Sekamar berdua

1029 Kata
"Apa, katamu tadi. Om?! Kau pikir aku setua itu, sampai kau panggil Om. K-kau memang tidak pantas menjadi istriku!" Langit mendekat dan menunjuk Anyelir tepat di hidung gadis belia di hadapannya. "Pabo-ya! Wanita semuda Anye hanya cocok untuk yang muda! Dan memang gak pantes buat orang tua seperti Om Langit. Sudahlah tua, jutek, kasar. Gak ada yang bisa di banggain sebagai calon suami! Jadi gak usah repot-repot bilang aku gak pantes, karena yang gak pantes itu, kamu! Om Langit!” jawabAnyelir dengan sengit hingga terus saja membuat amarah Langit kian bertambah. “Apa?! Kau bilang aku tua, jutek dan kasar? Kenapa aku kasar, kamu tau alasannya?” tanya Langit dengan mengecilkan suaranya, tapi jangan coba-coba di lihat wajahnya. Seram! Se-seram kenangan masa lalu bareng mantan! *ehh! “Gak tau. Dan gak mau tau! Jadi, apapun yang Om Langit lakuin di luaran sono, kaga penting buat Anye…” jawab Anyelir memasang tampang senyum mengejek hingga membuat Langit semakin naik pitam. “Jadi, please…jangan kepedean dulu makanya, meskipun udah over dosis deodorant tapi coba slow aja, kali…” lanjut Anyelir mengejek Langit. “K-kau!! Berani sekali mengatakan omong kosong seperti itu! Dasar bocah ingusan!” geram Langit dengan tangan mengibas ke udara. “Upsh! Ralat Om…Anye bukan anak ingusan, tapi pencinta KPOP…” jawab Anyelir menggoda Langit yang sudab terlihat semakin kesal. “Sekali lagi manggil Om-Om lagi, aku usir kamu dari kamar ini!!” hardik Langit membuat Anyelir menyunggingkan senyum kirinya. Namanya juga Anyelir, gadis yang selalu ceplas-ceplos dan pantang kalah, jangankan kalah, seri aja dia tidak mau, apalagi kalah, coba bayangin ngadepin bocah seperti Anyelir, sudah kebayang ribetnya gimana. “Yah, jadi mo manggil apa? Ahjussi gitu maksudnya?” tanya Anyelir dengan mata memandang Langit dari atas sampai ke bawah seolah sedang melakukan penelitian. “Jangan mimpi-lah! Beda. Ahjussi Korea itu orangnya selain baik juga lembut ngomong, gak kayak situ, udah tua kasar pula!” Sambung Anyelir dengan bibir mencibir. Siapa coba yang tidak marah jika dirinya di hina secara terang-terangan? Begitupun Langit, dia menahan emosi yang sudah dia tahan sejak tadi pagi. Hampir saja Langit mengayunkan tangannya yang sudah mengepal dari tadi karena hinaan yang di lakukan bocah ingusan itu padanya. Sabar Langit. Mahluk beginian jangan di lawan dengan kasar, dia bakal tertawa merasa menang. Kalahkan dia dengan elegan Langit. Semangat! Seketika langit tersenyum simpul, dan membuka kepalan tangannya lalu melipat kedua tangan ke d**a, dengan santai dia menganggukkan kepalanya sendiri, teringat akan nasehat sang ibu dan ayahnya agar jangan bersikap kasar pada wanita di hadapannya, karena dia adalah tamu VIP kedua orang tuanya, dia memutar otaknya untuk menghadapi bocah yang sudah menghinanya habis-habisan. Lalu secara tiba-tiba dia melangkah mendekat kearah Anyelir, hingga berjarak sekitar satu Centi Meter. Lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Anyelir, hingga membuat Anyelir mundur beberapa langkah dan terpepet di tembok. "Pria tua inilah yang akan menikahimu, paham kau! Jadi nikmati hari tuamu bersamaku selamanya, hidup di bawah satu atap yang sama dengan pria tua dan pria judes atau manusia salju…” bisik Langit tepat di telinga Anyelir, sekilas orang akan mengira aksi yang di lakukan Langit adalah usaha untuk melakukan ciuman kepada pasangan wanitanya. Langit tersenyum sembari manggut-manggut akan ide di otaknya. Bagaimana harus membalas rasa sakit hati yang baru saja dia dengar. " Jo-geul-le? Sampai kiamat gak akan pernah Anye menikah dengan pria bernama Langit, titik!" Jawabnya dengan kesal. “Loh! Bukannya pernikahan nantinya adalah hal yang paling di tunggu? Jadi slow aja…” celetuk Langit, dengan sigap dia memalingkan wajahnya setelah sempat beberapa detik menatap wajah bocah ingusan itu. “Michyeosseo? Are you crazy, Dude?!” teriak Anyelir sudah mulai tak terkontrol, karena dia membayangkan segala kegagalannya buat jalanin misi di awal, yaitu kehadirannya ke Jakarta untuk menikmati konser sang idola. Anyelir mulai muak menghadapi pria di hadapannya, hilang sudah niatan untuk menonton konser idol kesayangannya. Langit terkekeh lalu kembali ke ranjang miliknya. Dan merebahkan tubuhnya dengan santai, bahkan pria itu dengan santai membuka baju yang di kenakannya, hingga membuat Anyelir terkejut dengan aksi pria yang akan menikahinya. "Tidurlah sini, bukankah kau menginginkan tidur bersamaku? Hingga membujuk mama sedemikian rupa. Kalau kau begitu menginginkannya. Aku bisa mengatakan pada mama sekarang juga. Dan mempercepat pernikahan kita. Toh cepat atau lambat sama saja. Wanita yang boleh aku nikahi cuma bocah ingusan macam kau! Hebat tidak, kau yang sekecil itu merusak masa depan orang lain" ucap Langit santai. “Ich gelay!” sahut Anyelir tak ingin memperpanjang perdebatan. “Siapa juga yang doyan nikah ama Om-Om begini, mending baik, ini judes nya melebihi emak-emak jualan di pasar…” gerutu Anyelir perlahan. “Siapa yang emak-emak? Kamu kalo ngomong kuatan dikit, maklum telinga orang tua sedikit bermasalah…” sindir Langit membuat Anyelir menaikkan bibir kiri atasnya, lalu mendengkus kesal. “Belum juga jadi apa-apa udah super duper ngeselin, bisa-bisa mati berdiri Anye nikah ama orang-orangan model gini…” gumam Anyelir tak menghiraukan ucapan Langit. “Heh! Yang minat nikahin situ siapa? Emang kamu pikir, kamu itu anugrah buat aku? Bencana, tau! MALAPETAKA!! Jadi jangan ke ge-eram gitu kamu jadi orang, lagian siapa juga yang minat ama mahluk ingusan macem kamu, pipis aja belum lurus…” celetuk Langit membuat Anyelir maju beberapa langkah dengan tangan mengepal dan mengayunkan tangannya seolah hendak memukul kearah Langit yang tidur memunggunginya. Dasar lagi naas, tiba-tiba Langit memutar tubuhnya dan menatap Anyelir dengan tajam. “Kenapa kamu? Mau gebukin aku? Woah…kids jaman now, gila emang. Beraninya bertingkah kaga sopan ama orang tua, di tambah sama calon suami. Tahu tidak kamu apa arti suami dalam rumah tangga?” tanya Langit bangkit dari rebahannya. “Yaelah! Pake bahas suami segala, kaga minat Om! Mo calon suami kek, calon imam kek, calon Bupati Kek, calon Presiden kek, ORA URUS! So minggir sana, Anye ngantuk mau tidur…” jawab Anyelir sedikit memalingkan wajahnya karena malu dia telah ketahuan hendak memukul pria yang akan menjadi suaminya. “Kamu emang ya, gak ada sopan-sopannya sama orang yang lebih tua dari kamu. Nilai PPKN-mu berapa di sekolah? Jangan bilang kamu remedi? Tapi tampang-tampang kayak kamu ini sudah pasti Remedial. Gak mungkin lolos, nyari angka 60 aja pasti susah banget dech, iya-kan?” tanya Langit menatap Anyelir. Anyelir hanya menelan ludahnya dengan bibir mengkerut, dan mata melotot tajam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN