Dinda yang tidak melupakan senyum lebarnya di depan sayang ayah yang terkejut bukan main. "APA?!" pekik Faris. Dia tidak percaya permintaan Dinda akan menyebutkan soal Kinan. Dinda mengangguk pasti. "Iya, Pa. Aku pengen Papa telpon dokter Kinan untuk buat periksa aku," jelasnya. Faris menggaruk kepalanya, masih tidak mengerti akan maksud putrinya ini. "Tapi keluarga kita juga punya dokter pribadi sendiri, Dinda. Masa telepon dokter Kinan yang mungkin lagi sibuk sama kerjaannya,” ujar Faris memberi pengertian. Tapi Dinda tampaknya menolak penjelasan Faris. Dia langsung menggelengkan kepalanya kuat. "POKOKNYA DOKTER KINAN! AKU NGGAK MAU YANG LAIN! TITIK!" ucap Dinda tak mau mengalah. Salah satu dokter yang dia percaya mulai saat ini hanya mama dari  Azha, Dokter Kinan. Sekali lagi Faris menghela napasna dengan pasrah. Jika sudah seperti ini, mau bagaimana lagi, salahnya sendiri tadi mengatakan akan mengabulkan apapun yang dminta oleh Dinda, maka dirinya harus menepati janji. "Oke... Papa akan menghubungi Dokter Kinan. Semoaga saja dia sedang tidak sibuk. Tapi beri tahu Papa berapa nomor telfonnya." Setelah mendengar ayahnya setuju, Dinda langsung bangun dan memeluk leher ayahnya erat. Dia senang sekali karena dia sakit dan malah bisa bertemu dengan dokter Kinan lagi. . /// Takdir Kedua | Gorjesso /// . "Apa dia sering seperti ini?" tanya Kinan. Faris menoleh pada Kinan yang baru saja memeriksa putrinya. Mereka keluar dari kamar Dinda dan membiarkan Dinda meminum obat herbal yang dibawa Kinan. Ya, Kinan tahu Dinda memang tak akan meminum sebutir obat pun dalam hidupnya, bocah itu terlalu takut dengan obat dan rumah sakit. Dinda pernah bercerita soal ini sebelumnya saat mereka berbincang sambil menyiapkan makan malam. Jadi saat dia kemudian ditelepon oleh Faris soal kondisi Dinda, Kinan langsung menyiapkan resep lalu membawakan obat herbal untuk menyembuhkan rasa nyeri saat menstruasi. Faris menganggukkan kepalanya lemah. Rambutnya di sugar ke belakang lalu meremasnya kuat ketika memikirkan keadaan putrinya. "Iya, setiap bulannya. Ah... aku selalu dibuat kalang kabut kalau Dinda sudah seperti ini," ujarnya dengan raut wajah yang selaras akan kalimatnya, muram dan penuh kekhawatiran. Namun kini dia setidaknya bisa bernapas lega, sebab akhirnya Dinda tak mengeluh sakit lagi. Bahkan bocah kecilnya itu perlahan berhenti merintih sakit ketika melihat Kinan berdiri di ambang pintu kamarnya tadi. Dasar aneh! "Sebenarnya itu hanya hal wajar, kebanyakan perempuan memang mengalami sakit sampai membuat seluruh tubuhnya kram. Tapi jika sudah berlebihan tentu harus diperiksakan, takutnya ada hal yang membuat sakit haid menjadi tidak tertahankan lagi,” ujar Kinan memberikan penjelasan akan sakit Dinda pada Faris.  “Tapi dia juga harus tetap meminum obat jika sudah sakit seperti ini, atau melakukan terapi dengan menggunakan kompres panas, itu jika Dinda tidak bisa minum obat. karena tidak baik menahan sakit seperti tadi kalau terus menerus," sambung Kinan. Dengan fokus Faris mendengarkan penjelasan Kinan lalu mengangguk mengerti ketika sudah paham dan memasukkan semuanya di dalam kepalanya. Kini keduanya terdiam karena tidak ada yang dibicarakan. Tapi Kinan sepertinya sibuk dengan ponselnya yang terus berbunyi, jelas ini ada hubunganya dengan rumah sakit. Dia tadi sedang lowong karena jam prakteknya sore nanti, sehingga memutuskan datang ketika Faris menguhubunginya. "Dokter Kinan," panggil Dinda dari dalam kamar dengan suara yang sudah lebih keras dibandingkan beberapa menit lalu. Kinan dan Faris yang mendengar panggilan itu pun segera menuju ke kamar Dinda. “Terima kasih sudah datang, Dokter... maaf kalau aku ganggu waktu dokter yang lagi kerja,” ucap Dinda dengan tulus meminta maaf. Baik Faris dan Kinan, mereka sama-sama melemparkan senyum lega pada seorang gadis di depan mereka yang sempat menimbulkan kekhawatiran besar untuk mereka tadi. Kini Dinda sudah tersenyum ceria seperti biasanya, walaupun wajahnya sedikit pucat. Dan pipinya juga menajdi tidak se-chubby terakhir Kinan menemui gadis ini. Membuatnya sedikit cemas sebenarnya, tapi ini mungkin juga faktor Dinda sedang diet. Makanya sakit haidnya bisa saja karena hal ini sebagai pemicunya. Selama Dinda berbicara dengan Kinan, Faris mendapatkan telepon dari sekretarisnya di kantor. Dia diminta untuk datang ke tempat kerja dimana dia menjadi pemimpinnya sekarang juga. "Sayang...," panggil Faris seraya mengusap puncak kepala putri semata wayangnya ini. "Eum?" sahut Dinda dengan gumaman kecil. "Papa berangkat kerja dulu, Ya... Papa ditelepon sama sekretaris tadi. Papa janji akan pulang siang ini,” ungkap Faris. Pria itu lalu merunduk pada putrinya, dan mengecup dahi gadis itu sayang. "Jaga dirimu." Dinda menganggukkan kepalana patuh. Dia sudah terbiasa akan rencana dadakan ayahnya karena harus berangkat ke kantor sesegera mungkin.  Faris dengan menyesal harus meninggalkan Dinda, dia sudah menanyakan soal rasa sakit Dinda di google tapi kurang yakin karena tidak mengerti. Dia mencari tahu soal kenapa haid bisa sakit, dan artikel menjawab: Karena salah satunya ada Kontraksi rahim ( Iskemia otot rahim ) Penyebab nyeri haid pada hari pertama ini disebabkan karena lepasnya dinding rahim akibat peningkatan prostaglandin. Dia pun mencari penjelasan lainnnya. Dan dia menemukan soal Dismenore. Dismenore adalah istilah medis untuk nyeri haid. Kondisi ini ditandai dengan adanya kram di perut bagian bawah yang biasanya muncul sebelum atau saat menstruasi. Bagi beberapa wanita, dismenorea yang mereka alami mungkin bersifat ringan dan tidak mengganggu rutinitas. Akhirnya juga Faris mencari tahu apakah sakit seperti yang Dinda rasakan itu normal. Dia menemukan artikel kalau Wanita bisa mengalami nyeri haid selama bertahun-tahun karena sensitif terhadap hormon prostaglandin. Kondisi ini disebut dismenore. Tak hanya kram perut, nyeri haid juga kerap disertai mual, muntah, dan diare. Nyeri haid umumnya normal. Tapi, ada beberapa masalah kesehatan yang bisa menyebabkan nyeri haid tak normal. Sebanyak 5 persen sampai 20 persen wanita mengalami nyeri haid sampai mengganggu aktivitas sehari-hari saat menstruasi. Nyeri haid yang sangat sakit dan bisa mengganggu aktivitas sehari-hari ini wajar jika terjadi sesekali. Namun, Anda patut waspada dan berkonsultasi ke dokter apabila kondisi ini berlangsung setiap bulan. Artikel kesehatan soal ini banyak Faris baca, namun dia masih meraas belum menjadi ayah yang baik. Sebab keterbatasannya untuk bisa merasakan apa yang Dinda rasakan juga. Takutnya ada apa-apa dengan putrinya itu, tapi Dinda juga tidak mau periksa ke rumah sakit. . /// Takdir Kedua | Gorjesso /// .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN