“Bener, Pa. Mama yang terbaik...” Langit mengacungkan jempolnya kearah kedua orang tuanya, hingga membuat sang ibu tersenyum simpul dengan wajah bersemu merah. Lalu berpamitan meninggalkan ayah dan ibunya. “Pah, Mah. Langit mau ngobrolin ini semua dengan Anye, ya? Biar enak mutusinnya sama-sama. ajakin Anyelir beli kebutuhan juga selama di Jakarta. Meskipun hanya sekedar akad nikah. Tapi Langit tak ingin istri Langit berpenampilan sederhana diatas kekayaan yang kita miliki, kita mau hunting bridal yang sesuai selera Anye, walaupun gak pesta seenggaknya Anye tetap menjadi pengantin tercantik di hari pernikahannya...” ucap Langit dengan mimik wajah meyakinkan dann suara setegas mungkin. Mendengar kalimat sang putra sontak Andono melangkah memeluk sang putra dengan hangat. “Papah tidak me