Seminggu setelah kejadian itu Lifia menjadi topik hangat pemberitaan karena menjadi salah satu korban di hotel itu. Namun tentu saja berita itu segera ditutupi, lalu manajer utama Lifia yang merupakan pemilik manajemen lifia mengadakan konferensi pers. Ike Wardana sebagai pemilik manajemen yang menaungi Lifia memberikan pernyataan, jika saat ini Lifia sedang liburan dan Lifia tidak mengalami luka berat. Lifia memang telah pulang dari rumah sakit dan ia membutuhkan waktu untuk pulih. Apalagi Murni ibunya tidak mengizinkannya untuk bekerja setelah mengalami hal yang cukup berat.
Saat ini Lifia berada di Kediaman orang tuanya, ya tempat yang selalu membuatnya ingin pulang adalah kediaman Subekti dan Murni. Murni adalah Kakak kandung mendiang ibu Lifia dan karena permintaan Lifia yang tidak ingin tinggal bersama ayah kandung dan Ibu tirinya, akhirnya Murni merawatnya sejak kecil seperti anak kandungnya sendiri. "Udah seminggu lagi saja kamu istirahat nak, kepala kamu masih sering pusing kan?" Tanya Murni menatap Lifia dengan tatapan sayang.
"Nggak Bu, udah baikan dan nggak sakit lagi kok kepalanya," ucap Lifia. Ia tidak ingin Murni khawatir padanya terlebih lagi Murni sangat panik dan menangis ketika melihat kedaaanya yang tidak sadarkan diri. Bahkan bukan hanya Murni, Kana, Kiran dan Altaf juga sangat kahwatir melihat keadaannya Lifia di Rumah sakit. Altaf memang tidak bisa pulang namun ia selalu memnga kabar dari Kiran memgenai keadaan Lifia.
"Istirahat saja adikku sayang Lifia yang paling cantik sejagad raya, sebagai seorang Kakak Lifia aku tu jadi dikejar-kejar wartawan yang penasaran keadaan kamu," ucap Kiran sambil memakan kripik pisang coklat yang sejak tadi ia makan dengan lahap. "Sebaiknya kamu libur satu bulan saja sampai berita mereda, kalau kamu nggak mau konferensi pers tentang keadaan kamu!" ucap Kiran.
"Kenapa Mbak nggak posting saja kegiatan aku dirumah, biar wartawan atau fans aku nggak bertanya-tanya bagaimana keadaan aku!" Ucap Lifia.
"Memangnya kamu nggak bisa melakukannya sendiri, manja banget sih mau diposting terus keadaan kamu, mau nambah followers ya biar follower kamu jadi bertambah banyak dari follower aku," sinis Kiran.
"Asatga Mbak segitu amat sih, jelas saja keartisan kita itu berbeda," sinis Lifia.
"Ini nih kalau pada ngumpul jadi ribut terus, tapi kalau sudah sibuk diluar sana saling rindu," ucap Murni.
"Makanya jangan bertengkar, lihat setelah menikah, Mbak kalian Kana hanya bisa kesini seminggu sekali, suaminya kan sibuk dan dia juga sibuk, ada waktu libur ya dihabisi waktunya sama keluarga kecil mereka. Jadi kalian itu harus akur sebelum kalian memiliki keluarga sendiri nanti!" Ucap Subekti menasehati kedua putrinya ini.
"Iya Yah...siapa juga yang mau ribut, ini mah bukan ribut tapi berdebat mesra gitu, iya nggak Lifi?" Ucap Kiran.
"Iya Mbak," ucap Lifia.
"Lifia kamu undang nak Defran ke Rumah kita, dia itu yang nyelematin kamu Lifi, setidaknya ajak dia makan malam bersama kita!" Ucap Subekti.
Lifia menghela napasnya, jika ia mengajak Defran makan malam di Rumah ini, Defran akan menyangka dirinya masih memiliki perasaan kepada Defran. "Biar Lifi saja nanti kalau ketemu Mas Def, Lifia akan mengucapkan terimaksih Yah, nggak usah pakai acara makan malam karena nanti dia masih menganggap Lifi suka sama dia," ucap Lifia. "Lagian ya Yah, yang benar-benar nyelematin Kiran itu polisi lain bukan dia Yah!" Ucap Lifia.
"Bukanya kamu memang masih suka sekali sama dia?" Goda Murni dan ia meletakkan segelas kopi dimeja yang ada dihadapan Subekti.
"Nggak lagi Bu, nggak! Lifi udah nyerah Bu apalagi kata Mbak Kana ada permepuan yang dekat sama Mas Def, aku nggak mau suka sama orang yang nggak suka sama aku, harus segera menghilangkan perasaan suka aku sama dia Bu!" Ucap Lifia dan ia bertekad untuk melupakan Defran Satyas. "Lagian malu banget sih bahas ginian, anak ibu ini kan cantik masih bisa dapat laki-laki yang lebih baik dari dia," ucap Lifia kesal.
"Iya sih tapi kan kalau kamu beneran jadi istrinya nak Defran itu malah lebih baik, Ibu sama Ayah dukung hehehe..." ucap Murni. Ia dan suaminya sangat mengenal sosok Defran, apalagi Kana anak perempuan sulungnya juga telah menikah dengan Serkan anak tertua keluarga Satyas. Keduanya berharap keponakannya ini mendapatkan jodoh yang baik dari keluarga yang terpandang yang juga sangat menyayangi mereka. Murni tahu pernikahan sebenarnya juga telah membuat Lifia terluka apalagi ia telah melihat dengan sendiri bagaimana kehidupan orang tuanya dulu. Ayah kandung Lifia juga telah menikah lagi dan itu membuat Lifia dulu hidup tak bahagia karena perlakukan ibu tirinya dimasalalu.
"Lifi, Papa kamu telepon Ayah dia minta kamu pulang untuk ikut merayakan ulang tahun adik kamu," ucap Subekti.
"Males pulang, nanti Lifi kirim hadia saja," ucap Lifia membuat Murni menghela napasnya. Semakin lama hubungan Papa kandung Lifia dengan Lifia semakin menjauh, apalagi Lifia tidak ingin pulang juga karena tidak ingin bertemu ibu tiri serta adik tirinya.
"Kalau kamu mau pulang, Mbak temani gimana?" Tawar Kiran. Ia tahu Lifia memiliki hati yang lembut dan ia juga tidak mau berkonflik dengan keluarga Papanya, namun berbeda dengan dirinya yang pastinya akan melawan mereka yang bertingkah jahat padanya dan Lifia ketika mereka bertemu keluarga sebelah Papanya Lifia.
"Nanti Lifia pikirkan," ucap Lifia membuat Subekti menganggukkan kepalanya. "Hmmm besok Lifia akan mulai bekerja, Bu," ucap Lifia karena ia sebenarnya sudah sangat bosan apalagi lukanya juga sudah sembuh.
"Kamu ini keras kepala sekali Nak, makanya Ibu itu pengen kamu nikah biar kamu ada yang urusin! Kalau Ibu nggak ingatin kamu makan, kamu pasti lupa makan...ini badan kamu semakin hari semakin kurus," ucap Minarti.
"Kalau kurus itu Bu sengaja, dia mana mau jadi gemuk jadi makannya saja sayuran sama buah," ucap Kiran. "Lama-lama anak ibu yang artis ini bakalan mati kurang gizi," ucap Kiran membuat Lifia menyebikkan bibirnya karena kesal mendengar ucapan Kiran.
"Semua juga tahu harus jaga makan bisa tampil cantik di Tv," ucap Lifia.
"Nggak juga tuh, aku tampik di Tv tetap saja cantik dan makan bebas asal olahraga dan makannya nggak keterlaluan saja, misalnya kurangin gula tapi tetap makan protein dan olahraga dong," ucap Kiran.
"Iya Ibu calon mentri kesehatan, oh iya Pak Mentri pernah bilang pengen jadiin Kiran menantu, siapa tahu bentar lagi beneran menjadi anak menantu Mentri," goda Lifia.
"Sembarang saja kalau bicara," ucap Kiran kesal.
"Udah banyak sekali yang melamar kalian berdua, tapi kalian saja yang menolak terus, mau cari yang gimana lagi?" Tanya Subekti.
"Kalau yang lamar itu Defran pasti langsung diterima sama dia Yah," ucap Kiran membuat mereka semua tersenyum.
"Berhenti godain aku sama dia, dianya nggak suka," ucap Lifia.
"Kalau nggak suka tetap saja kalau kamu dalam bahaya dia berada digarda terdepan, kalau beneran mau nikah sama dia, kamu harus korbankan karir dan bilang sama dia kalau kamu mau jadi ibu rumah tangga saja nemenin dia kemana-mana kayak Ibu!" ucap Kiran tersenyum penuh arti, melihat ibunya yang memang mendedikasikan hidupnya untuk anak-anaknya dan suaminya.
"Kalau suamiku kayak Ayah aku mau berhenti jadi artis, Ayah itu terbuka, penyayang, pengertian nggak suka pelototi aku apalagi bersikap dingin dan dia selalu ada buat kita," ucap Lifia.
"Kalau cari modelan kayak Ayah susah Lifia, kamu cari dimanapun kayaknya hanya satu deh didunia ini." Ucap Kiran sambil terseyum bangga kepada Ayahnya ini. Subekti yang duduk diantara kedua anak gadisnya ini tersenyum bahagia. Ia memiliki ketiga anak perempuan yang sukses dan mereka adalah anak-anak yang sangat menganggumkan.
"Altaf sudah satu bulan nggak pulang," ucap Lifia dan ia merindukan Altaf.
"Bulan depan dia pulang," ucap Kiran. Altaf merupakan adik laki-laki bungsu mereka yang bekerja sebagai seorang polisi dan saat ini Altaf bertugas diluar kota.